Persaingan posel memang cukup sengit, tidak hanya diisi merek-merek international namun ponsel lokal pun ikut serta dalam persaingan untuk memperebutkan pangsa konsumen di Indonesia.
Beberapa ponsel lokal memang akhirnya menarik diri dari persaingan ketat ini, seperti Global Teleshop dan Skybee, namun beberapa pemain lokal masih optimis untuk tetap menggarap pasar lokal di Indonesia. Para pemain yang tetap menargetkan pertumbuhaan ini antara lain Gstar, Mito Mobile, Cross Mobile, Tiphone dan PT Konten Indonesia Pratama dengan merek IMO.
Masing-masing merek ini rata-rata menargetkan pertumbuhan penjualan untuk produk mereka, misalnya saja IMO yang mernargetkan menembus 30% pangsa pasar smartphone Android dan posisi tiga besar di pasar komputer tablet untuk semua platform. IMO juga menargetkan pertumbuhan 50% dari tahun lalu.
Gstar bahkan menargetkan bisa menjual ponsel seri Smash mereka untuk menembus 100 ribu unit kurang dari 6 bulan. Memanfaatkan penggemar Smash, ponsel bermodel candy bar ini menjadi andalan Gstar.
Tablet, smartphone serta feature phone adalah beberapa produk yang menjadi andalan, produk berbasis Android untuk jadi pilihan para produsen lokal untuk memenangkan pangsa pasar. Harganya yang relatif terjangkau, dengan berbagai fasilitas layaknya smartphone, menjadi daya tarik bagi konsumen Indonesia. Sebut saja IMO yang memiliki produk smartphone dan tablet dengan harga 600 ribu – 1.8 juta, atau Tiphone yang mengatakan bahwa peminat feature phone masih banyak terutama di daerah, seperti kota-kota kedua atau kabupaten.
Pasar lokal bisa jadi memiliki keunggulan karena bisa secara langsung mempelajari perilaku masyarakat dan merilis ponsel yang mudah diadopsi oleh konsumen, terutama masyarakat di luar kota besar yang baru mau membeli smartphone pertama mereka. Produsen lokal juga memiliki peluang untuk menggelar program promosi yang memiliki rasa lokal yang sangat kuat. Harga juga menjadi faktor penentu, meski merek-merek global pun kini menghadirkan ponsel murah, berkualitas, trendi dan up-to-date yang menggoda konsumen.
Inovasi dan pembangunan merek juga tidak bisa ditinggalkan oleh berbagai produsen ponsel lokal untuk bisa bertahan di persaingan sengit industri ponsel. Pengguna lokal juga kini semakin sadar akan kekuatan merek, yang mengakibatkan mereka memilih ponsel berdasarkan mereknya. Program promosi ‘bundling’ dengan menggaet idola konsumen memang bisa menjadi salah satu cara untuk mendongkrak penjualan, namun tentunya kualitas produk tetap di atas segalanya.
Yang pasti, akan menarik untuk melihat terus sepak terjang para pemain lokal ini, mana yang berjaya di era persaingan ponsel dengan merek global di pasar lokal.