Gambaran tentang Lingkungan Kerja yang Baik

Membicarakan tentang lingkungan kerja menjadi materi yang selalu menarik. Pasalnya bekerja sendiri menjadi sebuah aktivitas dominan dalam kehidupan kita. Bayangkan, dalam satu hari kita memiliki waktu 24 jam, berapa lama waktu yang kita gunakan untuk bekerja, dan perbandingannya dengan aktivitas lain? Belum lagi aktivitas bekerja juga dilakukan rutin hampir setiap hari, setidaknya lima hari dalam satu Minggu.

Perangai seseorang umumnya akan mengikuti tempat di mana ia sehari-hari berada. Jika berada di tempat yang mengasah, maka ia akan terus mengalami peningkatan, pun sebaliknya. Dengan demikian lamanya kita berada di lingkungan kerja, sudah selayaknya disiasati dengan ragam hal yang mampu membuat kita menjadi pribadi yang lebih baik, secara kompetensi diri maupun tingkah laku.

Sayangnya tidak semua lingkungan kerja memberikan kesempatan kepada kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Banyak faktor yang kerap ditemui, beberapa di antaranya:

  1. Faktor kepemimpinan; keseharian di lingkungan kerja sangat bergantung bagaimana pemimpin di sana membangun kultur kerja. Jika pemimpin mengunggulkan sisi profesional, disiplin dan memiliki wawasan yang luas, dampak positif pada pengembangan rekan-rekan di bawahnya akan sangat terdukung. Sebaliknya, jika pemimpin bisnis lebih sering mencamur-adukkan berbagai kepentingan dan terkesan membatasi, maka jangan harap orang-orang di bawahnya akan terus berkembang.
  2. Faktor akuntabilitas; salah satu hal yang penting ditekankan dalam kultur bisnis adalah keterbukaan. Namun bukan berarti semua hal harus diketahui semua orang, akuntabilitas juga menempatkan informasi pada orang yang tepat. Kejujuran menjadi faktor pendukung dalam hal ini. Beberapa cerita yang pernah kami dengar, isu internal sering terjadi karena adanya tindakan yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Misal ada penjualan yang nilainya lebih tinggi, tapi dilaporkannya dengan nilai yang biasa saja. Percayalah pada sebuah prinsip hidup ini: sepandai-pandainya tupai meloncat pasti akan jatuh juga.
  3. Faktor kepercayaan; bagaimana mau berkembang, jika seseorang hanya dikurung di tempat yang sama dalam lingkungan kerja. Tidak boleh mengenal orang baru, tidak boleh mencoba hal baru. Dengan tidak adanya kepercayaan, artinya tidak ada kesempatan bagi orang lain untuk melakukan hal baru. Sementara masing-masing dari pekerja mutlak memerlukan tantangan baru untuk senantiasa mempelajari banyak hal baru, tak lain untuk kebaikan bisnis itu sendiri dan kebaikan si pekerja secara personal.

Cool workspace gives you a playground, ordinary workspace gives you space to work

Sebuah keuntungan mana kala kita berada di lingkungan kerja yang membangun diri kita secara pribadi, dalam hal ini disebut sebagai playground. Ada sebuah pilihan dalam melakukan pekerjaan, dengan workflow rutin yang sehari-hari dilakukan, atau dengan terus mengeksplorasi cara-cara baru untuk meningkatkan kualitas pekerjaan. KPI atau semacamnya tetap menjadi tujuan akhir, namun proses tersebut yang akan banyak mendidik kualitas seseorang.

Layaknya ruang bermain, kita diberikan kebebasan untuk melakukan banyak hal, dengan cara-cara yang kita temui dan dengan hal-hal yang kita sukai. Kendati diberikan kebebasan ada hal-hal yang bersifat prinsip yang harus menjadi fondasi, yakni tetap fokus pada tujuan dan mampu mengomunikasikan dengan baik. Fokus pada tujuan penting, agar tidak salah arah dalam melaju. Walaupun diberikan keleluasaan, tujuan utama bekerja adalah mencapai target yang diinginkan bisnis.

Selain dukungan lingkungan kerja, sejatinya faktor kemauan yang ada pada diri sendiri juga sangat signifikan dampaknya. Sebesar apa pun kesempatan pengembangan karier yang diberikan perusahaan, jika pekerja secara personal tidak memiliki kemauan untuk belajar akhirnya akan sama saja. Sehingga sinergi baik antara seseorang sebagai pribadi yang bekerja, dengan lingkungan kerja sebagai fasilitator harus mampu berjalan beriringan, sehingga memberikan value untuk keduanya.