Mencegah Penipuan Online Dengan Data Kredibilitas Penjual Ala Kredibel

Belanja online atau transaksi secara online sekarang mulai menjadi kebiasaan baru bagi masyarakat Indonesia. Penggunanya terus tumbuh, platform dan infrastruktur terus membaik, dan hal positif lain terus muncul seiring dengan kemudahan-kemudahan yang ditawarkan. Meskipun demikian, tetap saja ada hal-hal negatif yang menghambatnya. Salah satunya adalah penipuan. Biasanya kejahatan ini menyasar mereka yang baru bertransaksi secara online dan mereka yang tidak waspada. Permasalahan ini kemudian menjadi acuan pendirian Kredibel yang diprakarsai Muhammad Ihsan dan Yudhistira Bayu.

Ihsan menjelaskan menjalani tahun kedua Kredibel memiliki beberapa layanan. Total mereka memiliki tiga layanan, yakni Guile Analyzer, Kredibot, dan Guile Box.  Dua layanan pertama, Guile Analyzer dan Kredibot merupakan layanan yang mampu mengidentifikasi apakah penjual berpotensi melakukan penipuan atau tidak. Identifikasi ini berdasarkan keluhan dan laporan pengguna yang pernah bertransaksi dengan penjual yang berangkutan.

Secara umum Guile Analyzer dan Kredibot memiliki fungsi yang sama, yang membedakan hanya platform. Layanan Guile Analyzer bisa diakses melalui web atau desktop, sedangkan Kredibot merupakan sebuah bot yang berjalan di platform pesan instan LINE (@kredibot). Sementara itu Guile Box merupakan sebuah layanan yang menyimpan informasi penjual online, baik whitelist maupun blacklist.

Kepada DailySocial, Ihsan menjelaskan, “Kredibel dapat mengidentifikasi apakah penjual berpotensi melakukan penipuan ataukah tidak, berdasarkan keluhan dan laporan pengguna yang pernah bertransaksi dengan toko online bersangkutan. Dengan kata lain, kredibel menyimpan informasi penjual-penjual online pada database yang kami sebut sebagai Guile Box. Guile Box sendiri menyimpan 2 jenis data, yaitu data blacklist dan whitelist.”

“Data blacklist merupakan data yang kami dapatkan dari laporan-laporan pengguna Kredibel yang sebelumnya mengaku telah tertipu oleh seorang penjual online. Namun, tidak semua laporan yang masuk ini akan masuk ke dalam blacklist, karena setiap laporan yang masuk akan kami tinjau dulu kebenarannya, mulai dari kronologi kejadian, bukti-bukti yang dikirimkan (seperti bukti transfer atau screenshot percakapan), dan beberapa hal lainnya,” lanjutnya.

Untuk pembeli online, Kredibel menyasar mereka yang hobi berbelanja melalui kanal media sosial Instagram, LINE, dan lainnya. Dari data yang dihimpun Kredibel, media sosial adalah tempat paling rawan untuk bertransaksi. Hampir 85% laporan yang masuk di Kredibel terjadi di media sosial dengan Instagram sebagai platform paling riskan (untuk isu penipuan).

Untuk model bisnis, Ihsan menjelaskan Kredibel mengusung konsep B2B. Kredibel menjual informasi kredibilitas penjual ke startup yang membutuhkan data tersebut melalui API. Data tersebut nantinya bisa digunakan startup untuk membantu mereka dalam melindungi penggunanya dari penipuan. Saat ini, menurut Ihsan. pihaknya masih berusaha membantu mengurangi penipuan jual beli online.

“Fokus kami untuk saat ini adalah meminimalisir peluang seseorang tertipu ketika berbelanja online. Kami ingin membantu online shopper agar tidak tertipu ketika berbelanja online. Kami juga ingin memberikan edukasi kepada masyarakat, bagaimana berbelanja secara aman melalui internet,” tutup Ihsan.