Genre MOBA (atau multiplayer online battle arena) dan bisnis free-to-play ialah dua hal yang paling menggoda bagi developer. Kita sudah menyaksikan nama-nama besar seperti Blizzard, Valve, Riot Games hingga Sony berbondong-bondong masuk ke dalamnya. Dan kali ini giliran studio game asal Polandia, CD Projekt Red, yang berencana untuk terjun dalam genre itu.
CD Projekt Red mengawali karier sebagai developer indie. Bukan hanya terkenal karena mempopulerkan franchise The Witcher, mereka juga sukses dengan layanan distribusi digital Good Old Games (GOG.com) yang menawarkan permainan-permainan klasik dengan harga murah, dukungan kompatibilitas sistem operasi modern, dan ketiadaan DRM.
Permainan MOBA pertama CD Projekt Red diberi nama The Witcher Battle Arena. Ia merupakan game spin-off seri The Witcher dengan formula a la Dota – dimana satu tim pemain akan mencoba menghancurkan pertahanan dan markas musuh, yang dijaga oleh ‘hero‘ tim lawan beserta bala tentaranya. Uniknya, The Witcher Battle Arena dibuat dari awal untuk perangkat bergerak.
Sebagai game mobile, kontrol and interface The Witcher Battle Arena disesuaikan agar mendukung navigasi layar sentuh. Tiap pertandingan akan berjalan lebih cepat dibandingkan MOBA di PC, agar lebih pas dinikmati saat santai atau dalam perjalanan.
Info menarik: Ini Dia Trailer Epik The Witcher 3 Berjudul the Sword of Destiny
Jumlah karakter yang diadu juga lebih sedikit, satu pertandingan Battle Arena maksimal diisi tiga pemain dalam satu tim. Anda dapat bermain multiplayer bersama kawan-kawan, atau menikmatinya sendiri dengan fitur bot yang sudah CD Projekt Red siapkan di dalamnya.
The Witcher Battle Arena memiliki dua mode permainan. Yang pertama adalah The Arena Map. “Sebuah tempat yang penuh dengan kematian dan duka, tempat berkumpulnya para pejuang dari seluruh penjuru benua. Mereka datang untuk menguji kemampuan, demi emas dan kejayaan, dan terkadang, untuk satu tujuan: Kaisar Nilfgaard akan mengabulkan permintaan apapun dari sang pemenang,” begitulah deskripsi yang dituliskan CD Projekt Red.
Mode kedua ialah The Conquest Mode. Para pemain akan dibagi dalam dua tim berisikan tiga orang untuk saling berebut dan menguasai conquest point. Jika mereka berhasil menguasai conquest point lebih banyak dari lawan, maka poin musuh akan berkurang. Tim yang masih menyisakan poin menjadi pemenangnya.
Sang developer memastikan proses perebutan capture point tidak berjalan mudah. Mereka telah menyiapkan berbagai jebakan dan bom di seluruh penjuru map. Untungnya, pemain juga bisa menemukan potion health yang juga tersebar dalam arena.
Info menarik: Heroes of the Storm, Permainan MOBA ‘All-Stars’ Dari Blizzard
Jika Anda mengikuti seri The Witcher, mungkin karakter-karakter di dalam Battle Arena sudah tidak asing lagi. Anda bisa bermain sebagai Eithne of Brokilon sang Ratu Dryad, Philippa Eilhart, The Golem, Iorveth sang pemimpin organisasi teroris Scoia’tael, Letho of Gulet, The Operator yang misterius, Saskia of Aedirn, dan Zoltan Chivay sang kurcaci.
Tapi sepertinya karakter-karakter utama seperti Geralt of Rivia, Dandelion dan Triss tidak muncul dalam The Witcher Battle Arena. Apakah hal tersebut merupakan keputusan kreatif dari pihak developer, ataukah mereka akan hadir dalam update di waktu yang akan datang?
Hal terakhir yang dijanjikan oleh CD Projekt Red adalah semua konten dalam permainan bisa Anda dapatkan secara gratis. Mereka berjanji menerapkan sistem yang jujur dan seimbang, tanpa harus grinding dan menghabiskan banyak waktu untuk mengaksesnya. “Jika Anda ingin mendapatkannya lebih cepat, Anda bisa membelinya dengan harga yang masuk akal. Sesederhana itu,” ungkap sang developer.
The Witcher Battle Arena belum memiliki tanggal rilis, tapi rencananya akan diluncurkan untuk platform iOS, Android dan juga Windows Phone.
Sumber: TheWitcher.com.