Belajar dari Co-Founder dan CEO Job2Go Kurniawan Santoso di sesi #SelasaStartup tentang gig economy dan pekerjaan on-demand

Memahami Peluang Pekerjaan “On-Demand” di Era “Gig Economy”

Perkembangan teknologi memunculkan sejumlah fenomena baru, mulai dari perubahan perilaku konsumen, model bisnis, hingga bagaimana sebuah produk dan layanan dipasarkan.

Hal-hal di atas turut memicu istilah baru, yaitu gig economy, yang merujuk pada sebuah tren pergeseran di mana perusahaan lebih memilih memperkerjakan pekerja lepas daripada pekerja tetap.

Bagaimana gig economy dan pekerjaan on-demand saling berkaitan satu sama lain? Dan bagaimana teknologi dapat berperan di era gig economy?

Selengkapnya, simak pembahasan menarik dari Co-founder dan CEO Job2Go Kurniawan Santoso di sesi #SelasaStartup berikut ini.

Menciptakan peluang baru di era gig economy

Tanpa kita sadari, sebetulnya kita sudah hidup di era gig economy. Gambarannya, jasa transportasi, makanan dan minuman, tiket perjalanan, hingga berbelanja yang selama ini kita pesan melalui aplikasi adalah penanda bahwa teknologi telah menjadi bagian dari keseharian.

Dengan memahami gig economy, Kurniawan melihat permintaan perusahaan untuk memperkerjakan pekerja lepas semakin besar yang juga diikuti tingginya tren pekerja kekinian karena perkembangan teknologi.

“Justru fenomena ini dapat melahirkan bisnis baru yang belum pernah terpikirkan sebelumnya,” ungkapnya.

Kurniawan mencontohkan bagaimana ia mengembangkan platform pencarian kerja on-demand lewat nama Job2Go. Platform semacam ini dapat menghubungkan perusahaan dengan pencari kerja. Lebih lagi, platform ini dapat meningkatkan kualitas hidup para pekerja.

Di sisi lain, platform pencarian kerja on-demand dapat mengatasi salah satu masalah terbesar di Indonesia, yakni sulitnya mencari kerja yang menyebabkan angka pengangguran masih tinggi.

Menurut kalkulasinya, tercatat ada 100,4 juta orang di Indonesia yang memiliki bayaran atau gaji di bawah standar minimum. Angka tersebut dapat menjadi peluang bagus untuk melahirkan bisnis baru.

Pekerjaan on-demand jadi masa depan milenial

Mengutip ucapan mantan Menteri Ketenagakerjaan Muhammad Hanif Dhakiri, Kurniawan menyebut bahwa masa depan para pekerja milenial adalah “working without jobs”.

Pekerjaan on-demand akan banyak dicari seiring berkembangnya tren pekerja kekinian. Dari sisi pekerja, ungkap Kurniawan, sebanyak 60 persen menyukai pekerjaan yang fleksibel dan 43 persen mencari pekerjaan yang bervariasi.

Sementara dari sisi perusahaan, sebanyak 40 persen berupaya untuk meningkatkan kepuasan karyawan dan produktivitas dan sebanyak 37 persen menyasar pekerja freelance.

“Pekerja part time itu sekarang sudah menjadi sesuatu yang penting bagi perusahaan karena save money dan efisien. Di sisi lain, fleksibilitas dan keinginan mencari tambahan uang kini menjadi pilihan penting bagi sejumlah orang,” ujarnya.

Menurutnya, bagi negara-negara maju, tren gig economy sangat berkembang karena orang-orangnya memerlukan tambahan pendapatan. Ini yang menjadi  benang merah dari gig economy dengan meningkatnya pekerjaan on-demand.

Teknologi menjadi kunci

Teknologi tetap berperan penting di pada platform gig economy. Dalam menghubungkan perusahaan dengan pencari pekerjaan, teknologi dibutuhkan untuk meminimalisasi gap antara supply dan demand.

Job2Go mengandalkan teknologi Artificial Intelligence (AI) dalam mempertemukan perusahaan dengan para pencari kerja.

Data intelligence dapat membantu menyajikan pekerjaan yang tepat. Proses menjadi cepat dan akurat, baik bagi pencari dan pemberi kerja. Yang terpenting adalah teknologi membuat akurasi semakin baik lagi,” paparnya.