Pendanaan Zilingo

Zilingo Umumkan Perolehan Pendanaan Seri D Senilai 3 Triliun Rupiah

Hari ini (12/2) layanan fashion commerce Zilingo mengumumkan penutupan putaran pendanaan seri D senilai $226 juta (setara dengan 3,1 triliun Rupiah). Pendanaan ini didapat dari sejumlah investor termasuk Seqouia Capital, Temasek, Burda Principal Investments, Sofina, EDBI dan sejumlah investor sebelumnya. Dengan putaran tersebut, total keseluruhan dana modal yang didapat startup asal Singapura ini berkisar $308 juta.

Zilingo akan menggunakan dana yang ada untuk berinvestasi dalam infrastruktur dan teknologi yang dibutuhkan untuk mengintegrasikan dan mendigitalkan rantai pasokan industri busana dan kecantikan. Mereka juga berencana untuk menguatkan ekspansi di beberapa pasar utama seperti Filipina, Indonesia serta Australia pada tahun ini.

Zilingo meresmikan kehadirannya di Indonesia sejak awal tahun 2017 lalu pasca perolehan pendanaan seri A di tahun sebelumnya. Untuk produk busana, Indonesia dinilai sebagai pangsa pasar potensial. Di awal kehadirannya Zilingo langsung membentuk tim lokal, dan menghimpun lebih dari 2700 penjual dengan 100 merek busana — tentu dibumbui publikasi iklan di media mainstream secara gencar.

Selain meningkatkan traksi untuk segmen B2B dan B2C, Zilingo juga terus mengeksplorasi kemungkinan model bisnis lain. Salah satunya disampaikan awal tahun ini oleh Co-Founder dan CEO Zilingo Ankiti Bose. Pihaknya berencana untuk merambah segmen offline demi menyentuh kalangan konsumen yang lebih luas.

Selain itu turut diungkapkan Ankiti soal rencana Zilingo untuk membangun layanan in-house fintech yang ditujukan buat bantuan pinjaman kredit dan sistem pembayaran kepada para merchant.

Bukan sekadar marketplace busana

Founder Zilingo
Ankiti Bose dan Dhruv Kapoor / Zilingo

Platform e-commerce ini didirikan oleh dua orang founder, yakni Ankiti Bose dan Dhruv Kapoor, pada tahun 2015. Kala itu founder menemukan fakta bahwa penjual kecil tidak memiliki volume yang cukup untuk memasok bahan baku semurah pengusaha besar. Dari situ Zilingo mulai memperluas bisnis, tidak hanya sekadar marketplace, tapi juga mengembangkan sistem yang menghubungkan penjual dengan berbagai perusahaan pendukung industri busana itu sendiri.

“Peran teknologi seharusnya untuk menciptakan pertumbuhan yang inklusif. Dalam industri busana, ketidakefisienan rantai pasokan inti menghalangi para penjual skala kecil dan menengah untuk membuka potensi penuh mereka dibandingkan dengan brand besar. Kami menciptakan sebuah wadah dengan layanan dan produk terbaik di kelasnya untuk semua penjual – terlepas dari besarannya. Kami rasa pendekatan ini dapat mendukung pertumbuhan besar bagi para pemasok di Asia Tenggara,” ujar Ankiti.

Di segmen B2B, untuk meningkatkan kemampuan rantai pasokan, mereka menghadirkan platform Zilingo AsiaMall dan Z-Seller. Zilingo berkomitmen untuk mempercepat pertumbuhan melalui kerja sama dengan para mitra memanfaatkan teknologi yang dikembangkan. Selain itu perusahaan juga masih terus berupaya membuka potensi global untuk memasarkan produk busana dan kecantikan.

Nilai industri busana global ditaksirkan akan mencapai $3 triliun, sementara $1,4 triliunnya berasal dari Asia. Peluang ini yang coba ingin ditangkap baik-baik oleh Zilingo.

“Investasi Sequoia di Zilingo sudah ada bahkan sebelum perusahaan terinkorporasi dan nama perusahaan Zilingo difinalisasi. Ankiti beserta timnya mengubah ide orisinal mereka tentang Zilingo menjadi sebuah platform yang melayani para konsumen, penjual, retailer, brand, dan produsen di bidang busana secara menyeluruh yang mewakili pasar bernilai ratusan miliar dolar,” ujar Managing Director Sequoia Capital Singapura Shailendra Singh.

Application Information Will Show Up Here