Tixton sediakan sarana jual beli pemesanan hotel tak terpakai / Shutterstock

Tixton Sediakan Sistem Pemesanan Kamar Hotel Yang Tidak Jadi Dipakai

Di dunia startup mungkin banyak dari kita kenal dengan sejumlah pemain besar di segmen jual-beli tiket hotel. Tapi tahukah Anda, ada startup yang menyediakan platform untuk menjual dan membeli sewa kamar hotel yang telah dipesan dan dibayar dan tidak terpakai? Tixton, sebuah startup yang beroperasi di Indonesia, Singapura dan Malaysia melakukan hal tersebut.

Konsep Tixton adalah menawarkan sarana jual beli kamar hotel yang sudah dipesan tapi si pemesan tidak jadi menggunakannya. Daripada hangus sia-sia, Tixton menyediakan pilihan untuk menjualnya.

Alur kerja dari Tixton cukup sederhana. Penjual pertama kali harus memasukkan informasi mengenai pemesanan hotel mereka yang tidak akan dipakai untuk berbagai macam alasan. Selanjutnya pihak Tixton akan melakukan verifikasi ke pihak hotel/travel agent/situs pemesanan hotel.

Jika pemesanan sudah terverifikasi penjual akan langsung mendapatkan kembali 30% dari harga pemesanan, dan pemesanan tersebut akan menjadi milik Tixton yang selanjutnya akan ditawarkan lagi dengan harga lebih rendah hingga 40% dibanding harga normal.

Tixton tidak akan mengembalikan tiket yang dijual dengan uang tunai. Sebagai gantinya Tixton akan menukarnya dengan kredit Toncoin yang bisa digunakan untuk membeli di platform Tixton. Kredit tersebut akan valid selama lima tahun.

Masih dalam tahap beta

Kepada Dailysocial Director Tixton Alfredo Setiabudi menjelaskan bahwa saat ini Tixton masih dalam versi beta. Dengan kata lain pembenahan dan penyempurnaan masih menjadi fokus utama Tixton saat ini. Meski demikian Tixton yakin bahwa peluang di Indonesia sangat besar.

Alfredo mengungkapkan, “[..] Untuk kamar hotel, saat ini hanya ada untuk hotel berbintang saja, ada 200.000 kamar di seluruh Indonesia, dengan tingkat hunian rata‐rata 52.65%. Itu berarti di Indonesia setiap harinya ada lebih dari 100.000 kamar yang dihuni. Pasar seperti ini sudah sangat besar, dan dengan perkembangan pesat Indonesia di tahun‐tahun ke depan (kurang lebih 9% per tahun), Tixton percaya pasar Indonesia adalah pasar di mana Tixton bisa mengambil peran penting di sektor pariwisata , khususnya penyediaan akomodasi.”

Namun ketika ditanya mengenai strateginya di Indonesia Alfredo masih enggan bercerita karena semuanya masih dalam tahap pematangan atau evaluasi. Selain penyempurnaan layanan Tixton juga tengah berusaha untuk mengenalkan layanannya ke masyarakat luas.

“Saat ini fokus kita adalah untuk sosialisasi brand dan layanan Tixton. Kita ingin publik untuk mengingat bahwa ada solusi untuk kamar hotel mereka yang telah dibayar namun tidak terpakai, yang biasanya akan terbuang begitu saja. Dan juga, kita ingin menjadi website pertama yang dikunjungi oleh orang yang akan bepergian, karena bisa saja sedang ada penjual yang membatalkan kamar hotel yang sedang dicari, di mana harganya bisa mencapai 40% lebih rendah dari harga normal,” terangnya

Alfredo juga menjelaskan bahwa selain di tiga negara Asia Tenggara, yakni Indonesia, Singapura, dan Malaysia pihaknya di tahun ini berencana untuk melebarkan sayap ke enam negara Asia laiannya. Ia menjelaskan saat ini Tixton juga telah memasang target untuk bisa melayani jual beli sebanyak 5.000 kamar di tahun pertama dan 100.000 kamar di tahun ke lima.