APAC MLearning Conference 2011 telah memasuki hari pertama penyelenggaraannya, acara yang berjalan mulai dari pagi hari sampai pukul 5 sore ini diisi oleh dua diskusi panel dan berbagai keynote dari pembicara termasuk Dr. Serkan Toto yang bisa jadi sudah tidak asing lagi bagi pembaca DailySocial. Beliau adalah salah satu kontributor untuk TechCrunch Jepang dan konsultan di bidang web dan industri mobile.
Meski acara dimulai agak terlambat dan beberapa kali ada masalah dengan slide presentasi dari para pembicara, namun konten dari tema utama konferensi ini – mobile learning (M-Learning)- sangat menarik, terutama untuk di eksplorasi bagi para startup atau developer mobile di Indonesia.
Konferensi ini memang menitikberatkan pada perkembangan dan pengembangan masa depan M-Learning sebagai bagian dan tahap selanjutnya dari e-learning, proses pembelajaran yang terus berkembang dan kini memasuki area mobile yang memiliki peluang sangat besar, terutama dari pertumbuhan perangkat bergerak serta behaviour pengguna yang telah memaknai perangkat mobile sebagai bagian dari hidup mereka.
Salah satu pembicara yang mewakili pandangan dan strategi pemerintah, Prof. DR. Ing. Kalamullah Ramli menjelaskan bahwa tantangan yang dihadapi dalam pengembangan M-Learning antara lain adalah pengembangan infrastruktur, pola pikir bahwa M-Learning bisa membawa produktivitas yang harus terus dikembangkan serta koordinasi dari berbagai pihak, pendidikan, ICT, serta pelaku bisnis (provider – operator) dalam mengembangkan M-Learning.
Penggunaan perangkat bergerak di seluruh dunia terus tumbuh, Indonesia juga memiliki peluang yang sangat besar, penetrasi mobile sekitar 85,4%, jumlah penduduk lebih dari 230 juta dengan konsumsi perangkat bergerak yang sangat tinggi adalah beberapa poin dari peluang untuk pembelajaran dengan perangkat bergerak. Pembelajaran di sini juga tidak hanya sebatas proses pendidikan namun cakupannya bisa sangat luas dan bisa masuk pada kehidupan sehari-hari.
Prof. John Traxler, Professor of Mobile Learning. School of Computing and IT, University of Wolverhampton menjelaskan dalam peresentasinya bahwa penerapan M-Learning bisa dikembangkan dengan melihat target dari learning itu sendiri. Penerapan teknologi bisa jadi akan berbeda pada setiap target pengguna ini. Ada yang memerlukan teknologi yang canggih agar menarik namun ada juga yang membutuhkan teknologi ‘sederhana’ namun tepat guna.
Penerapan M-Learing tentunya selaras dengan penetrasi penggunaan perangkat bergerak yang tumbuh pesat, termasuk di Indonesia, banyak peluang pemecahan masalah yang bisa dikembangkan di Indonesia dengan penerapa M-Learning secara luas, tidak melulu di dunia pendidikan. Beberapa contoh yang dikemukakan oleh Prof. John Traxler antara lain penerepan SMS untuk proses pembelajaran, menggunakan teknologi Augmented Reality (AR) untuk mendapatkan informasi atau belajar sejarah dari bangunan tertentu.
Serkan Toto memberikan presentasi singkat, pada hari pertama tentang perkembangan mobile di Jepang yang sangat tinggi, pengguna terbesar ke tujuh di dunia (107 juta) populasi web ketiga terbesar di dunia dan penetrasi 3G sudah 100%, feature phone di sana juga sudah seperti smartphone (dilihat dari teknologi yang ditawarkan ke pengguna).
Untuk M-Learning, Serkan menjelaskan bahwa ada 3 segmen dari penerapan M-Learning di Jepang: B2B, B2C dan packaged software. Penerapannya juga bermacam-macam mulai untuk feature phone, flash lite games, iPhone app, situs yang dimaksimalkan untuk akses dari ponsel. Beberapa pelaku M-Learning antara lain perusahaan besar seperti mobile carriers, pabrikan dan penerbit konten.
Pada sesi panel serta beberapa presentasi yang lain juga sering kali disebutkan tentang perkembangan perangkat bergerak dan penggunaannya, beberapa faktor lain yang harus diperhatikan untuk penerapan M-Learning adalah pola perilaku masyarakat atau pengguna, termasuk jenjang umur, bagaimana perilaku pengguna menggunakan ponsel juga termasuk dari bahan untuk mempelajari penerapan M-Learning. Beberapa penerapan teknologi yang bisa dikembangkan atau diintegrasikan untuk M-Learning antara lain Near Field Communication, Location Based Service, GPS, dan augmented reality.
Saya sendiri melihat bahwa M-Learning memiliki peluang yang besar untuk dikembangkan di Indonesia, selain banyak masalah yang harus dipecahkan di sini, ketidakmerataan pengetahuan juga adalah peluang tersendiri, belum lagi penetrasi mobile yang sangat tinggi dan kedekatan masyarakat dengan teknologi (penggunaan gadget).
Sejauh yang saya tahu (diluar institusi pemerintah dan pendidikan) masih jarang atau tidak banyak dikenal oleh umum yang mengembangkan project, startup atau layanan di segmen ini, padahal penerapan teknologi seperti Near Field Communication, Location Based Service, GPS, augmented reality sudah cukup dikenal di Indonesia, minimal penerapan dalam aplikasinya dan ini bisa diintegrasikan pada penerapan M-Learning. Memang sisi bisnis sebagai ‘bensin’ dari pengembangan serta tantangan penerapan teknologi yang tepat masih perlu ditelaah secara tepat. Tetapi di sisi lain, tantangan adalah salah satu ‘motivasi’ dalam memulai inovasi.
Saat tulisan ini ditulis, acara hari kedua dari APAC Mobile Learning Conference 2011 masih berlangsung, Anda bisa melihat keterangan lain pada situs mereka, presentasi Dr. Serkan Toto telah tersedia di SlideShare pada tautan ini.
Disclosure: DailySocial adalah media partner untuk acara ini.