Waktu yang Tepat untuk Bekerja Sama

Kesalahan merupakan bagian perjalanan panjang dalam mencapai tujuan, termasuk dalam bisnis. Ketika membangun startup kesalahan pun sering ditemui. Sebagai seorang founder tentu harus meminimalkan kesalahan-kesalahan ini. Kadang kesalahan sering berasal dari keputusan untuk bekerja sendiri, untuk itu penting untuk mengetahui kapan harus mengerjakan sendiri atau kapan untuk memutuskan bekerja bersama.

Ketika berada di luar keahlian

Tidak ada salahnya ketika kita memutuskan untuk bekerja sendiri, namun ada beberapa kondisi yang mengharuskan kita untuk mengandalkan orang lain. Salah satunya adalah ketika kita menghadapi pekerjaan di luar kemampuan atau keahlian kita. Misalnya ketika pendiri sedang mengerjakan masalah legalitas dan kebetulan minim informasi di ranah hukum. Alih-alih dipaksakan mengerjakan sendiri lebih baik mencari bantuan dari pihak ketiga yang lebih paham seperti agensi atau lainnya.

Ketika terlalu banyak pekerjaan yang ditangani

Terlalu banyak pekerjaan juga tidak baik untuk dikerjakan seorang diri. Ketika load pekerjaan sudah terlampau banyak baiknya untuk berbagi. Bisa membaginya dengan tim atau membagi dengan menjadwalkan sesuai prioritas. Memiliki beban pekerjaan berlebihan memang tidak dianjurkan karena dibutuhkan fokus untuk bisa menghasilkan kualitas produktivitas.

Ketika membutuhkan perspektif baru

Perspektif baru adalah salah satu alasan paling utama untuk bisa bekerja sama dengan orang lain, atau setidaknya tidak dikerjakan sendirian. Terkadang ide-ide baru dan fresh tidak lahir dari pemikiran seorang diri. Harus ada teman brain stroming untuk melihat kemungkinan atau perspektif yang sebelumnya tidak terpikirkan. Saling melempar argumen, saling berdebat, dan bertukar pikiran biasanya awal dari ide baru yang tidak terpikirkan selama ini, seorang diri.

Risiko terlalu tinggi

Terakhir, salah satu kondisi yang tidak dianjurkan bekerja sendiri adalah ketika menghadapi kondisi atau pekerjaan dengan risiko yang terlalu tinggi. Keberadaan orang lain selain bisa membagi beban, bertukar pikiran juga bisa menjadi rekan pengingat akan risiko. Rekan yang bisa membantu lebih hati-hati dengan pertimbangan-pertimbangan lain yang tidak terpikirkan atau dilupakan. Sederhananya hadirnya pihak lain bisa menjadi “otak” kedua dengan antisipasi-antisipasi yang berbeda. Sekali lagi, dengan sudut pandang yang berbeda.