Tips Meningkatkan Brand Awareness dengan Snapchat

Seiring dengan ramainya penggunaan Instagram di Indonesia, tidak ketinggalan pula dengan media sosial yang satu ini, yaitu Snapchat. Kemunculannya pertama kali di tahun 2011 mampu membuatnya menjadi media sosial dengan predikat pertumbuhan tercepat di tahun 2014 mencapai 57%. Snapchat memiliki 100 juta pengguna aktif setiap bulan dan setiap harinya terdapat 400 juta snaps dari para penggunanya.

Ingin tahu bagaimana bisa menggunakan Snapchat untuk brand Anda? Berikut beberapa tipsnya, let’s take a look:

Jadikan akses eksklusif

Audiens akan merasa senang bila diajak terlibat langsung dengan sebuah brand. Rasa keingintahuan audiens terhadap apa yang terjadi di balik nama besar sebuah brand bisa dimanfaatkan untuk menarik lebih banyak follower. Jika brand akan me-launching sebuah produk baru, Snapchat dapat dijadikan saluran eksklusif yang membahas persiapan atau membagikan cleu untuk menarik keterlibatan audiens. Setelah produk resmi di-launch, media sosial Snapchat dapat membantu Anda memberikan demo produk baru secara live kepada audiens. Berbagai tawaran gift, voucher diskon bisa Anda bagikan untuk tidak melewatkan rasa penasaran audiens yang ingin mencoba produk baru tersebut.

GrubHub sebuah perusahaan online untuk pemesanan makanan berhasil melibatkan audiensnya menggunakan Snapchat. Dengan mengajak audiens mengirimkan foto atau video sehari-hari mereka yang berhubungan dengan makanan. Bagi audiens yang memiliki cerita paling menarik akan mendapatkan hadiah atau voucher diskon. Hasilnya, secara langsung GrubHub mendapat tambahan follower hingga 20%.

Menyajikan topik terhangat

Penting bagi sebuah brand mengikuti isu yang berkembang untuk mendapatkan konsep pemasaran yang efektif. Ini berlaku pula pada Snapchat. Bawa brand Anda ke dalam Snapchat dengan mengangkat isu yang sedang hangat dibicarakan. Jangan ragu untuk membuat semuanya menjadi nyata karena keaslian sebuah brand sangat penting ditonjolkan dalam jaringan hyper-social.

DOVE sebuah brand sabun mandi berupaya menarik perhatian wanita muda yang sebelumnya mereka hanya fokus pada audiens di rentang usia 35 – 40 tahun. Untuk mendapatkan perhatian wanita muda, mereka menggunakan Snapchat yang mana sebagian besar penggunanya adalah kaum millennials. Selama 2 jam audiens diundang untuk melakukan percakapan menggunakan Snapchat dengan para psikolog dan brand ambassador. Berbagi gagasan dan saling bertukar pikiran mengenai isu kepercayaan diri seorang wanita untuk meningkatkan citra dirinya sebagai wanita muda. Hasilnya, DOVE berhasil menciptakan 75 percakapan aktif dan mendapat 130.000 views.

Bagian cerita yang interaktif

Aplikasi Snapchat yang dibuat khusus agar audiens bisa membuat story dengan lebih aktraktif dapat membantu strategi pemasaran yang tidak biasa. Berbagai emoticon, filter, dan tidak ketinggalan fitur stop motion mereka sediakan untuk membuat cerita Anda lebih hidup. Sebuah brand juga dapat menyampaikan cerita secara real time atau Anda juga bisa membagikan cerita mengenai culture atau image brand Anda yang bisa saja berhubungan dengan customer experience. Cerita di balik layar menjadi daya tarik tersendiri agar dapat menjaga keterikatan dengan audiens Anda. Buat pandangan audiens semakin clear terhadap brand dengan cerita yang Anda bagikan melalui Snapchat.

Sama halnya dengan Instagram yang memiliki sederet daftar influencer, Snapchat juga sering memakai influencer dalam strategi pemasaran suatu brand. Salah satu sumber mengatakan, influencer yang akan mengarahkan terjadinya engagement sebesar 2% – 5% per post adalah mega-influencers – yang terdiri dari aktor, aktris, atlet, and social media stars. Di mana mereka rata-rata memiliki 500K+ followers. Namun ada lagi yang tergolong micro-influencers yang mampu mengarahkan terjadinya engagement hingga 25% – 50% per post yaitu adalah golongan konsumen sehari-hari yang justru memiliki 1.000 – 100.000 followers saja. Mereka dinilai sangat memiliki relevansi terhadap brand karena dipengaruhi oleh adanya customer experience yang secara natural mereka alami sendiri.


Disclosure: Tulisan tamu ini disusun oleh Gina Dwi Prameswari. Gina adalah Content Consultant di BBOX Consulting. Ia bisa dihubungi melalui blog BBOX