Astra Group, lewat anak usaha Sedaya Multi Investama (SMI), bersama WeLab, perusahaan p2p lending asal Hong Kong dan Tiongkok, mendirikan perusahaan patungan yang bergerak di fintech lending Astra WeLab Digital Arta (AWDA). AWDA menjadi cara Astra meramaikan potensi fintech lending di Indonesia yang masih mengalami gap yang cukup lebar.
Peluncuran AWDA hari ini, Rabu (5/9), turut dihadiri oleh jajaran manajemen Astra Internasional, anak-anak usaha di bawah Astra Financial, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan perwakilan dari WeLab. AWDA menjadi perusahaan kesebelas yang bernaung di bawah Astra Financial, perusahaan yang bergerak di jasa keuangan.
Direktur Astra Internasional Suparno Djasmin menjelaskan, SMI memiliki porsi saham 60% AWDA, sedangkan sisanya 40% dimiliki oleh WeLab. Keduanya berkomitmen untuk menambah modal setor ke AWDA hingga $21 juta (sekitar 315 miliar Rupiah) demi menunjang bisnis AWDA ke depannya. Untuk operasionalnya, AWDA akan sepenuhnya ada di bawah naungan FIF Group, anak usaha Astra di bidang pembiayaan.
“AWDA merupakan kolaborasi dari dua kekuatan, Astra punya brand yang kuat di otomotif dan finansial, dan WeLab yang memiliki produk finansial yang inovatif bisa meningkatkan inklusi keuangan,” terang Suparno.
Menurutnya, Astra menggandeng WeLab karena mereka memiliki expertise yang baik untuk fintech lending, baik dari segi inovasi dan teknologi yang dipakai. WeLab secara bisnis telah beroperasi di Hong Kong dan Tiongkok, bila diakumulasi diklaim total nasabahnya mencapai 30 juta orang.
CEO dan Founder WeLab Simon Loong menambahkan, sebenarnya pihak WeLab sudah mengincar pasar Indonesia sejak 2016 dengan mulai mempelajari kondisi pasar terlebih dahulu. Dari kesimpulannya, kondisi Indonesia ternyata tidak jauh berbeda dengan apa yang terjadi di Tiongkok pada tahun-tahun sebelumnya. Indonesia menjadi pasar ketiga yang disambangi WeLab, setelah Tiongkok pada 2014 lalu.
“Dari pihak kami, akan ada transfer knowledge untuk para talenta lokal AWDA. Kami pun akan mengembangkan dua produk yang sebelumnya sudah sangat kami kuasai, yaitu pinjaman ke individu dan korporat.
Rencana bisnis AWDA
Pada saat yang bersamaan, AWDA merilis aplikasi Maucash, sementara baru tersedia untuk versi Android. Presiden Direktur AWDA Rina Apriana menerangkan ada dua produk pinjaman yang ditawarkan, Maucepat dan Mauringan.
Maucepat memberikan pinjaman dari Rp1 juta sampai Rp3,5 juta dengan tenor 10-30 hari. Sedangkan Mauringan memberikan pinjaman Rp2 juta sampai Rp8 juta dengan tenor yang sedikit lebih panjang 3-6 bulan.
“Kami secara khusus menargetkan nasabah usia muda yang paham dengan teknologi untuk menjadi nasabah Maucash. Mereka jadi bisa mendapatkan kemudahaan saat mencari pinjaman, semoga bisa tepat dengan apa yang kami berikan,” terang Rina.
Dalam tahun ini, AWDA akan mulai dipasarkan secara bertahap lewat jaringan FIF Group. Ada 12 kota yang disasar, enam di dalam Pulau Jawa dan sisanya di luar Pulau Jawa. Diharapkan pada tahap awal ini AWDA bisa memperoleh 5 ribu nasabah.
“Berikutnya kami bisa tumbuh lebih eksponensial, apalagi akan ada sinergi ekosistem yang akan dilakukan baik dari Astra Finansial maupun Astra Group,” tambah Suparno.
Sama seperti pemain p2p lending lainnya, Rina menjelaskan untuk sumber dana pinjaman, pihaknya akan membuka dari dua sumber dari institusi, baik dari internal Astra Group maupun dari institusi eksternal dan investor individu.
Untuk saat ini, investor individu masih belum bisa berinvestasi di Maucash. AWDA masih melakukan proses kajian model seperti apa yang cocok untuk diterapkan.
Sebelum diresmikan ke publik, AWDA sudah mengantongi surat tanda terdaftar dari OJK dan Kominfo untuk izin penyelenggara jasa berbasis elektronik.