Twitter Kembalikan Kendali Paten ke Tangan Para Penemu

Di tengah pertempuran besar paten yang dihadapi antara berbagai perusahaan teknologi di AS dan di seluruh dunia, Twitter ingin mendobrak kondisi ini dengan memperkenalkan perjanjian paten yang akan menempatkan kewenangan atas paten yang telah mereka klaim pada karyawan mereka sendiri. Adopsi luas atas kebijakan ini akan memberikan efek luas tentang bagaimana paten digunakan terutama di industri teknologi. Meski banyak yang menyerukan perombakan sistem paten di AS, perjanjian sederhana ini bisa mengubah peta permainan tanpa harus mengubah peraturan yang ada.

Salah satu paten yang telah diterapkan oleh Twitter adalah untuk metode ‘pull to refresh’ yang ditemukan oleh Loren Brichter, yang digunakan untuk me-refresh konten di aplikasi Tweetie, aplikasi Twitter populer yang kemudian diakusisi Twitter. Loren mengajukan paten tersebut sebagai karyawan Twitter di tahun 2010 dan saat ini statusnya masih menunggu konfirmasi.

Menurut Twitter:

IPA adalah cara baru dalam penanganan paten yang menetapkan kewenangan pada pada engineer dan desainer. Ini adalah komitmen Twitter kepada pegawai kami bahwa paten hanya dapat digunakan untuk keperluan pembelaan. Kami tidak akan menggunakan paten dari temuan pegawai untuk menyerang kecuali seizin mereka. Terlebih dari itu, wewenang paten ini melekat dengan paten sehingga jika kami jual pun, tetap hanya dapat digunakan sesuai tujuan penemunya.

Ini adalah hal penting yang dilakukan Twitter yang hanya akan bekerja jika perusahaan lain setuju untuk mengimplementasikan juga. TechStars dan Union Square Ventures memang telah bergabung namun saat ini inkubator dan VC tersebut belum menjadi pemilik paten yang bisa diperhitungkan. Kondisi ini memerlukan dukungan pemain besar seperti Apple, Yahoo, dan IBM.

DI Indonesia, paten perangkat lunak tidak diakui, hanya metode fisik dan inovasi perangkat keras yang berhak untuk dipatenkan.

Pendapat menarik tentang perjanjian paten di Twitter ini disampaikan oleh Robin Malau via email di mana ia bertanya-tanya apakah hal ini juga bisa diterapkan di industri musik. Diskusi yang sangat menarik ini tentunya akan kami bahas di tulisan terpisah.

Leave a Reply

Your email address will not be published.