Twitch dan YouTube Bisa Bersanding dan Saling Melengkapi

YouTube memang masih jadi platform favorit untuk menonton video. Namun, menyangkut konten game dan esports, Twitch masih mendominasi. Salah satu strategi yang digunakan oleh Twitch untuk bisa mencapai posisi tersebut adalah dengan membayar tim profesional untuk membuat konten di platform mereka.

Dikutip dari Digiday, Menashe Kestenbaum, CEO Enthusiast Gaming, perusahaan media digital khusus konten gaming, berkata bahwa bayaran dari Twitch merupakan salah satu dari tiga sumber pemasukan utama tim esports profesional. Sementara Louis Timchak III, VP of Sales, Bent Pixels, perusahaan manajemen talenta yang bekerja sama dengan para konten kreator, termasuk tim esports berkata, tim profesional sering mengajak konten kreator gaming yang bukan atlet profesional untuk bergabung dengan tim mereka agar mereka bisa memenuhi kuota yang telah ditetapkan oleh Twitch.

Sekarang, Twitch berencana untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan bayaran yang mereka berikan pada tim esports profesional yang membuat konten di platform mereka. Ini mendorong tim profesional untuk mengunggah konten mereka ke YouTube, yang merupakan pesaing Twitch. Mereka melakukan ini untuk menjangkau audiens yang lebih banyak sehingga mereka bisa mendapatkan penghasilan ekstra, menggantikan berkurangnya uang yang dibayarkan oleh Twitch.

Menariknya, Twitch mengambil langkah ini di tengah ketatnya persaingan platform konten game. YouTube bukanlah satu-satunya pesaing Twitch, mereka juga harus memerhatikan Facebook yang memiliki Facebook Gaming dan Mixer dari Microsoft yang berhasil menarik salah satu kreator konten gaming terpopuler, Tyler “Ninja” Blevins untuk meninggalkan Twitch dan menampilkan konten eksklusif di Mixer.

Meskipun begitu, ini bukan berarti tim esports profesional akan berhenti menayangkan kontennya di Twitch dan beralih sepenuhnya ke platform pesaing. Sebagai gantinya, mereka hanya menayangkan konten mereka di lebih banyak platform, mengurangi ketergantungan mereka pada Twitch. Sekarang, biasanya tim esports melakukan siaran langsung di Twitch hingga berjam-jam. Setelah itu, mereka akan membuat video pendek yang menampilkan momen terbaik dari konten mereka dan mengunggahnya ke YouTube. “Twitch masih mendominasi platform streaming siaran langsung. YouTube masih mendominasi untuk video rekaman,” kata Kestenbaum, dikutip dari Digiday.

Menurut Austin Long, VP of Gaming Partnership and Strategy, Omnia Media, perusahaan media digital khusus gaming, hal ini sebenarnya bukan hal baru. Kreator konten dan tim esports sudah melakukan hal itu sejak dua tahun yang lalu. Praktek ini semakin sering dilakukan seiring dengan semakin banyaknya sponsor yang didapatkan oleh tim esports. Sarah Schneebaum, Community Manager, MRY, organisasi iklan dan marketing, mengatakan bahwa para influencer di bidang lain juga biasanya membuat konten dan membagikannya di beberapa platform. Tujuannya untuk memaksimalkan jumlah audiens yang mereka jangkau. Jadi, tidak aneh jika hal serupa terjadi di esports.

Timchak membandingkan audiens yang didapatkan oleh salah satu kreator di bawah naungan Bent Pixels. Dia mengatakan, rata-rata view yang didapatkan oleh kreator itu untuk video rekaman di Twitch hanya mencapai dua ribu sampai lima ribu. Sebagai perbandingan, di YouTube, kreator tersebut bisa mendapatkan rata-rata view sampai 300 ribu sampai 500 ribu.

Tampilan analitik YouTube | Sumber: How to Geek
Tampilan analitik YouTube | Sumber: How to Geek

Selain jangkauan audiens yang lebih luas, alasan lain tim esports dan kreator konten tertarik untuk mengunggah kontennya di YouTube adalah karena platform milik Google itu menawarkan analitik yang lebih detail, seperti demografi penonton. Dengan begitu, kreator dan tim profesional akan bisa mencari sponsor yang memiliki target audiens yang sama. Dan perusahaan bisa memberikan alasan yang masuk akal tentang keputusan mereka untuk mendukung tim esports. “Perusahaan membutuhkan analisa dan data sebagai justifikasi dari investasi mereka,” kata Mason Bates, Account Director of Sponsorship and Content+, Mindshare.

Kesimpulannya, pasar platform konten game bukanlah pasar yang bisa didominasi oleh satu perusahaan. Beberapa perusahaan bisa beroperasi di industri ini dan mendapatkan konsumen mereka sendiri. Ini agak berbeda dari pasar lain, seperti mesin pencarian, yang didominasi oleh Google.

Sumber header: Dexerto