UKM Digital Nasional Siap Songsong Masyarakat Ekonomi ASEAN

Dalam berbagai forum diskusi seputar ekonomi bisnis yang dilakukan akhir-akhir ini, bahasan tentang kesiapan Indonesia menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) menjadi salah satu poin utama. Tak mengherankan, dalam hitungan hari MEA akan segera dimulai. Secara kasat mata tantangan yang akan dihadapi bersama dengan dimulainya MEA adalah persaingan yang lebih terbuka antar negara di Asia Tenggara, dari sisi ekonomi, bisnis dan ketenagakerjaan.

Salah satu yang banyak menjadi fokus diskusi dalam penyambutan MEA adalah kesiapan dan ketangkasan tenaga kerja nasional dan UKM (Usaha Kecil Menengah). Lantas apakah komponen tersebut di Indonesia sudah siap untuk bersaing bersama negara-negara di Asia Tenggara, mari kita lihat beberapa indikasinya satu persatu, spesifik menitikberatkan pada UKM digital (startup).

UKM digital bertumbuh pesat, menciptakan tren baru dalam atmosfer bisnis nasional

Istilah “unicorn” diberikan kepada startup yang divaluasi senilai lebih dari $1 miliar. Layaknya startup di Silicon Valley, visi utama kebanyakan startup dalam negeri saat ini juga ingin menggaungkan label tersebut. Di penghujung tahun 2015 ini bahkan sudah terlihat beberapa startup yang sangat berpotensi untuk meraih unicorn dalam waktu dekat.

Untuk mendapatkan valuasi bernilai besar tentu sebuah bisnis harus mampu meyakinkan keberadaannya. Bisnis digital lahir dengan ruang lingkup persaingan global, internet membuat semua batasan yang ada menjadi kabur. Berbagai kebutuhan di setiap lini bidang mampu dikonversi menjadi sebuah layanan digital. Bahkan korporasi sekelas BUMN pun sudah mulai melakukan siasat, merasakan bisnisnya mulai “terganggu” oleh kehadiran solusi dari industri startup.

UKM digital turut menyumbang pertumbuhan ekonomi nasional tahunan

Laporan hasil riset yang diterbitkan Deloitte Access Economics dan Google Indonesia menyebutkan bahwa pertumbuhan tahunan ekonomi Indonesia sebesar 2% didorong oleh populasi UKM digital. Pertumbuhan tersebut kini terus digenjot untuk menjadikan Indonesia menjadi negara berpenghasilan menengah. Target pemerintah pada tahun 2025 pertumbuhan tahunan tersebut mampu mencapai 7%. Saat ini rata-rata pertumbuhannya di angka 5 persen.

Pertumbuhan Ekonomi Tahunan

Sejak beberapa tahun lalu pun, peran serta teknologi untuk pertumbuhan ekonomi nasional sudah mulai diramalkan, salah satunya oleh IDC. Dalam rilisnya, IDC turut mengutarakan bahwa salah satu sektor teknologi yang akan turut mengembangkan ekonomi Indonesia adalah pertumbuhan startup.

Penciptaan sumber daya manusia berdaya saing tinggi terjadi di lingkungan UKM digital

Tren baru yang terbentuk bersamaan dengan popularitas UKM digital di Tanah Air adalah pilihan pencari kerja (khususnya fresh graduate) untuk bekerja profesional dalam lingkungan yang lebih “bersahabat”. Berbeda dengan korporasi dengan regulasi yang begitu ketat, banyak peneliti yang mengemukakan bekerja di sebuah UKM digital atau startup memberikan beberapa keuntungan, salah satunya adanya keterlibatan dalam pembentukan kultur bisnis.

Bekerja di startup tetap bekerja secara profesional dan membutuhkan keahlian nyata untuk penciptaan inovasi produk. Lingkungan yang lebih fleksibel di dalamnya seringkali menjadikan seseorang bisa belajar banyak hal, termasuk membuka peluang untuk bertambahnya relasi. Tak mengherankan banyak lulusan kerja di startup keluar dan menciptakan peluang bisnis baru dengan startup barunya.

Bekerja secara digital cenderung akan membuka peluang terciptanya inovasi baru. Lingkungan startup yang menantang pekerjanya untuk berpikir kritis secara alami membentuk manusia berdaya saing tinggi. Kendati bekerja dengan produk spesifik, namun seringkali startup harus memperjuangkan secara maksimal demi penerimaan pasar. Edukasi seperti ini dirasa penting bagi generasi muda untuk terciptanya masyarakat madani.

UKM digital lebih cepat beradaptasi dengan cara-cara baru dan inovasi terkini

Media sosial hadir, dimanfaatkan baik sebagai kanal bisnis prospektif. Online marketplace dimanfaatkan baik untuk peningkatan jangkauan pasar. Pekerja lepas (freelancer) bertumbuh dengan makin banyaknya kanal yang menghubungkan keterampilannya dengan bisnis yang membutuhkan. Semua dilakukan dalam lingkup usaha kecil dan menengah.

Adaptasi UKM dengan cara-cara baru berbasis digital menjadi indikasi baik, bahwa bisnis sekarang mampu berimprovisasi dengan bagaimana cara konsumen berinteraksi. Ini menjadi indikasi baik, cara-cara dan keadaan baru bukan lagi menjadi hal yang harus diraba-raba. Begitu pula kehadiran MEA. Kendati “cerita horor” sudah banyak diutarakan oleh banyak orang, namun diyakini ide cerdik pebisnis digital akan selalu memunculkan celah untuk tetap bertahan, atau bahkan mengubah tantangan yang ada menjadi sebuah kesempatan ekspansi.