Seperti Apa Rasanya Jadi CEO Startup?

Menjadi orang nomor satu di perusahaan adalah suatu prestise dan prestasi yang mungkin bisa dibanggakan. Namun, semakin besar perusahaan, maka semakin banyak kepala yang harus dihadapi. Hal yang sama berlaku juga di startup. Meski baru seumur jagung, startup dapat menjadi ajang untuk diri sendiri dalam memimpin perusahaan.

Bagaimana mengelola organisasi, emosi, menjaga ritme kerja yang baik, bagaimana menjadi pemimpin yang baik, dan lain sebagainya. Untuk menjelaskan lebih detil, para CEO startup di bawah ini akan membantu Anda menerangkan bagaimana suka dan duka menjadi orang nomor satu di perusahaan. Berikut rangkumannya seperti dikutip dari Quora.

Harus mau meleburkan diri ke pekerjaan selama 24/7

Deena Varshavskaya, Founder dan CEO Wanelo, menerangkan menjadi orang pertama di perusahaan artinya sama saja dengan merelakan diri untuk kerja 24/7, tidak libur meski tanggal merah. Seluruh waktu, pikiran, dan tenaga Anda akan tercurahkan sepenuhnya untuk membangun perusahaan.

Kendati demikian, hal ini justru membuatnya jadi tertantang untuk memecahkan permasalahan, lebih kritis, dan kreatif untuk melakukan suatu pendekatan. Menjadi CEO, menurutnya, memberi dia kesempatan untuk bertemu dengan orang-orang hebat yang dapat membantunya mewujudkan perusahaan.

Bila diibaratkan, sambungnya, startup adalah wilayah pertumbuhan diri Anda yang tidak kunjung habis, sebab Anda terus menjauhi diri dari zona aman. Anda ditantang terus untuk mengatasi tantangan, hal apa saja yang Anda pelajari tentang diri sendiri, dan bagaimana Anda bisa memberikan kebebasan kepada pekerja.

Kegagalan itu, menurutnya adalah hal yang biasa terjadi dalam menjalani usaha. Namun, hal ini jangan menjadikan posisi founder startup sebagai korban, sebab hidup itu pada dasarnya adalah pilihan hidup masing-masing manusia. Bila Anda tetap ingin tidur dengan pola teratur, berarti ada harga yang harus di bayar sebab waktu Anda untuk kerja jadi berkurang.

Jadi ajang untuk belajar dan memperbaiki diri

Paul DeJoe, CEO Ecquire, menambahkan menjadi CEO startup itu sama halnya dengan menempatkan diri ada di neraka di bawah air. Sebab Anda harus tetap halus dan tenang di hadapan orang lain, meski banyak permasalahan yang selalu Anda hadapi.

Pekerjaan Anda adalah menciptakan visi, budaya yang dapat menjadi aspirasi oleh rekan kerja. Ketika mereka percaya dengan Anda, berarti Anda sudah dapat tim kerja yang ideal. Sebab, mencari orang-orang yang tepat untuk bekerja dengan Anda adalah pekerjaan yang paling sulit sekaligus penting untuk dilakukan.

Kendati, pembelajaran ini akan mempengaruhi hidup Anda secara signifikan, mengubah sifat untuk mempercayakan orang lain untuk mengerjakan tugas yang sebelumnya Anda lakukan mengingat Anda saat ini adalah seorang pemimpin.

Hal apapun yang Anda pikirkan, meski negatif dan belum terjadi sekalipun, sesungguhnya bakal terjadi di kemudian hari. Maka dari itu Anda harus selalu berpikir positif dan optimis.

Menjadi CEO akan membuat Anda jadi lebih menghargai segala proses bisnis, legowo dalam menerima masukan, dan tidak selalu puas dengan pencapaian-pencapaian. Bahkan, Anda akan kecanduan dalam mencari tantangan yang tersulit, karena ada hubungan langsung antara kesulitan dengan euforia ketika Anda berhasil menyelesaikan hal tersulit.

Kemudian, Anda akan bersikap seperti orang tua kepada konsumen tanpa mereka sadari. Sebab Anda sangat mencintai mereka dan mereka adalah dunia bagi Anda. Setiap hari begitu berbeda dan menarik untuk dilakui, meski gagal sekalipun tetap menyenangkan bagi Anda.

100% beban perusahaan akan ditanggung sendiri

Jason M Lemkin, Co-Founder dan CEO EchoSign, menjelaskan CEO startup tidak se-glamour seperti dibayangkan. Menurutnya, jika pendapatan perusahaan belum mencapai lebih dari 10 juta dolar dan belum sampai titik IPO, maka tidak bisa dikatakan bakal hidup dengan tenang.

Uang yang tidak bisa dipakai untuk merekrut orang baru, padahal Anda merasa selalu merasa kekurangan tenaga. Maka dari itu, Anda selalu mengakalinya dengan berbagai macam hal sesuai dengan kemampuan.

Menjadi CEO itu artinya Anda tidak bisa curhat segala hal ke tim karena mereka benar-benar tidak mengerti bagaimana rasanya ketika 100% beban perusahaan Anda tanggung sendiri. Bahkan kepada pasangan sekalipun.

CEO itu, sambungnya, adalah satu-satunya pekerjaan yang harus Anda lakukan, tidak memandang bulu darimana latar belakang pendidikan Anda. Meski Anda belum pernah melakukan skaling, tidak pernah merekrut orang, pada akhirnya itu semua harus Anda lakukan.

Orang lain akan benar-benar peduli pada apa yang Anda pikirkan dengan cara yang belum pernah terpikirkan. Meski Anda adalah CEO dari 10 pekerja saja, konsumen akan peduli dengan Anda meski jumlah mereka berpuluh-puluh kali lipat. Sebab bagi mereka, produk yang diciptakan di bawah kepemimpinan Anda memberi dampak bagi hidup hajat orang banyak.