Strategi Digital Brodo

Mengulik Kisah Brodo, Produk Sepatu yang Dikenal Luas Melalui Kanal Digital

Di Indonesia sudah banyak merek sepatu lokal bermunculan. Dari semuanya, salah satu yang tampak konsisten dan terus menunjukkan pertumbuhan adalah Brodo. Produk sepatu ini dikembangkan oleh Yukka Harlanda dan rekannya Uta semasa kuliah di ITB. Satu dekade berdiri, mereka cukup konsisten mengoptimalkan kanal digital untuk pemasaran dan penjualannya.

Yukka kepada DailySocial bercerita, Brodo diawali dari keresahannya mencari sepatu merek lokal dengan ukuran 46, kemudian dipadukan dengan ambisi rekannya yang ingin menjadi seorang pebisnis. Singkat cerita mereka berkolaborasi, berusaha menghadirkan sepatu dengan desain menarik, murah, dan dijual melalui internet.

Di fase awalnya, Brodo dipasarkan melalui Forum Jual Beli Kaskus dan Facebook Pages. Informasi mengenai produk dan komunikasi dilakukan di sana. Jika sudah ada kata sepakat, konsumen akan dialihkan ke kanal Blackberry Messenger untuk melanjutkan transaksi pembelian.

“Seiring berjalannya waktu, yang awalnya hanya hobi untuk menambah uang saku ada beberapa shift yang kita lihat nih, penting banget yang membuat kita merasa ada oppurtunity. Nomer satu adalah digitalisasi cunsumer, pangsa pasar yang ditargetkan adalah kalangan mahasiswa; mereka akan terus tumbuh dengan preferensi, yang pertama di brand lokal, produk berkualitas di dapat dari online, dan brand yang keren.”

Ia melanjutkan, “Yang kedua, Indonesia sebagai salah satu negara penghasil sepatu premier di dunia. Kita tidak sadar dengan hal itu karena kita terbiasa sebagai bangsa penjahit. Saya rasa di sini ada peluang untuk kita membuat produk berkualitas tinggi dan bisa bersaing dengan global dengan angle yang berbeda, yakni digital first, baik untuk pemasaran  atau transaksinya.”

Singkat cerita, Yukka dan partner mulai “full time” menjalankan Brodo. Per tahun 2019 kemarin, Brodo mengklaim sudah berhasil memproduksi ratusan ribu pasang sepatu. Untuk operasional sendiri Brodo sekarang memiliki 140 karyawan, 8 toko, dan 20 network vendor untuk raw material, kulit, maupun lainnya.

Founder Brodo, Yukka dan Uta / Brodo
Founder Brodo, Yukka dan Uta / Brodo

Konsisten pada kanal digital dan identitas merek

Saat ini Brodo hadir di berbagai macam kanal digital. Baik itu media sosial seperti Instagram, Twitter, dan Facebook; juga situs web pribadi yang menyediakan informasi lengkap seputar brand, termasuk juga fasilitas untuk transaksi. Brodo juga tersedia sebagai official merchant di beberapa e-commerce lokal.

Angle kita selalu brand first. Jadi yang namanya hardselling itu sangat coba kita kurangi, walaupun itu komponen yang tetap harus ada. Sampai sekarang media sosial itu harus menjadi fokus nomor satu. Sayangnya [di media sosial] ini ibaratnya kita dibatasi oleh ‘tuan rumah’ pemilik platform tersebut. Satu sisi kita benar-benar harus memanfaatkan, yang kedua kita harus aware bahwa media sosial bukan platform milik sendiri sehingga kita harus melakukan diversifikasi dari segi bagaimana kita menyampaikan pesan pemasaran kita,” jelas Yukka.

Yukka menambahkan, untuk bisa mengoptimalkan media sosial pemilik produk harus kreatif dalam menjalankan kampanye atau iklan. Termasuk mengurangi iklan berbayar, karena konsumen yang organik sudah terbukti bakal memberikan dampak jangka panjang pada bisnis secara umum.

Proses membangun merek juga dilakukan Brodo melalui kegiatan kolaborasi, menggandeng publik figur kenamaan seperti atlet atau artis. Mereka yang digandeng Brodo tentu bukan sembarangan, mereka harus mewakili semangat yang disusung Brodo, memiliki awareness yang tinggi, dan yang tidak kalah pending adalah mampu memberikan dampak persepsi pengguna terhadap brand Brodo.