Online payment gateway Faspay hadir dalam #SelasaStartup memberikan insight seputar tren unik di dalam sistem pembayaran online

Memahami Tren Unik Pembayaran Online Masa Kini

Pertumbuhan teknologi yang cepat turut mengubah kebiasaan orang. Hal yang sama juga terjadi dalam kebiasaan belanja online, dari yang awalnya terbiasa datang langsung ke toko, kini hanya butuh layar ponsel atau komputer saja untuk membeli barang yang diinginkan.

Dulunya orang terbiasa datang ke agen travel apabila ingin melakukan perjalanan dan membandingkan harganya dengan masing-masing pemain agen. Kini semua proses bisa dilakukan dengan platform online. Begitupun saat ingin memesan ojek, cukup lewat aplikasi.

Menurut laporan ValueWalk, Indonesia memiliki sekitar 132 juta pengguna internet. Sekitar 24,7 juta di antaranya dikategorikan sebagai online shopper dan telah berbelanja sampai Rp75 triliun. Dipercaya angka ini baru mencatat belanja online dari metode pembayaran secara nontunai, belum dari metode Cash on Delivery (CoD) dan metode manual lainnya.

Semakin menariknya industri e-commerce sejalan dengan kian bervariasinya metode pembayaran yang dapat dipilih oleh para pembeli. Segala kemudahan yang diberikan inovasi teknologi membuat terjadinya pergeseran gaya hidup. Seperti apa tren unik tersebut?

Untuk membahas topik ini, #SelasaStartup sesi kali ini (23/10) menghadirkan Head of Marketing Communication Faspay Frecy Ferry Daswaty. Berikut rangkumannya.

Solusi pembayaran online kian beragam

Frecy menjelaskan saat ini opsi pembayaran untuk belanja online sangat beragam. Selain kartu kredit, debit dan bank transfer, ada mobile banking, e-money & mobile payment. Perusahaan teknologi pun juga menyediakan seperti Samsung Pay, Apple Pay, dan Google Pay.

Perusahaan konvensional juga tak mau kalah seperti Pegadaian dan Pos Indonesia yang menyediakan opsi pembayaran di setiap gerainya yang tersebar di seluruh Indonesia.

Namun yang sekarang ini memiliki gaung terbesar adalah digital financing yang dihadirkan para pemain fintech. Ambil saja contohnya solusi pembayaran dengan cara mencicil di warung kaki lima yang dihadirkan Akulaku.

“Metode pembayaran yang baru ini cukup unik dan kemungkinan ke depannya akan banyak solusi unik lainnya yang siap dihadirkan. Tentunya lambat laun inovasi baru ini akan mengubah kebiasaan orang-orang,” ujar Frecy.

Hal ini turut mendorong transaksi semakin seamless dan journey-nya kian ringkas dengan UI/UX yang user-friendly. Konsumen tidak perlu mengklik banyak halaman untuk menuntaskan transaksi online mereka.

Pembayaran transaksi antar negara juga dapat lebih mudah dilakukan, berkat solusi yang dihadirkan PayPal. Orang dapat berbelanja di berbagai platform e-commerce skala global, seperti Amazon dan Alibaba, dengan mudah.

“Bila dilihat pada tiga tahun lalu, pada waktu itu metode pembayaran dengan online belum begitu populer karena orang masih belum begitu percaya. Makanya lebih populer CoD. Beda kondisinya dengan sekarang ini.”

Adopsi mobile first tinggi

Tingginya jumlah online shopper di Indonesia, sambungnya, tercermin dari hasil laporan yang menyebut sebanyak 82% orang Indonesia mengakses internet lewat smartphone.

Tingginya adopsi smartphone berbanding terbalik dengan tingkat kepemilikan rekening bank. Yang angkanya kian timpang bila ditarik sampai lima tahun belakangan. Hal ini jadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan secara bersama antara pemerintah dengan pelaku industri.

Di sisi lain, fakta memperlihatkan tingginya kebergantungan orang dengan smartphone dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya.

Dalam laporan lain yang ia kutip, 92,8% orang Indonesia berbelanja online lewat smartphone, sedangkan lewat PC hanya 7,21%.

Sesuaikan solusi pembayaran dengan jenis usaha

Menggabungkan dua fakta unik di atas, bisa ditarik kesimpulan bagaimana toko online menyusun strategi menyediakan metode pembayaran yang tepat. Caranya tergantung jenis layanan toko online yang dibuat.

Berdasarkan laporan internal Faspay, apabila menjual produk dengan harga di atas 1 juta, lebih baik memakai strategi cicilan kartu kredit atau sejenisnya ketimbang memberikan opsi dengan e-money. Hal yang sama jika toko online menjual jasa online travel agent. Program cicilan tentunya akan lebih menarik.

Adapun untuk layanan fintech repayment, misalnya dalam pembayaran tagihan, orang Indonesia cenderung lebih suka memilih opsi pembayaran lewat convenience store. Ini karena target nasabah pemain fintech adalah kaum unbankable dan belum memiliki rekening bank.

Opsi membayar lewat convenience store akan lebih memudahkan. Sementara untuk pembelian voucher game, mayoritas akan memilih beli lewat layanan e-money. Alasannya lebih ringkas dan tidak diharuskan identifikasi dengan mencantumkan KTP. Cukup pakai nomor ponsel.

“Ini fakta yang kita ambil dari data Faspay sendiri. Faspay bermitra dengan 1800 merchant dengan 20 kategori. Kami ambil lima kategori terbesar dan itulah hasilnya. Jadi intinya kembali lagi ke jenis layanan online yang mau disediakan. Karena preferensi dalam menggunakan tiap opsi pembayaran online itu berbeda-beda.”

Strategi berikutnya yang perlu diperhatikan adalah bagaimana memilih promosi pemasaran yang tepat demi menjaring banyak transaksi. Dari data internal Faspay, tingkat belanja online tertinggi justru pada hari biasa, dari siang sampai sore hari.

Hari Rabu mencatat tingkat konversi tertinggi ketimbang hari lainnya. Justru pada hari pekan konversi mencapai penurunan sampai 30%.

“Ini wajar karena hari pekan, orang lebih terfokus untuk menghabiskan waktu bersama keluarga dan beristirahat sehingga jarang menggunakan smartphone-nya.”

Dari insight ini, Frecy berharap setiap toko online dapat mempertimbangkan banyak sisi, baik dari sisi penyediaan metode pembayaran dan strategi pemasaran yang tepat. Dengan demikian, bisnis akan tetap berkembang.