Indosat Ooredoo Pilih Kembali ke Khitah, Divisi Bisnis Digital Dikurangi

Indosat Ooredoo akan fokus ke bisnis utama, seluler, sebagai khitahnya, mengurangi divisi bisnis digital lewat pengumuman penutupan layanan e-commerce Cipika, aplikasi e-book Cipika Bookmate, dan aplikasi e-money Dompetku pada tahun ini. Hal ini diungkapkan langsung President Director & CEO Indosat Ooredoo Alexander (Alex) Rusli di hadapan media, kemarin (12/6).

Alex menilai bisnis digital yang mulai digeluti sejak dirinya terpilih menjadi CEO di Indosat pada lima tahun lalu, tidak membuahkan hasil bagi perusahaan. Menurutnya, berbagai lini digital yang sudah diinvestasikan Indosat memang membuahkan pendapatan, tetapi pertumbuhannya tidak berjalan sustainable.

“Ini enggak ada yang salah, hanya merusak EBITDA. Penggunaan hanya naik ketika dikasih promosi saja. I have to stop when I have to stop, right? If I was outside doing digital outside, maybe I’ll do it. Tapi matriksnya enggak sama dengan telko, yang mana matriksnya ada empat. Yaitu EBITDA, revenue, EBITDA margin, dan profit. I don’t get value at all while growing digital business,” terangnya.

Menurut Alex, lima tahun adalah waktu yang cukup untuk sekadar mencoba layanan baru di luar bisnis seluler. Selama itu juga, pihaknya telah mengucurkan banyak suntikan untuk mendukung bisnis digital. Meskipun demikian, dia enggan membeberkan nilai investasi yang sudah dikucurkan perusahaan.

Everytime i want to make it grow, I have to sacrifice something else. Misalnya, uang yang seharusnya saya bisa pakai untuk marketing, sales, bangun jaringan. Akhinya ini enggak jadi self sustained, enggak bisa hidupin dirinya sendiri.”

Tutupnya berbagai bisnis digital Indosat, sambungnya, secara langsung memang jadi hal yang paling ditakuti perusahaan. Apalagi inovasi digital banyak yang bersifat mengganggu pasar, dikhawatirkan menjadi senjata makan tuan bagi pemain operator telekomunikasi.

Indosat sendiri memiliki kekuatan yang tidak bisa digeser, yakni lisensi sebagai operator. Ada alokasi frekuensi jaringan dari pemerintah yang menjadi kekuatan utama demi eksistensi Indosat di pasar. Hal ini, pada akhirnya, memaksa perusahaan untuk melakukan berbagai efisiensi karena ruang untuk mengeruk keuntungan mengecil.

“Ya takut banget [inovasi disruptive], tapi kami punya lisensi ada alokasi frekuensi dari pemerintah. That’s the one that no one can take away from us. Mau bagaimanapun juga, digital is the future tapi telko sebagai penyedia jaringan will always have a place di dalam ekosistem itu. Mungkin profit margin-nya tidak sebesar dulu, justru makin berat buat kita. Makanya the key is becoming more efficient.”

Dalam laporan keuangan Indosat pada kuartal I/2017, laba perusahaan tertekan hingga 19,9% dibandingkan periode yang sama, senilai Rp173,9 miliar dari sebelumnya Rp217,2 miliar. Adapun total pendapatan perusahaan tumbuh 7% menjadi Rp7,28 triliun, kontribusi dari bisnis seluler sebesar Rp6 triliun dan sisanya dari non seluler (MIDI dan telekomunikasi tetap) sebesar Rp1,23 triliun.

Cari mitra bisnis untuk Artajasa

Sebagai bagian bentuk dukungan untuk anak usaha atau mungkin realisasi dari langkah efisiensi, Indosat sedang mempersiapkan pencarian mitra bisnis untuk PT Artajasa Pembayaran Elektronis (Artajasa), perusahaan pengelola jaringan ATM Bersama, yang berada di bawah naungan PT Aplikasinusa Lintasarta.

Nantinya mitra bisnis tersebut akan masuk lewat penerbitan lembar saham baru dengan maksimal kepemilikan 25%. Indosat tidak berencana untuk berpartisipasi dengan menyuntikkan dana segar demi menambah kepemilikan sahamnya. Otomatis membuat sahamnya jadi terdilusi.

Alexander mengungkapkan ada empat mitra yang sudah mengungkapkan ketertarikannya untuk masuk ke Artajasa. Seluruhnya berasal dari perusahaan institusi keuangan luar negeri. Hanya saja dia enggan membeberkan nama-namanya dan memastikan proses penentuan pemenang masih berlanjut hingga dua bulan ke depan.

“Kami cari partner, tidak pernah ada pembicaraan untuk jual [Artajasa]. Nanti akan issue saham baru dengan maksimal kepemilikan saham 25%. Itu kajiannya sudah matang. Eksekusi masih jalan, ada empat calon. Nanti ditentukan dalam dua bulan ke depan.”

Indosat memiliki 72,36% saham di Lintasarta. Anak usaha ini khusus bermain di sektor komunikasi data dan teknologi informasi.

Secara total, Indosat memiliki enam anak usaha, yakni Indosat Singapore Pte. Ltd., Indosat Mega Media, Interactive Vision Media, Starone Mitra Telekomunikasi, Portal Bursa Digital, dan Lintasarta.