Bagaimana Seharusnya Mendengarkan Kritik

Setiap orang pada dasarnya selalu membutuhkan masukkan atau umpan balik dari orang lain. Tujuannya untuk mengoreksi yang kurang dan menambah sesuatu yang lebih baik. Tak hanya soal bisnis, orang-orang di dalamnya juga harus belajar menerima masukan. Terlebih startup yang notabene perusahaan baru yang membutuhkan banyak pemikiran, masukan, dan inovasi.

Berikut ini adalah tips bagaimana seharusnya mendengarkan kritik atau masukkan.

Diam sejenak

Inti dari masukan adalah mendengarkan. Kadang ketika kita membaca atau mendengar langsung masukkan dari orang lain otak kita akan langsung beraksi untuk menolak. Gambaran-gambaran pemikiran seperti “Itu benar, tapi . . .” atau “kamu salah, yang dimaksud adalah . . .” akan langsung terbayang. Ini lazim dilalui oleh banyak orang.

Untuk bisa mendapatkan maksud penuh dan berpikir jernih tentang argumen seseorang, kita perlu diam sejenak untuk setidaknya membiarkan opini terbaca atau terdengar sampai habis untuk bisa mendapatkan maksud yang lebih jelas. Termasuk memberikan waktu untuk berpikir reaksi seperti apa yang akan kita pilih.

Ucapkan terima kasih

Ucapan terima kasih ini penting untuk menjaga hubungan baik dengan orang yang memberi masukkan. Hal mendasar dalam komunikasi. Terlebih bagi startup yang sedang berkembang, menjaga hubungan baik dengan sesama tim maupun dengan pelanggan penting adanya. “Terima kasih” bisa membantu mencairkan suasana jika kritik atau masukkan yang diberikan terlalu keras dan “pedas”.

Mendengarkan dengan penasaran

Untuk bisa sepenuhnya menerima kritik dan masukkan kita harus bisa masuk dalam pembicaraan, baik lewat tulisan atau pembicaraan langsung. Untuk masuk dan terhubung dengan suatu pembicaraan kritik dan masukkan usahakan untuk selalu penasaran. Cari tahu apa yang sebenarnya menjadi obyek yang dibicarakan, cari tahu sebabnya, dan cari tahu apa yang mereka harapkan.

Semakin dalam kita terlibat dalam pembicaraan, semaki jelas seperti apa yang mereka maksud dan mereka inginkan. Hal ini bukan hal mudah. Karena pada dasarnya mendengarkan bukan hal mudah untuk dilakukan dengan baik.

Cari pola

Kritik dan masukan harusnya tidak dibiarkan begitu saja. Harus ada usaha untuk kita lebih baik dan menghindari kesalahan yang sama. Untuk itu diperlukan pencarian pola kritik. Hal ini sedikit banyak membantu kita mengkategorikan hal apa yang sering menjadi obyek kritik atau masukan.

Jika terlalu banyak yang memberikan masukan untuk obyek yang sama mungkin bisa berarti obyek tersebut memang seharusnya diperbaiki. Misalnya sebuah startup meluncurkan sebuah fitur baru. Alih-alih mendapat sambutan yang positif fitur malah banyak menuai kritik dan saran. Di situlah harusnya startup berbenah.