mobile marketing

Panduan Dasar Memulai Mobile Marketing (Bagian 1)

Pemasaran dalam sebuah bisnis merupakan hal yang krusial. Bahkan sering dianggap sebagai senjata utama bagi sebuah perusahaan dalam menjangkau masyarakat, guna memperkenalkan produk serta meyakinkan orang untuk menggunakan produknya. Dengan berkembangnya teknologi, dunia pemasaran pun ikut berkembang. Selain fenomena pergeseran dari pemasaran konvensional menjadi digital marketing, tingginya penggunaan smartphone di masyarakat dunia juga mengakibatkan munculnya jenis pemasaran baru yang lebih spesifik, yaitu mobile marketing.

Saat ini, banyak orang bergantung pada smartphone mereka untuk berbagai aspek kehidupan. Mulai dari mencari informasi, berinteraksi dengan brand, memilih produk yang mereka suka, hingga melakukan berbagai transaksi keuangan, termasuk membeli dan membayar sejumlah uang untuk produk yang mereka pilih. Tidak salah jika disebutkan bahwa mobile marketing adalah raja. Sebab penggunaan smartphone saat ini telah melampaui saluran lain seperti desktop, apalagi televisi. Maka, mobile marketing adalah sarana terbaik bagi brand untuk menjangkau penggunanya.

Lewat artikel ini, kami akan membahas berbagai langkah-langkah dasar dalam memulai mobile marketing yang kami rangkum dari Back to Basics – Panduan Adjust untuk Pemasaran Seluler di Tahun 2020.

Menentukan Objektif Pemasaran

Sebelum memulai sebuah kegiatan pemasaran, sangat penting untuk menentukan objektif alias tujuan umum yang ingin kita capai. Sebab dengan objektif yang berbeda, langkah dan strategi yang dijalankan pun akan berbeda. Metrik dan parameter keberhasilan yang perlu diukur juga berbeda. Secara garis besar, terdapat dua objektif yang dapat anda pilih, yaitu branding campaign dan performance campaign.

Branding Campaign

Apabila objektif utama kita adalah branding, maka tujuan utamanya adalah meningkatkan wawasan masyarakat terhadap brand yang kita miliki. Metrik utama yang dapat diukur ketika kita menjalankan sebuah kampanye pemasaran jenis ini adalah berapa kali iklan kita muncul dan berapa orang yang melihat iklan kita. Model penetapan harga untuk kampanye ini adalah berdasarkan views. Branding campaign umumnya dijalankan secara terprogram agar dapat menyesuaikan dengan segmentasi target dan anggaran yang dimiliki.

Performance Campaign

Apabila objektif utama kita adalah konversi (misalnya pembelian produk, download aplikasi, atau mengisi formulir data pribadi), berarti yang dilakukan adalah performance campaign. Metrik yang perlu diukur adalah hasil akhir dari kampanye pemasaran tersebut. Performance campaign umumnya dijalankan lewat jaringan iklan agar lebih tepat persebarannya. Setelah menentukan objektif, maka selanjutnya kita dapat mengatur indikator kinerja alias KPI.

Pengaturan KPI

Dalam digital marketing, banyak sekali istilah dan singkatan untuk metrik yang dapat diukur dan menentukan keberhasilan sebuah kegiatan pemasaran, sekaligus menjadi indikator kinerja bagi Anda, antara lain sebagai berikut.

  • Active Users (DAU, WAU, MAU) – total pengguna aktif yang menggunakan aplikasi Anda dalam jangka waktu tertentu (daily-harian, weekly-mingguan, monthly-bulanan).
  • Cost per Acquisition (CPA) – biaya rata-rata yang dikeluarkan untuk mengakuisisi satu orang pengguna.
  • Cost per Install (CPI) – biaya rata-rata yang dikeluarkan untuk menghasilkan satu kali install aplikasi.
  • Cost per Mille (CPM) – biaya rata-rata yang dikeluarkan oleh sebuah iklan untuk mendapatkan 1.000 impression.
  • Click-Through Rate (CTR) – tingkat orang yang melakukan klik pada iklan Anda. Metrik ini juga dapat menunjukkan seberapa efektif tampilan iklan Anda bagi audiens.
  • Conversion Rate – tingkat persentase pengguna yang menyelesaikan tindakan yang diinginkan (membeli barang, mendaftar, menginstal aplikasi, dan sebagainya).
  • Retention Rate – tingkat persentase pengguna yang tetap menggunakan aplikasi setelah beberapa hari menginstal.
  • Churn Rate – kebalikan dari retention rate, yaitu tingkat persentase pengguna yang berhenti menggunakan aplikasi Anda.
  • Uninstall – berkaitan dengan churn rate, yaitu mengukur berapa banyak pengguna melakukan uninstall aplikasi Anda dan kapan mereka melakukannya.
  • Lifetime Value (LTV) – prediksi keuntungan berdasarkan keberlanjutan penggunaan aplikasi oleh pengguna. Pengukuran didasarkan pada banyaknya pengguna dan dana yang mereka belanjakan dalam aplikasi.
  • Return on Investment (ROI) – mengukur dan mengevaluasi efisiensi efektivitas kegiatan pemasaran dengan membandingkan biaya yang dikeluarkan dengan pemasukan yang didapatkan.
  • Return on Ad Spend (ROAS) – bagian dari ROI yang secara spesifik mengukur biaya yang dikeluarkan untuk iklan dan pemasukan yang didapatkan.
  • Average Revenue per User (ARPU) – Mengukur rata-rata pemasukan yang didapatkan dari pengguna selama periode waktu tertentu.
  • Average Revenue Per Daily Active User (ARPDAU) – Mengukur rata-rata pemasukan yang didapatkan dari pengguna aktif harian. Metrik ini juga dapat membantu Anda melihat seberapa efektif monetisasi yang dilakukan, baik dari iklan maupun pembelanjaan dalam aplikasi (in-app purchasing/IAP)
  • Re-engagement Rate – tingkat engagement yang kembali didapatkan dari pengguna dalam kampanye remarketing

Penentuan KPI yang tepat bagi setiap kegiatan pemasaran dapat memberikan dampak yang besar dalam mobile marketing. Analisis KPI secara berkala juga dapat menjadi acuan untuk menyesuaikan strategi pemasaran secara cepat, misalnya dengan menghentikan langkah yang dirasa tidak efektif, atau menambah investasi pada langkah yang efektif.

Setelah KPI ditentukan, masih ada beberapa tahapan yang perlu Anda lakukan saat mulai menjalankan mobile marketing. Langkah selanjutnya akan kami paparkan dalam artikel berikutnya, atau dapat Anda baca secara lengkap dalam Back to Basics – Panduan Adjust untuk Pemasaran Seluler di Tahun 2020 yang dapat Anda unduh secara gratis.

Disclosure: Artikel ini adalah konten bersponsor yang didukung oleh Adjust.