Kolaborasi bisnis menjadi suatu keniscayaan, terlebih bila tujuannya ingin mengembangkan bisnis ke jenjang yang lebih tinggi. Jarang sekali menemukan suatu perusahaan, terutama startup, yang mampu tumbuh berkat kemampuan sendiri (beragam hal dikomandoi oleh satu orang).
Akan tetapi tidak semua kolaborasi bisnis berjalan mulus, di tengah jalan tiba-tiba perkembangan tidak sesuai apa yang dibayangkan sejak awal. Atau kondisi lebih parah, mitra kerja menunjukkan sikap yang mengarah ke sisi negatif. Artikel berikut akan membahas lebih jauh pertanda apa saja yang menandakan bahwa Anda sudah salah memilih kerja sama bisnis:
1. Lebih banyak bermimpi daripada bertindak
Kasus ini tidak selalu terjadi dalam kerja sama bisnis. Menurut Angela Delmedico dari Elev8 Consulting Group, pihaknya pernah mengalami kejadian ini ketika beberapa startup mendekati perusahaannya dengan iming-iming pembayaran akan dilakukan ketika bisnisnya mendapat pendanaan atau ketika bisnis sedang tinggi-tingginya.
Tawaran ini sangat tidak sesuai dengan model bisnis yang dianut oleh Delmedico. Sebab semua orang itu punya ide, langkah eksekusi dan membawa ide tersebut ke pasar adalah kunci terpenting dalam meraih kesuksesan.
2. Tidak ada ketertarikan
Jessica Baker dari Aligned Signs mengatakan, ketika Anda tidak dapat menargetkan konsumen secara spesifik, berarti ada kemungkinan bisnis Anda tidak berhasil. Untuk itu, menurutnya sebaiknya Anda lakukan riset pasar. Cari tahu demografi konsumen Anda, mulai dari usia, jenis kelamin, lokasi, dan apa ketertarikannya.
3. Mereka tidak menjelaskan alasan melakukan kemitraan bisnis
Steven Buchwald dari Buchwald & Associates menerangkan, perusahaan itu memiliki taste masing-masing. Tapi dia menemukan ada beberapa ciri kesalahan umum dari orang-orang yang mengandalkan praktik saat berbisnis. Salah satunya sangat bergantung pada unsur konsep, contohnya seperti kemajuan karier, desakan untuk berkolaborasi demi mendapat kesempatan yang lebih besar, namun disertai keengganan untuk elaborasi lebih dalam.
4. Terlalu terburu-buru
Kejadian ini sering kali dirasakan oleh beberapa founder startup. Salah satunya, Ben Walker dari Transcription Outsourcing LLC. Dia menceritakan sudah beberapa kali jadi korban dari mitra bisnisnya. Tiba-tiba seseorang datang ke tempat Anda untuk menawarkan kerja sama dan sangat berusaha agar bisa dekat dengan Anda.
Dia sering kali terhenyuh dengan penawaran-penawaran tersebut dan dengan cepat memutuskan untuk segera bisa bekerja sama dengan cepat bersama mereka, tanpa mencari tahu motif apa di balik itu semua.
Maka dari itu, saran dari Walker adalah sebaiknya Anda pergunakan waktu dengan baik untuk mempertimbangkan kerja sama tersebut dan melakukan due diligence. Selain itu, cari tahu perusahaan tersebut lewat internet.
5. Mereka terlambat membayar tagihan
Christopher Rodgers dari Colorado SEO Pros bilang, “Secara tradisional kami sangat berhati-hati memilih mitra bisnis. Kami hati-hati memilih dokter hewan untuk setiap klien untuk memastikan mereka cocok bekerja sama dengan kami, memiliki potensi kerja sama jangka panjang. Sayangnya, jika klien Anda tidak dapat membayar tagihan mereka, artinya mungkin mereka tidak dapat mengelola bisnis dengan baik. Anda pun bisa jadi korban berikutnya.”
6. Mereka agak pemilih
Menurut Ajmal Saleem dari Suprex Learning, mitra bisnis yang pemilih (picky) itu adalah tanda peringatan terkuat dari kerja sama bisnis yang buruk. Orang yang picky itu menunjukkan kepribadian dari orang tersebut dan berpotensi menyebabkan perpecahan. Saleem bilang, sebaiknya Anda cari orang yang lebih fleksibel dan bersedia untuk bekerja dengan Anda.
7. Terlalu muluk-muluk
Arry Yu dari GiftStarter mengatakan sebaiknya Anda mendengar intuisi. Jika terlalu muluk-muluk untuk jadi kenyataan dan merasa semuanya bergerak terlalu cepat, maka sudah saatnya untuk memperlambat. Menurutnya sebaiknya Anda membuat fondasi bisnis yang lebih solid dan kokoh, dan kembali menata visi misi bisnis Anda sesuai semangat awal.