Halosis, platform social commerce, meresmikan kehadiran setelah beroperasi kurang lebih dua tahun dengan menghadirkan versi 2.0. Dalam versi terbaru ini, Halosis meluncurkan asisten virtual Hana untuk mengakomodasi seluruh penerimaan order secara otomatis oleh chatbot.
Hana membantu bantu pengusaha UKM dalam menerima order, pencatatan order, manajemen stok, dan pesanan. Dalam menyediakan solusi AI ini, Halosis memanfaatkan teknologi Natural Languange Processing (NLP) yang disediakan oleh Kata.ai.
Kemitraan ini sekaligus menandakan pertama kalinya Kata.ai membuka infrastrukturnya kepada pihak ketiga yang fokus ke segmen UKM. Selama ini, Kata.ai lebih dikenal sebagai mitra teknologi untuk korporat besar.
“Kami pakai teknologi NLP dari Kata.ai yang sudah lebih maju. Halosis tidak hanya fokus ke chatbot saja, tapi lebih ke ekosistemnya bagaimana bisa fokus bantu penjual UKM memudahkan saat berjualan online. Kami bekerja sama dengan banyak pihak untuk bangun ekosistemnya,” terang Co-Founder dan CEO Halosis Andrew Darmadi, Selasa (12/3).
Dalam peluncuran turut hadir Co-Founder dan CEO Kata.ai Irzan Raditya. Dia mengatakan pihaknya ingin mendemokratisasi AI agar dapat diadopsi untuk segala fungsi dan segmen, yang akhirnya kini menjadi PaaS. Setelah ini, ada mitra lain yang bakal memanfaatkan teknologi NLP dari Kata.ai.
“Ini sudah zamannya kolaborasi. Sebagai PaaS, kami mau demokratisasi AI di segala macam fungsi. Kami lihat segmen UKM itu menarik sekali, tapi kami tidak bisa lakukan itu sendiri sebab selama ini kami fokusnya ke segmen enterprise,” kata Irzan.
Halosis sendiri berdiri sejak pertengahan 2017. Layanan baru tersedia pada akhir tahun 2017 dengan versi 1.0. Halosis bergabung ke IDX Incubator, kemudian melanjutkan ke program Digitaraya – Google Launchpad pada awal tahun ini.
Model bisnis Halosis
Ekosistem Halosis sudah terhubung dengan berbagai pihak pendukung, seperti aplikasi messaging (Facebook Messenger), mitra kurir (JNE, SiCepat, J&T Express), aplikasi e-wallet (Ovo), dan perbankan (BCA) untuk mengakomodasi seluruh transaksi online. Layanan yang sudah terintegrasi ini, membuat pengalaman konsumen saat berbelanja di toko online UKM jadi lebih baik.
Konsumen tidak perlu mengunduh aplikasi apapun karena semuanya berbasis situs. Pengusaha cukup menyediakan link Halosis yang sudah terhubung dengan toko online-nya agar dapat langsung chatting dengan Hana. Apabila konsumen ingin menghubungi langsung admin, ada opsi yang bisa dipilih.
“Pengusaha UKM juga terhubung dengan inventory management system, supaya konsumen enggak marah kalau barangnya sudah habis. Sampai saat ekspedisi juga telah terhubung, ada nomor resi yang segera dikirimkan begitu konfirmasi pembayaran sudah diterima. Bisa langsung pantau proses pengirimannya.”
Dari sisi pengusaha, mereka dapat memantau seluruh pemesanan yang masuk dari berbagai platform messanging dalam dashboard. Pengusaha juga dapat mengirimkan kode tracking dari mitra kurir ketika barang sudah dikirim ke konsumen via chat room.
Kehadiran dashboard secara tidak langsung membantu pengusaha dalam merekap seluruh transaksi penjualan. Waktu pun jadi lebih terpangkas karena sudah terbantu lewat teknologi. Diklaim pada tahun lalu Halosis telah membantu seluruh mitranya menghemat waktu sampai 500 ribu jam.
“Selama ini untuk kirim barang itu, UKM butuh waktu lama karena harus manual setiap transaksi yang masuk, belum lagi harus konfirmasi pembayaran. Ada mitra kita yang baru bisa kirim barang tiga hari kemudian setelah konfirmasi terima.”
Halosis menyediakan paket secara gratis untuk pengusaha yang ingin mencoba. Selain itu, layanan Halosis dapat dimanfaatkan mulai dari Rp500 ribu untuk paket premium dan Rp1,5 juta untuk paket enterprise yang disertai lebih banyak fitur.
Rencana tahun ini
Pasca peresmian ini, Halosis akan ngebut mengembangkan bisnisnya dengan memperbanyak integrasi aplikasi messaging. Rencananya, Halosis siap terintegrasi dengan Instagram Direct Message, Line Messenger, dan WhatsApp.
Pengusaha UKM yang digaet juga bakal lebih digenjot. Andrew menargetkan setidaknya pada tahun ini pihaknya dapat menambah jadi 30 ribu pengusaha UKM yang bergabung dan meningkat jadi 1 juta pengguna pada 2022 mendatang. Saat ini kebanyakan mitra yang bergabung bergerak di segmen fesyen dan produk kecantikan.
Halosis disebutkan telah menangani 199.200 ribu chat pada tahun lalu. Dari angka tersebut, terdapat 40.236 transaksi yang berhasil dikonversi atau senilai US$1 juta (senilai R14,27 miliar).
CTO Halosis Sonya Johar menambahkan, pihaknya sedang mengembangkan sistem Hana dapat memberikan rekomendasi kepada konsumen berdasarkan histori produk yang mereka beli sebelumnya. Tak hanya itu, Hana dapat menyimpan lebih banyak data, untuk permudah saat terjadi reorder sehingga transaksi lebih cepat selesai.
“Hana akan lebih banyak menyimpan data transaksi agar bisa beri rekomendasi produk, harapannya dengan AI pendekatannya jadi lebih personal lagi,” pungkas Sonya.
Tim Halosis saat ini terdiri dari 17 orang. Perusahaan telah menerima pendanaan tahap awal dengan nilai yang dirahasiakan dari beberapa angel investor pada Januari 2019 ini.