Ketika COVID-19 menghantam laju bisnis di seluruh dunia, sebuah perusahaan memutuskan untuk melawan. Jason Thompson, CEO dari platform pembayaran digital Indonesia OVO, mengatakan kepada KrASIA bahwa perusahaan telah mengadopsi mentalitas “ruang perang” —dengan memperkenalkan gugus tugas khusus untuk meninjau strategi bisnisnya dan mengoptimalkan alokasi sumber daya.
Namun, Thompson percaya bahwa krisis dapat mendorong adopsi dompet elektronik dan lebih meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pembayaran tanpa uang tunai atau cashless. “Kami mengharapkan adanya peningkatan penggunaan platform pembayaran digital karena lebih banyak orang beralih ke pembayaran elektronik untuk biaya bantuan serta memenuhi kebutuhan esensial,” ujarnya dalam sebuah sesi wawancara.
Tujuan jangka panjang OVO adalah mengembangkan layanan untuk mengatasi kesenjangan dalam ekosistem keuangan dan memenuhi kebutuhan konsumen yang terus berkembang. “Orang Indonesia menjadi lebih terbuka dan bergantung pada layanan digital selama ini dan kami berharap lanskap keuangan di Indonesia tidak semakin terfragmentasi selama COVID-19 dan ke depannya,” tambahnya.
KrASIA berdiskusi dengan Thompson tentang pandemi dan bisnis OVO secara umum.
KrASIA (Kr): Bagaimana imbas dari krisis COVID-19 pada bisnis OVO? Apakah OVO mengalami peningkatan jumlah transaksi dan pengguna?
Jason Thompson (JT): Dengan kehadiran COVID-19, kami melihat pertumbuhan signifikan lebih dari 110% dalam perdagangan online, 15% dalam pengiriman makanan, serta hampir 50% dalam penyaluran pinjaman. Pengguna baru kami telah tumbuh 267% dibandingkan dengan waktu sebelum adanya PSBB dan kami melakukan banyak upaya dalam pengenalan dan penggunaan pertama untuk pembayaran digital serta layanan keuangan.
Kami melihat bahwa konsumen mulai mengalihkan kebiasaan belanja mereka secara online dan mengadopsi metode pembayaran tanpa uang tunai untuk memenuhi kebutuhan pokok. Kami telah meningkatkan upaya dalam memperluas strategi ekosistem terbuka untuk beradaptasi dengan kebutuhan konsumen, dengan fokus sebagai e-commerce enabler, pengiriman makanan dan bahan makanan, serta pengobatan jarak jauh melalui kemitraan kami dengan Grab, Tokopedia, dan lainnya. Kami juga telah mengalokasikan sumber daya khusus untuk mendukung inisiatif Bank Indonesia dan pemerintah dalam memerangi COVID-19. Misalnya, teknisi kami telah menjadi bagian dari kelompok kerja teknis untuk prakarsa kartu pra-kerja pemerintah.
Kr: Mengenai kartu prakerja, bagaimana kolaborasi dengan pemerintah membawa dampak positif bagi OVO serta komunitas?
JT: Kami benar-benar melihat ini sebagai program jaring pengaman sosial yang disediakan oleh pemerintah untuk melawan dampak COVID-19. Dengan keterlibatan penyedia uang elektronik, seperti OVO, dalam pencairan bantuan sosial, kami mempersingkat proses yang telah umum dalam program bantuan sosial di Indonesia. Kami telah mendukung orientasi pelanggan baru dan pemberian bantuan tanpa batas kepada para pencari kerja muda dan warga negara Indonesia yang menganggur dengan memungkinkan mereka untuk mengaktifkan e-wallet, melakukan e-KYC, dan merasakan manfaat tanpa interaksi fisik apa pun.
Semua pemegang kartu pra-kerja yang memilih OVO untuk distribusi insentif memiliki akses ke asuransi gratis COVID-19 dan kematian karena kecelakaan pribadi yang disediakan oleh Prudential, dengan mendaftar pada aplikasi OVO. Teknisi kami telah menjadi bagian dari kelompok kerja teknis. Lima dari mereka telah secara aktif terlibat dalam pengembangan sistem kartu pra-kerja, serta berhubungan langsung dengan Kantor Staf Presiden.
Kr: Bagaimana OVO membantu usaha kecil menengah yang terdampak secara signifikan oleh pandemi?
JT: OVO memfasilitasi transaksi tanpa uang tunai untuk ratusan gerai F&B dan pedagang grosir lokal melalui peluncuran metode “chat and pay” yang mendukung mereka dalam mempertahankan bisnis selama PSBB. Hal ini memungkinkan pengguna untuk membeli dan membayar kebutuhan sehari-hari melalui obrolan dan membantu pedagang lokal. Kami akan terus meninjau inisiatif yang sesuai dan akan mengeksplorasi segala kemungkinan untuk mendukung mitra dan pedagang UMKM selama COVID-19 dan ke depannya.
Kami juga berencana untuk meluncurkan fitur yang memungkinkan pelanggan melakukan pembayaran QR Indonesia Standard (QRIS) dengan UMKM dari rumah. Kami memungkinkan bisnis untuk mengelola penggajian dan pencairan insentif dan ingin memperkenalkan B2B serta pinjaman rantai pasok, dengan tujuan untuk membantu UKM mempertahankan arus kas mereka.
Kr: Salah satu partner terdekat OVO, Tokopedia, diduga menjadi korban kebocoran data yang membahayakan data jutaan pengguna. Bagaimana Anda meyakinkan keselamatan data pelanggan OVO yang terintegrasi dengan sistem Tokopedia?
JT: Secara alami, cybersecurity merupakan faktor kunci yang sangat dipertimbangkan pada sektor ini, tidak terkecuali OVO, mengingat sensitivitas layanan keuangan online. OVO tidak memberi kompromi untuk datanya. Sistem keamanan berlapis kami memungkinkan untuk melindungi pengguna dari serangan cyber, dengan fitur keamanan termasuk OTP, PIN, dan pemberitahuan jika seseorang masuk ke akun di perangkat yang berbeda. OVO adalah organisasi independen dengan sistem independen. Kami mengelola privasi data dan keamanan informasi kami sendiri, mematuhi peraturan pemerintah dan standar global tentang privasi dan keamanan data. Komitmen OVO untuk memastikan keamanan data tersebar di seluruh ekosistem mitra kami, termasuk Tokopedia.
Kr: Apa yang menjadi pelajaran berharga OVO selama COVID-19 ini dan bagaimana strategi untuk bertahan di masa setelah pandemi?
JT: Pertama, kami melihat poros global menuju digitalisasi bisnis dan adopsi digital di antara konsumen dan kami percaya perubahan ini cenderung permanen. Karena itu, para pemula perlu memanfaatkan infrastruktur fleksibel mereka untuk beradaptasi dengan cepat dan bertindak tegas dalam menghadapi krisis. Kedua, kemitraan adalah kunci. Startup dapat memainkan peran yang sama besar dengan entitas yang didirikan melalui kemitraan strategis dengan pemerintah dan perusahaan lain. Kemitraan kami dengan pemerintah Indonesia telah memungkinkan kami untuk memainkan peran yang lebih besar dalam memerangi krisis COVID-19.
Akhirnya, kita harus melihat kembali ke internal, memastikan bahwa karyawan kita didukung dengan baik. Dengan kerja jarak jauh yang mungkin menjadi norma baru selama beberapa waktu, kami telah menjelajahi serangkaian interaksi virtual reguler, seperti sesi talk show virtual dengan pakar kesehatan masyarakat, dan balai kota dengan tokoh-tokoh politik juga industri utama. Kami juga telah memperluas layanan pengobatan jarak jauh gratis ke semua karyawan OVO, untuk memberi mereka alat dan layanan untuk menerima perawatan medis dari jarak jauh, jika mereka membutuhkannya.
Kr: Pada wawancara tahun lalu, OVO menyampaikan fokusnya di 2020 untuk produk pinjaman, investasi, dan layanan asuransi digital. Bagaimana pandemi ini mempengaruhi rencana dan strategi OVO ke depan?
JT: Fokus kami tetap konsisten, kami ingin memperkenalkan lebih banyak penawaran asuransi dan investasi bagi konsumen, untuk memperkuat proposisi kami untuk menyediakan rangkaian layanan keuangan paling komprehensif untuk semua orang Indonesia. Awal tahun ini, kami mengumumkan kemitraan strategis dengan Bareksa di mana pengguna OVO dapat dengan mudah membeli reksa dana melalui Bareksa. Kami juga telah bermitra dengan Prudential Indonesia untuk meluncurkan premi kematian kecelakaan pribadi dan perlindungan COVID-19 gratis, yang dapat diakses melalui aplikasi OVO. Program ini telah berjalan sejak pertengahan April dan telah dipenuhi dengan permintaan tinggi dari masyarakat.
Untuk layanan pinjaman konsumen, kami secara proaktif mengambil langkah-langkah untuk mengevaluasi metode pembayaran dan pembayaran pinjaman untuk melindungi pengguna kami dan menawarkan opsi pembayaran yang fleksibel. Kami juga secara aktif berinvestasi dalam produk dan sumber daya teknologi, khususnya dalam tim untuk peminjaman, investasi, dan asuransi B2B, dan kami membangun saluran komunikasi dengan regulator dan pemerintah untuk mendukung berbagai inisiatif. Akan ada lebih banyak informasi yang bisa dibagikan mengenai produk-produk ini ketika sampai pada waktu peluncuran.
Kr: Facebook Pay sedang mencari partner dan OVO menjadi salah satu kandidat. Jika hal ini terjadi, bagaimana kerjasama ini bisa mendukung OVO dan bagaimana Facebook Pay akan mempengaruhi ekosistem pembayaran mobile di Indonesia?
JT: Meskipun kami tidak dapat membagikan diskusi kemitraan yang sedang berlangsung, kami selalu terbuka untuk mengeksplorasi peluang baru untuk meningkatkan transaksi tanpa uang tunai, termasuk dengan Facebook atau organisasi lain. Sebagai platform ekosistem terbuka, kami berada di posisi yang tepat untuk bekerja sama dengan mitra industri lainnya untuk memanfaatkan basis data pengguna dan layanan kami untuk mendukung pelanggan kami, terutama pada saat seperti ini, di mana ada global pivot menuju pembayaran tanpa uang tunai.
–
Artikel ini pertama kali dirilis oleh KrASIA. Kembali dirilis sebagai bagian dari kerja sama dengan DailySocial