Laporan Lazada: 88% Konsumen di Asia Tenggara Membeli Barang Berdasarkan Rekomendasi AI

Dalam laporan terbarunya, Lazada mengungkapkan bahwa mayoritas konsumen di Asia Tenggara kini menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk menunjang pengalaman belanja online mereka. Survei yang dilakukan bersama Kantar ini melibatkan 6.000 pengguna e-commerce dari enam negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia, Malaysia, dan Singapura.

Temuan menunjukkan bahwa 88% konsumen memutuskan pembelian berdasarkan rekomendasi yang dihasilkan oleh AI, dan sebanyak 83% dari mereka bahkan bersedia membayar lebih untuk pengalaman belanja yang dipersonalisasi oleh teknologi AI.

Menurut laporan ini, 80% responden menggunakan fitur berbasis AI setidaknya sekali dalam seminggu, di mana chatbot menjadi fitur yang paling populer, diikuti oleh pencarian visual dan penerjemahan. Penggunaan AI untuk rekomendasi produk mencapai tingkat kepercayaan tertinggi, dengan 92% konsumen mengandalkan AI untuk rekomendasi dan 90% untuk ringkasan produk yang lebih personal.

Namun, laporan ini juga mengungkapkan kesenjangan antara persepsi dan kenyataan adopsi AI. Meskipun 63% responden percaya bahwa AI sudah diadopsi secara luas dalam e-commerce, data menunjukkan penggunaan chatbot baru mencapai 47%, diikuti visual product search (40%), dan terjemahan (40%). Hal ini menunjukkan potensi besar bagi platform e-commerce untuk meningkatkan pengalaman pengguna dengan memanfaatkan teknologi AI.

Pembaharuan aplikasi Lazada

Bersamaan dengan peluncuran laporan ini, Lazada memperkenalkan AI Lazzie, fitur berbasis generative AI untuk meningkatkan pengalaman pengguna di aplikasinya. AI Lazzie menawarkan beberapa fitur unggulan, termasuk:

  1. Pesan+ – Fitur perpesanan personal yang menyediakan rekomendasi belanja sesuai preferensi pengguna, akses ke voucher tersembunyi, dan penawaran spesial.
  2. Model Try-On – Pengguna dapat mencoba model pakaian secara virtual, yang akan memudahkan mereka dalam memilih ukuran yang tepat.
  3. Deskripsi Produk Berbasis AI – Deskripsi produk otomatis yang dikembangkan AI untuk menyoroti fitur utama sesuai preferensi pengguna.
  4. Ulasan Cerdas Berbasis AI – Ringkasan ulasan produk yang membantu konsumen membuat keputusan belanja dengan cepat dan akurat.

Menurut Chief Executive Officer Lazada Group, James Dong, penerapan AI di Lazada tidak hanya bertujuan meningkatkan pengalaman pelanggan tetapi juga untuk memperkuat keterikatan pelanggan melalui inovasi teknologi yang akan terus dikembangkan.

Chief Technology Officer Lazada Group, Howard Wang, menambahkan bahwa AI akan menjadi kunci dalam menghadirkan rekomendasi produk yang lebih relevan, optimasi rantai pasok, dan interaksi layanan pelanggan yang lebih efektif. Lazada berkomitmen untuk mengembangkan AI agar bisa memecahkan permasalahan teknis sekaligus memperkaya pengalaman belanja bagi para pengguna.

Penelitian ini mencerminkan bagaimana teknologi AI akan membentuk masa depan belanja online di kawasan Asia Tenggara, menawarkan kenyamanan dan personalisasi yang lebih tinggi bagi para konsumen.

Application Information Will Show Up Here

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

Paper.id Hadirkan Horizon Card, Kartu Kredit Virtual untuk Bisnis

Paper.id, platform invoicing dan pembayaran digital, meluncurkan solusi terbaru, Horizon Card, sebuah kartu kredit virtual untuk bisnis yang dirancang untuk mempermudah proses pengadaan dan pengelolaan pengeluaran perusahaan. Inovasi ini diharapkan dapat mendukung transformasi digital dan mempercepat pertumbuhan bisnis, khususnya bagi perusahaan skala menengah hingga besar di Indonesia.

Dengan Horizon Card, perusahaan dapat memanfaatkan berbagai kemudahan, termasuk pengajuan kartu secara digital dan fleksibilitas pembayaran hingga 60 hari. Kartu ini terintegrasi dengan platform Paper.id, memungkinkan pengguna mengakses layanan pembayaran kepada supplier secara praktis dengan sistem yang transparan dan terstruktur.

Menurut Co-Founder & CEO Paper.id Yosia Sugialam, peluncuran Horizon Card bertujuan untuk mendukung perusahaan dalam memaksimalkan efisiensi operasional sekaligus merespons peluang pertumbuhan ekonomi digital yang kian meningkat. “Kami sangat bangga menghadirkan Horizon Card sebagai bagian dari layanan kami yang terintegrasi. Solusi ini tidak hanya mendorong digitalisasi, tapi juga membantu pelaku usaha dalam pengelolaan arus kas dan penghematan waktu pada proses pengadaan,” ujar Yosia.

Fitur unggulan Horizon Card antara lain adalah kemampuan pembuatan kartu digital yang dapat disesuaikan dengan limit untuk berbagai divisi dalam perusahaan. Fitur ini memungkinkan pengelolaan anggaran yang lebih efisien dan pengawasan pengeluaran secara terpusat melalui satu dashboard. Selain itu, fleksibilitas tanggal cetak tagihan memberi keleluasaan bagi perusahaan dalam mengatur siklus pembayaran sesuai kebutuhan.

Dalam peluncuran Horizon Card, Paper.id didukung berbagai pihak, termasuk Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH) dan CIMB Niaga, yang menyatakan pentingnya inovasi ini bagi kemajuan ekonomi digital Indonesia. Dedy Sahat, Head of Digital Economy CIMB Niaga, menyebutkan bahwa digitalisasi ekosistem pembayaran seperti Horizon Card dapat menjadi katalis utama untuk inklusi keuangan bagi pelaku bisnis di Indonesia.

Antusiasme juga datang dari pelaku industri yang telah menggunakan Horizon Card, seperti Muhammad Haykal dari PT. Erdeha Multi Niaga. “Dengan Horizon Card, kami dapat mengelola pengadaan lebih efektif, menjaga stabilitas cash flow, dan mempercepat proses pembayaran tanpa kendala likuiditas,” kata Haykal.

Momentum peluncuran ini diharapkan dapat mengoptimalkan potensi ekonomi digital Indonesia yang diproyeksikan mencapai $360 miliar pada 2030. Dengan komitmen untuk terus menghadirkan solusi digital yang memberdayakan bisnis, Paper.id siap menjadi bagian dari transformasi ekonomi digital yang kompetitif di Indonesia.

Paper.id didirikan pada tahun 2017 sebagai platform B2B untuk invoicing dan pembayaran digital yang telah membantu lebih dari 600.000 perusahaan, termasuk Kopi Kenangan dan J&T Cargo, dalam meningkatkan efisiensi dan keamanan finansial.

Application Information Will Show Up Here

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

INA dan Granite Asia Jalin Kerja Sama Strategis, Berinvestasi Rp18,9 Triliun untuk Transformasi Digital Indonesia

Indonesia Investment Authority (INA) dan perusahaan investasi multi-aset Granite Asia resmi mengumumkan kerja sama strategis untuk mempercepat transformasi digital di Indonesia. Kemitraan ini ditandai dengan penandatanganan Perjanjian Kerangka Investasi, yang memungkinkan kedua pihak berinvestasi hingga $1,2 miliar atau setara Rp18,9 triliun dalam berbagai proyek teknologi yang relevan dengan kepentingan nasional Indonesia.

Investasi ini bertujuan untuk menyediakan solusi pendanaan berbasis ekuitas dan hybrid capital solutions yang fleksibel, guna mendukung perkembangan perusahaan teknologi di Indonesia serta usaha lain yang terkait dengan pasar dalam negeri. Dengan pendekatan ini, INA dan Granite Asia berkomitmen untuk memberikan modal yang mendukung inovasi, sekaligus mendorong bisnis tradisional untuk mempercepat adopsi teknologi.

Ketua Dewan Direktur INA Ridha Wirakusumah menyatakan, “Kolaborasi dengan Granite Asia memperkuat misi kami untuk menghadirkan teknologi inovatif ke Indonesia dan mendukung transformasi digital yang menyeluruh di berbagai sektor. Ini adalah langkah penting dalam membangun ekosistem teknologi yang tangguh untuk masa depan Indonesia.”

Senior Managing Partner Granite Asia Jenny Lee menambahkan bahwa kerja sama ini memungkinkan Granite Asia memanfaatkan pengalaman globalnya dalam investasi teknologi untuk membantu pertumbuhan ekonomi digital Indonesia. “Kami sangat antusias bermitra dengan INA dalam memajukan teknologi dan inovasi di Indonesia, memberikan solusi pendanaan yang sesuai dengan kebutuhan spesifik bisnis pada setiap tahap perkembangan mereka,” jelas Lee.

Kemitraan strategis ini mencerminkan komitmen jangka panjang INA dan Granite Asia untuk meningkatkan daya saing Indonesia dalam era digitalisasi global, serta memastikan bahwa negara ini siap menyongsong masa depan berbasis teknologi yang dinamis.

Tahun ini Grantie Asia juga telah mendukung sejumlah startup berbasis di Indonesia, di antaranya Chickin dan McEasy.

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

Finfra Umumkan Kemitraan dengan Tyme Group; Umumkan Pendanaan Rp39,3 Miliar

Finfra, penyedia infrastruktur teknologi pinjaman di Indonesia, mengumumkan kemitraan dengan Tyme Group, kelompok perbankan digital multinasional yang mengelola TymeBank di Afrika Selatan dan GoTyme Bank di Filipina. Kemitraan ini mendukung rencana ekspansi Tyme Group di Indonesia, seiring dengan strateginya untuk memperluas jangkauan di Asia Tenggara.

Kemitraan ini diumumkan usai Finfra berhasil meraih pendanaan awal sebesar $2,5 juta atau setara Rp39,3 miliar dipimpin Cento Ventures, didukung oleh Accion Venture Lab, Z Venture Capital, serta beberapa investor sebelumnya. Dana ini akan digunakan untuk mengembangkan kemampuan integrasi pinjaman digital Finfra, yang memungkinkan platform nonkeuangan untuk menawarkan layanan kredit secara langsung melalui transaksi pelanggan.

Dorongan digitalisasi UMKM di Indonesia

Indonesia, dengan jumlah pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) mencapai 64 juta, menjadi target utama bagi layanan kredit berbasis digital. Seiring dengan upaya pemerintah mempercepat transformasi digital, sebanyak 24 juta UMKM telah memanfaatkan layanan digital, dan angka ini ditargetkan meningkat menjadi 30 juta pada 2025. Untuk memenuhi kebutuhan kredit yang terus bertumbuh ini, kemitraan antara Finfra dan Tyme Group memungkinkan pelaku usaha mendapatkan akses ke solusi kredit langsung dari platform digital mereka.

Co-founder & CEO Finfra Markus Prommik menyatakan bahwa kemitraan ini merupakan langkah penting bagi Finfra. “Kemitraan ini memperkuat misi kami dalam memperluas akses finansial yang inklusif di Indonesia dan membuka jalur baru bagi pertumbuhan berkelanjutan,” ujarnya. Tyme Group, dengan infrastruktur kuat Finfra, dapat memenuhi kebutuhan kredit bisnis yang selama ini kurang terlayani.

Finfra menawarkan infrastruktur pinjaman berbasis API yang memungkinkan integrasi kredit pada berbagai platform digital, seperti e-commerce dan logistik. Dengan fitur-fitur seperti sistem manajemen pinjaman, skor kredit, analitik portofolio, dan akses ke modal utang, Finfra memberikan solusi menyeluruh bagi bisnis digital untuk menawarkan produk kredit kepada pelanggan mereka.

Executive Chairman Tyme Group, Coen Jonker, menambahkan, “Indonesia adalah pasar penting bagi strategi pertumbuhan Tyme Group di Asia Tenggara. Bersama Finfra, kami dapat menghadirkan solusi kredit inovatif dengan cepat dan menyasar segmen UMKM yang besar di Indonesia.”

Dukungan investor untuk perluasan Finfra

Selain mendapatkan dana segar, Finfra juga memperkuat timnya dengan merekrut Hadi Tanzil, mantan co-founder EmpatKali, sebagai Chief Technology Officer. Dukungan dari investor seperti Cento Ventures dan Accion Venture Lab memperkuat kepercayaan pada model bisnis Finfra yang memungkinkan platform digital menghadirkan layanan kredit secara efisien dan sesuai regulasi.

Dengan pendanaan terbaru ini, Finfra telah mengumpulkan total $4,3 juta dan siap melanjutkan ekspansi untuk menjangkau lebih banyak pelaku usaha di Indonesia. Perusahaan ini menargetkan peningkatan profitabilitas di kuartal terakhir 2024.

Chickin Dapat Seri A+ Rp315 Miliar dari Granite Asia, ADB, Integra Partners, dan Lainnya [UPDATED]

*Update 13.00: kami memperbarui total pendanaan, seperti diinformasikan nilai capaian terbaru oleh founder Chickin

Startup budidaya ayam Chickin mendapatkan pendanaan dari sejumlah investor untuk mendukung akselerasi bisnisnya. Putaran pendanaan seri A+ ini telah membukukan dana $20 juta atau setara Rp315 miliar, yang terdiri dari $15 juta pendanaan ekuitas dan $5 juta debt.

Adapun investor yang berpartisipasi meliputi Granite Asia, Integra Partners, Asian Development Bank, 500 Global, East Ventures, Aksara Ventures, dan beberapa lainnya.

Kami telah mencoba menghubungi eksekutif Chickin, pihaknya membenarkan adanya putaran pendanaan baru ini. Kendati demikian masih enggan memberikan informasi detail mengenai peruntukan dan target ke depannya.

Integra Partners juga telah mengumumkan keterlibatannya dalam pendanaan ini. Dalam pernyataannya, mereka mengatakan bangga mendukung para pendiri yang memiliki pengalaman mendalam di industri mereka dan memiliki keahlian operasional untuk mendorong dampak transformatif.

Chickin menangani berbagai tantangan yang dihadapi peternak unggas, mulai dari fluktuasi harga hingga akses modal yang terbatas. Dengan solusi inovatif seperti kontrak pertanian berbasis teknologi, manajemen peternakan dengan IoT, dan platform yang mudah digunakan, mereka memberdayakan puluhan ribu peternak di Indonesia untuk meningkatkan efisiensi, hasil produksi, dan stabilitas keuangan.

“Selain keuntungan finansial, misi Chickin sejalan dengan komitmen kami pada investasi berdampak, yang memajukan inklusi keuangan, ketahanan pangan, dan keberlanjutan. Kami antusias mendukung langkah baru dalam industri unggas yang berkembang pesat di Indonesia,” ujar perwakilan Integra Partners

Telah berdayakan lebih dari 10 ribu peternak

Chickin didirikan sejak 2018 di Klaten, Jawa Tengah oleh Ashab Al Kahfi, Tubagus Syailendra, dan Ahmad Syaifulloh. Pada 2022 lalu, mereka telah membukukan pendanaan awal dipimpin oleh East Ventures dengan dukungan 500 Global dan GK-Plug and Play.

Mengutip data di situsnya, untuk solusi Chickin Smartfarm saat ini hampir digunakan 10 ribu peternak dengan 31 juta+ populasi ayam. Sejauh ini juga sudah ada lebih dari 250 kandang yang diberdayakan dengan teknologi IoT untuk meningkatkan produktivitas. Sementara produk Chickin Fresh, telah mendistribusikan 7,9 juta kilogram ayam ke berbagai wilayah di Indonesia.

Menurut Pusat Studi Kebijakan Indonesia, industri unggas di Indonesia mempekerjakan lebih dari 10% angkatan kerja dan menyediakan 65% dari semua protein hewani di negara ini. Meskipun konsumsi terus meningkat, konsumsi ayam per kapita di Indonesia masih relatif rendah dibandingkan dengan negara-negara Asia lainnya.

Hal ini menunjukkan potensi pertumbuhan yang besar, didorong oleh faktor seperti munculnya jaringan makanan cepat saji dan inisiatif pemerintah untuk meningkatkan konsumsi protein guna mengatasi stunting.

Atas dasar ini, sejumlah startup mencoba untuk mendemokratisasi sektor ini. Sebelumnya juga ada Pitik yang sempat mendapatkan pendanaan dari Alpha JWC Ventures, MDI Ventures, dan beberapa lainnya — namun baru-baru ini tersiar kabar bahwa bisnis mereka tidak berjalan baik dan dikabarkan Tengah mempertimbangkan pivot.

Startup lain yang fokus pada budidaya ayam adalah BroilerX, yang didukung Inisignia Ventures Partners ,Saison Capital, dan sejumlah investor lain. Sama dengan Chickin, debut awal mereka difokuskan di area Jawa Tengah dan Yogyakarta.

Application Information Will Show Up Here

Proyek Tokenisasi Obligasi IDDB Disetujui OJK Masuk Regulatory Sandbox

PT Sejahtera Bersama Nano (SBN) resmi mencatatkan sejarah dengan menjadi penerbit token pertama di Indonesia yang mendapatkan persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk proyek tokenisasi aset kripto berbasis obligasi pemerintah. Proyek ini, yang dikenal sebagai ID Digital Bonds (IDDB), merupakan tokenisasi obligasi pemerintah pertama yang masuk ke dalam sandbox OJK berdasarkan surat persetujuan No. S-514/IK.01/2024 pada 8 Oktober 2024. Sejatinya IDDB sudah mulai diajukan SBN sejak Agustus lalu.

Tokenisasi ini merupakan langkah inovatif untuk mendigitalkan instrumen obligasi menggunakan teknologi blockchain. Melalui proyek ini, obligasi yang sebelumnya hanya dapat diakses dengan modal besar, kini dapat dipecah menjadi aset kripto yang dapat diperjualbelikan secara luas melalui platform digital. Hal ini membuka akses yang lebih luas bagi investor ritel maupun institusi untuk berinvestasi dalam obligasi pemerintah.

Menurut laporan dari Boston Consulting Group (BCG), nilai pasar aset yang ditokenisasi, termasuk obligasi, diproyeksikan akan meningkat pesat dalam beberapa tahun ke depan. Laporan tersebut memperkirakan bahwa pasar tokenisasi aset dunia akan mencapai nilai lebih dari $16 triliun pada tahun 2030, mencakup tokenisasi obligasi, properti, dan ekuitas. Teknologi tokenisasi ini mempermudah akses bagi investor, meningkatkan efisiensi, transparansi, serta menurunkan biaya transaksi.

CEO PT Sejahtera Bersama Nano Gumarus Dharmawan William menyatakan, “Ini adalah langkah besar bagi Indonesia. OJK menjadi regulator keuangan pertama di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara, yang mengizinkan implementasi proyek tokenisasi obligasi pemerintah. Melalui produk kami, ID Digital Bonds, kami bangga menjadi pelopor di Indonesia dengan obligasi INDON34 sebagai aset dasar.”

Sebelumnya, obligasi INDON34 yang berdenominasi dolar AS hanya dapat diakses oleh investor dengan pembelian minimum sebesar $200 ribu (sekitar Rp3,1 miliar). Dengan tokenisasi melalui IDDB, akses ini diperluas dengan pembelian minimum sebesar $1.000 (sekitar Rp15,5 juta) per token, menjadikan IDDB lebih inklusif untuk berbagai lapisan masyarakat.

Presiden Direktur Nanovest Billy Surya Jaya menyatakan, “Inovasi tokenisasi melalui IDDB merupakan langkah strategis untuk membawa perubahan dalam pasar obligasi di Indonesia. Kami berharap produk ini dapat mendorong arus modal masuk ke dalam negeri dan mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia.”

Selama 12 bulan ke depan, IDDB akan melalui fase uji coba di sandbox OJK sebelum menerima regulasi penuh. Proyek ini melibatkan kolaborasi antara SBN sebagai penerbit token, Nanovest sebagai platform pertukaran kripto Indonesia, STAR Asset Management sebagai mitra manajer investasi, dan Bank Sinarmas sebagai kustodian.

Hanif Mantiq, Direktur STAR Asset Management, menambahkan, “Inovasi tokenisasi ini membuktikan bahwa aset kripto dan obligasi pemerintah dapat bersinergi dengan harmonis, menawarkan opsi investasi yang lebih aman dan terjangkau. Investor kripto kini dapat berinvestasi dalam obligasi pemerintah dengan kemudahan yang sama seperti investasi kripto.”

Proyek tokenisasi ini tidak hanya bertujuan untuk memodernisasi pasar modal Indonesia, tetapi juga meningkatkan inklusi keuangan dengan membuka peluang bagi lebih banyak investor, baik domestik maupun internasional, untuk berpartisipasi dalam instrumen keuangan di Indonesia.

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

Clime Capital Berinvestasi Rp156 Miliar ke Hijau, Pengembang Layanan Energi Surya

Clime Capital, manajer dana asal Singapura yang berfokus pada transisi karbon rendah, mengumumkan investasi senilai $10 juta atau setara Rp156 miliar melalui South East Clean Energy Fund II (SEACEF II) kepada PT Investasi Hijau Selaras (Hijau), pengembang solar terdistribusi di Indonesia.

Didirikan pada 2017, Hijau telah menjadi salah pelopor dalam layanan energi surya Indonesia yang masih berkembang. Hijau memiliki rekam jejak dalam menyediakan solusi energi surya untuk sektor Komersial dan Industri (C&I) dan saat ini tengah memperluas proyek untuk memenuhi permintaan energi berkelanjutan yang semakin meningkat.

Investasi dari SEACEF II ini diharapkan dapat mempercepat pembangunan portofolio proyek Hijau, sekaligus membuka peluang pendanaan utang untuk pertumbuhan jangka panjang.

Founder & CEO Hijau Victor Samuel menyatakan, “Kami sangat antusias menyambut Clime Capital sebagai mitra. Dukungan mereka akan membantu kami memperluas solusi energi hijau di seluruh Indonesia, dengan tetap mempertahankan fokus kami pada kualitas, keselamatan, dan keberlanjutan.”

Country Manager Indonesia Clime Capital John Colombo menambahkan, “Kami sangat senang bisa mendukung Hijau, pelopor di sektor solar terdistribusi di Indonesia. Investasi awal kami bertujuan membantu bisnis-bisnis Indonesia mengurangi pengeluaran energi sekaligus mendukung transisi ke energi bersih.”

Hijau berkomitmen untuk memberikan proyek energi surya yang memenuhi standar tertinggi di bidang kesehatan, keselamatan, dan lingkungan. Selain itu, perusahaan juga memprioritaskan kepatuhan terhadap regulasi hukum dan lingkungan, sehingga pelanggan dapat menikmati energi berkelanjutan dengan tenang.

Investasi ini merupakan bagian dari upaya Clime Capital dalam mempercepat transisi energi bersih di Asia Tenggara, khususnya di Indonesia yang memiliki potensi besar dalam pengembangan energi surya terdistribusi.

Di tengah transisi ke energi yang lebih ramah lingkungan, solusi berbasis solar panel memang tengah naik daun, khususnya untuk implementasi di kawasan industri. Selain Hijau, sejumlah pemain telah bermanuver di pasar ini, termasuk salah satunya SUN Energy yang awal tahun ini juga baru mendapatkan pendanaan debt dari PermataBank senilai Rp500 miliar. Selain itu ada juga Suryanesia, SolarKita, Xurya, dan beberapa pemain lainnya yang juga sudah mendapatkan dukungan dana dari pemodal.

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

Strategi OYO Jangkau Segmen Keluarga Klaim Tingkatkan Unduhan 10% di Jakarta

OYO, platform global penyedia layanan akomodasi, melaporkan lonjakan unduhan aplikasi sebesar 10% di Jakarta dalam kampanye terbaru bertajuk “Tempat Nongkrong Baru untuk Keluarga”. Kampanye ini berfokus pada jaringan properti premium yang dikelola oleh OYO, menampilkan kenyamanan dan keseruan liburan bagi keluarga.

Peningkatan unduhan ini mencerminkan kepercayaan konsumen terhadap OYO sebagai penyedia penginapan berkualitas, terutama dengan fokus pada pengalaman yang nyaman dan ramah keluarga. Salah satu daya tarik utama kampanye ini adalah visualisasi yang menonjolkan keseruan liburan keluarga di properti OYO, yang berhasil menarik perhatian publik di platform digital.

Country Supply and Head Operation OYO Indonesia Hendro Tan, menyatakan bahwa kampanye ini sengaja dirancang untuk menunjukkan keunggulan OYO dalam menyediakan pilihan penginapan yang terjangkau dan nyaman. “Kami sangat senang dengan pencapaian ini, yang membuktikan kepercayaan konsumen terhadap OYO dan meningkatnya permintaan terhadap pengalaman perjalanan yang mudah dan menyenangkan,” ujar Hendro.

Keberhasilan kampanye ini tidak lepas dari pendekatan pemasaran berbasis data yang dilakukan OYO. Dengan menggunakan data perilaku pengguna, OYO mampu menargetkan audiens dengan konten yang relevan dan meningkatkan keterlibatan pengguna secara signifikan. Selain itu, laporan terbaru dari Google juga menunjukkan peningkatan kesadaran merek yang sejalan dengan lonjakan unduhan aplikasi.

OYO berkomitmen untuk terus memperluas inovasi dan layanan yang dipersonalisasi bagi pengguna. Dengan musim liburan yang semakin mendekat, perusahaan optimis akan dapat melanjutkan momentum ini melalui kampanye dan inisiatif tambahan.

OYO adalah platform global yang mendukung pemilik properti dan pengusaha kecil dengan teknologi lengkap untuk meningkatkan pendapatan dan efisiensi operasional. Dengan kehadiran di lebih dari 35 negara, OYO menawarkan akomodasi yang mudah dipesan, terjangkau, dan terpercaya bagi pelanggan di seluruh dunia.

Juli lalu, OYO baru saja mengumumkan pencapaian lainnya dengan meraih pendanaan sebesar $50 juta atau setara Rp810 miliar. Pendanaan ini difasilitasi oleh InCred Wealth and Investment dan menarik minat tinggi dari para investor, dengan permintaan yang melebihi 2,5 kali dari yang ditawarkan. OYO melihat ini sebagai bukti kuat dari kepercayaan pasar terhadap proposisi nilai perusahaan.

Application Information Will Show Up Here

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

Perkuat Lini B2C, Startup Insurtech Igloo Luncurkan Platform D2C di Indonesia

Igloo, perusahaan insurtech regional, resmi meluncurkan platform direct-to-consumer (D2C) bernama igloo.co.id di Indonesia. Platform ini memberikan fleksibilitas bagi masyarakat untuk memilih asuransi yang sesuai dengan kebutuhan gaya hidup mereka, mulai dari asuransi hewan peliharaan hingga kendaraan listrik.

Peluncuran ini dilatarbelakangi oleh penetrasi asuransi di Indonesia yang masih rendah, hanya 2,7% menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Melalui platform baru ini, Igloo berharap dapat meningkatkan inklusi dan literasi asuransi di kalangan masyarakat, terutama generasi muda yang semakin sadar akan pentingnya perlindungan finansial.

Pada platform igloo.co.id, pengguna dapat memilih berbagai produk asuransi dari penyedia terkemuka seperti Zurich, Sompo, Sinar Mas, dan Oona. Produk-produk ini mencakup asuransi hewan peliharaan, perjalanan, mobil, sepeda motor, dan kendaraan listrik. Selain itu, Igloo juga berencana menambahkan asuransi kecelakaan pribadi pada akhir bulan Oktober.

“Platform ini memberikan kebebasan bagi konsumen untuk menjelajahi, mempelajari, dan memilih produk asuransi yang paling sesuai dengan kebutuhan mereka. Kami berkomitmen untuk mengatasi tantangan aksesibilitas dan keterjangkauan dalam adopsi asuransi di Indonesia,” ujar Co-founder dan CEO Igloo Raunak Mehta.

Utamakan pengalaman pengguna

Lewat platform D2C ini, Igloo menghadirkan fitur-fitur unggulan yang dirancang untuk memudahkan pengguna, seperti Fast Quotes untuk mendapatkan penawaran asuransi cepat, Buy-Now-Upload-Later untuk pengajuan dokumen yang fleksibel, serta Claims Support yang siap membantu pelanggan selama proses klaim. Dukungan pelanggan juga tersedia melalui WhatsApp dan saluran digital lainnya.

Sejak soft launch pada Mei lalu, platform ini telah menarik hampir 20.000 pengunjung setiap bulan. “Kami terus menyempurnakan layanan berdasarkan umpan balik pelanggan untuk memastikan pengalaman yang optimal,” ungkap Head of D2C Igloo Indonesia Delta Andreansyah.

Dengan peluncuran igloo.co.id, Igloo memperluas jangkauannya di pasar Indonesia dan semakin mendekatkan asuransi ke masyarakat, sesuai dengan misinya untuk mendemokratisasi asuransi melalui teknologi.

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

PasarPolis Perdalam Kerja Sama Strategis dengan Gojek

PasarPolis mengumumkan perluasan kemitraan strategis dengan Gojek. Kolaborasi ini bertujuan untuk mendemokratisasi asuransi dengan membuat produk yang lebih mudah diakses oleh jutaan orang di Indonesia melalui ekosistem digital GoTo.

GoTo sendiri, melalui Argor (Go-Ventures) dan Tokopedia, punya kepemilikan saham PasarPolis. Mereka masuk dalam putaran investasi seri A sejak tahun 2018.

Dalam kerja sama ini, PasarPolis akan menyediakan berbagai solusi asuransi yang terintegrasi langsung dengan layanan sehari-hari seperti transportasi, pengiriman, dan logistik. Produk asuransi yang ditawarkan termasuk SafeTrip untuk pengguna layanan transportasi Gojek, asuransi pengiriman paket untuk GoSend, asuransi pengiriman barang skala besar untuk GoBox, dan asuransi pengiriman B2B2C untuk GoKilat.

“Kami senang dapat bermitra dengan PasarPolis untuk memberikan pengalaman yang aman dan tanpa hambatan bagi konsumen serta mitra driver kami. Ini merupakan bukti komitmen kami untuk memastikan keselamatan dan kepuasan konsumen,” kata Head of Transport and Logistics Gojek Steven Halim.

PasarPolis Insurance Broker, yang berperan sebagai perantara dalam kerja sama ini, memanfaatkan platform teknologi canggih untuk mengelola proses penerbitan polis dan klaim secara otomatis. Dengan kapasitas penerbitan hingga 100 polis per detik, sistem ini menjamin kecepatan dan kemudahan bagi pengguna dalam mendapatkan perlindungan asuransi.

Presiden PasarPolis Peter Van Zyl mengungkapkan, “Kami sangat bangga atas kepercayaan yang diberikan oleh GoTo. Melalui kolaborasi ini, kami berkomitmen untuk menyediakan solusi asuransi inovatif, terjangkau, dan mudah diakses bagi semua segmen pasar di Indonesia.”

Application Information Will Show Up Here

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten