Industri gaming dan esports terus berkembang. Baru-baru ini, NPD Group meluncurkan temuan hasil risetnya, mengatakan belanja gamers Amerika Serikat capai angka US$9 miliar di Q3 tahun 2019 (Juli – September), untuk produk seputar game. Angka ini merupakan peningkatan 1 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu.
Dikutip dari laman resmi NPD peningkatan belanja terbesar datang dari konten-konten digital. Persentase peningtkatan mencapai angka dua digit, yang datang dari pembelian konten digital untuk konsol, mobile dan subscription. Menariknya, belanja hardware para gamers Amerika Serikat malah cenderung menurun. Hardware yang disebut termasuk aksesoris, komponen, konten konsol fisik, dan konten PC.
Kebanyakan belanja tersebut tertuju kepada beberapa judul game, seperti: Borderlands 3, Candy Crush Saga, Fortnite, Grand Theft Auto V, Madden NFL 20, Minecraft, NBA 2K20, dan Pokemon Go. Judul-judul tersebut merupakan beberapa judul game yang memiliki performa penjualan terbaik di Q3 2019 ini.
“Peningkatan dari segi konten digital pada konsol terlihat sangat mengagumkan. Hal in didorong oleh live service dari beberapa judul game yang secara konsisten membangun keterikatan dengan para konsumen. Faktor ini memungkinkan industri gaming dapat bertumbuh, walaupun ada tantangan pada kategori lainnya.” Mat Piscatella, games industry analyst dari The NPD Group.
Belanja gamers Amerika Serikat dari sisi hardware menurun 3 persen di Q3 2019, menjadi US$390 juta. Peningkatan dari sisi penjualan gamepad dan interactive gaming toy tidak berhasil mengangkat penurunan yang terjadi pada tipe aksesrois gaming lainnya. Walaupun ini adalah penurunan, menariknya belanja aksesoris gaming tahun ini malah menjadi ketiga tertinggi sepanjang sejarah.
Dari segi konsol, penjualan Nintendo Switch terbukti menjadi yang tertinggi dengan angka mencapai US$575 juta. Namun demikian, angka tersebut tidak mampu mengimbangi penurunan yang terjadi pada platform konsol lainnya.
Tren Pasar Gaming di Indonesia
Untuk pasar Indonesia, terakhir kali ada Twitter, yang merilis hasil survei lanskap pasar gaming di Indonesia. Hasil survei tersebut menemukan beberapa hal, seperti preferensi platform yang digunakan untuk bermain game, penggunaan media sosial sebagai ruang diskusi para gamers, termasuk jumlah belanja gaming para gamers Indonesia.
Walau survei tersebut tidak bisa memberikan angka total, namun sedikit banyak memberikan gambaran soal daya beli gamers di Indonesia. Mengacu dari data yang ditemukan, belanja 36% gamers (mobile ataupun PC) berada pada angka Rp15 sampai Rp60 ribu per bulan.
Survei Twitter menggunakan 3928 responden, 36% dari angka tersebut berarti 1414 orang. Lalu, jika dihitung dari pagu tertinggi data tersebut (Rp60.000, berarti total belanja gamers Indonesia sudah mencapai Rp84 juta setiap bulannya. Angka tersebut tentunya adalah hitungan kasar. Angka asli belanja gamers Indonesia mungkin bisa jadi lebih besar lagi, karena menurut beberapa gamers PC juga bisa belanja sampai dengan Rp150.000 per bulan menurut survei Twitter.
Satu yang menarik mungkin adalah bagaimana dua data (Twitter untuk pasar Indonesia, NPD untuk pasar Amerika) ini menunjukkan dua tren gaming yang sangat jelas berbeda. Data dari NPD, walau menunjukkan peningkatan pada konten digital, namun kebanyakan masih datang dari platform konsol ataupun PC. Sementara data dari Twitter menunjukkan bahwa sebesar 86% dari total responden bermain mobile games.
Game mobile juga menyumbang angka belanja konten gaming digital di Amerika Serikat, namun berasal dari judul game casual yaitu Candy Crush Saga, dan Pokemon Go. Tren ini berbanding terbalik dengan Indonesia, yang cenderung menggunakan game mobile sebagai game esports. Riset kolaborasi DSResearch dengan Hybrid juga menemukan bahwa dua game esports terpopuler di Indonesia adalah mobile games.
Pertumbuhan pasar gaming dan esports sepertinya tak akan berhenti sampai di sini saja. Malah, ini mungkin baru permulaan dari perkembangan pasar gaming dan esports baik lokal Indonesia ataupun internasional.