Mengapa Kioson dan M Cash Lebih Memilih “Go Public”?

Pekan pertama bulan Oktober ini kita mendapat kabar lanjutan mengenai dua perusahaan startup yang secara kebetulan menyelenggarakan penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam waktu yang berdekatan.

Kioson dengan kode KIOS, secara resmi telah tercatat sebagai emiten ke-24 tahun ini pada Kamis kemarin, (5/10). Sementara M Cash baru menyelenggarakan paparan publik (6/10) untuk mengumumkan rencana listing di BEI pada 31 Oktober 2017 mendatang.

Kedua perusahaan teknologi yang masih tergolong startup ini memberi gebrakan dan semangat baru bahwa startup dapat menempuh opsi pendanaan dari dana pasar modal. Startup dapat memperoleh dana segar di luar cara standar, yang umumnya diperoleh lewat modal ventura atau private equity (PE) dengan tahapan seri tanpa batasan.

Ketika suatu perusahaan sudah tercatat di BEI, mereka memiliki kesempatan untuk menggalang dana segar dengan memilih dua opsi, yaitu menerbitkan saham baru (rights issue) atau surat hutang (obligasi dan sukuk). Karena ada saham publik di sana, maka perusahaan wajib bertanggung jawab dengan membuka seluruh kinerja dan melaporkannya secara rutin ke regulator.

Perbedaannya sangat kontras dibanding ketika startup masih memakai penggalangan dana mulai dari tahap awal, pra seri A, seri A, hingga menyandang status unicorn. Mereka akan cenderung tertutup dengan kinerja maupun kepemilikan saham perusahaan. Hal ini lumrah terjadi dan tidak ada yang bisa memaksa mereka untuk terbuka, kecuali terhadap investor ataupun calon investor.

“Bagi perusahaan, ketika mendapat dana publik akan lebih mudah untuk scaling. Memang dari segi ongkos operasional ada beban lebih, namun di satu sisi dari perpajakan dan utilisasi saham sebagai alat jaminan akan jauh sangat memudahkan mereka,” terang Managing Director Ideosource Andi S Boediman.

Lalu dari perlakuan emiten terhadap investor akan jauh lebih adil karena semua pemegang saham menjadi common share (pemegang saham biasa). Beda halnya bila perusahaan masih tertutup yang masih membedakan dua jenis pemegang sahamnya, dengan masih memiliki saham preferen.

Saham preferen itu maksudnya, jika saham perusahaan dilikuidasi maka pemegang saham tersebut dapat langsung menerima bagian lebih dahulu daripada pemegang saham biasa.

“IPO jadi alternatif yang murah ketimbang pakai cara lain. Dari sisi investor, kami melihatnya positif karena investor lama dapat likuiditas yang dapat digunakan untuk berinvestasi di tempat lain. Ini yang terjadi dengan Ideosource. Kebetulan pernah menjadi investor indirect di salah satu perusahaan yang kemudian diakuisisi M Cash, lalu saham kami ditukar dengan saham. Ini jadi win win solution.”

Dorong startup lakukan hal disruptive

Paparan publik M Cash / M Cash
Paparan publik M Cash / M Cash

Founder dan CEO Kioson Jasin Halim mengatakan memilih aksi IPO merupakan hasil akhir yang dipilih perusahaan setelah mendapati jalan buntu ketika bertemu dengan berbagai investor asing. Disebutkan terjadi perbedaan penghitungan nilai valuasi perusahaan.

“Startup banyak yang pakai penggalangan dana dengan seri A, seri B. Kita coba pakai jalur tersebut tapi tidak sampai. Sebab ada pertimbangan, di mana valuasi kita dengan yang mereka hitung itu beda. Jadinya tidak cocok,” ucapnya saat berbincang dengan media.

Dia melanjutkan, “Ketika kita coba pelajari tentang IPO, ini tidak tabu. Kenapa tidak coba cara yang tidak dilakukan startup pada umumnya, kita pakai cara yang disruptive. Kita juga mencoba disrupt pasar untuk tidak lagi secretive. Kami akan comply dengan corporate governance, keterbukaan informasi, karena kami sudah jadi perusahaan terbuka.”

Jasin menerangkan paling tidak dalam setahun mendatang pihaknya belum memikirkan aksi korporasi lainnya untuk mencari dana segar. Kioson saat ini masih fokus ke pengembangan produk dan layanan secara vertikal maupun horizontal sebagai upaya memperbaiki kinerja agar dapat memperoleh kepercayaan dari investor.

“Belum ada rencana karena untuk raise funding harus melihat dari kebutuhan perusahaan dan bagaimana kondisi keuangan apakah strategis untuk rights issue.”

Sementara itu, langkah IPO bagi M Cash merupakan pertanda telah dicapainya titik kematangan perusahaan dari awalnya adalah startup. Ada juga pengaruh yang ditularkan oleh salah satu pemegang saham M Cash, yakni Kresna Graha Investama, yang notabene adalah emiten investasi.

Menurutnya, menjadi emiten akan memicu timbulnya ide baru mengingat ada banyak investor baru yang ingin saling bersinergi satu sama lain.

“Ada dua alasan yang dorong kami IPO. Pertama, dari Kresna Graha yang jadi share holder kami. Dua, karena kita lihat masuk ke pasar modal itu buat akuntabilitas kita jadi lebih transparan dan bisa dinikmati banyak orang,” ucap CEO M Cash Martin Suharlie.

Animo tinggi, harga terus naik

Animo publik yang tinggi terhadap Kioson sebagai startup pertama yang melantai di BEI cukup tercermin dari proses penawaran saham, pemesanan atas saham perseroan mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) lebih dari 10 kali dari jumlah saham yang ditawarkan.

Harga saham KIOS terus menunjukkan penguatan dari harga penawaran awal sebesar Rp300 menjadi Rp700 per lembar, pada perdagangan sesi II yang ditutup sore tadi (9/10).

Tujuan awal Kioson melakukan IPO lantaran perusahaan ingin menggunakan dana segar yang didapat untuk ekspansi bisnis, bukan untuk restrukturisasi hutang.

“Kalau tujuannya untuk restrukturisasi hutang, sebenarnya bagi sebagian investor jadi kurang menarik. Beda halnya apabila tujuannya untuk ekspansi bisnis, artinya ada prospek cerah yang ditawarkan perusahaan,” ucap Analis Binaartha Securities Muhammad Nafan Aji Gusta, saat dihubungi secara terpisah oleh DailySocial.

Dia melanjutkan pergerakan saham Kioson yang cenderung menguat, menjadi indikasi yang umum pada saat perusahaan baru melantai. Hanya saja, yang perlu diperhatikan adalah volatilitas pasar ke depannya, komposisi antara supply dan demand harus dijaga.

“Karena baru melantai, harga saham terus menguat. Artinya masih lebih banyak demand daripada supply. Kalau harga terus menurun, artinya investor mulai profit taking karena khawatir dengan fundamental perusahaan itu sendiri.”

Melihat kiprah Kioson dan M Cash di BEI, Andi mengungkapkan setidaknya ada dua startup mulai serius melakukan IPO sebagai opsi mendapat pendanaan segar. Meski tidak menyebutkan dua identitas perusahaan, Andi hanya mengatakan kedua perusahaan tersebut masih memiliki segmen bisnis yang sama dengan Kioson dan M Cash.

“Tunggu saja tahun depan. Ada satu atau dua startup yang serius prepare untuk IPO. Masih e-commerce kok, lihat saja tahun depan bagaimana,” pungkas Andi.