Epic Games berencana untuk mengumpulkan pendanaan sebesar US$750 juta (sekitar Rp10,7 miliar). Setelah mendapatkan suntikan dana tersebut, valuasi Epic akan naik menjadi US$17 miliar (sekitar Rp242 triliun) dari US$16,3 miliar (sekitar Rp232 triiliun). Menurut laporan Bloomberg, dua investor baru yang tertarik untuk menyokong Epic adalah T. Rowe Price Group dan Baillie Gifford. Selain itu, KKR & Co., yang merupakan investor lama Epic, juga akan ikut serta dalam ronde pendanaan kali ini.
Epic Games didirikan pada 1991 oleh Tim Sweeney yang kini menjabat sebagai CEO. Pada 2012, Tencent mengakuisisi 40 persen saham Epic, menjadikan mereka sebagai pemegang saham terbesar kedua setelah Sweeney. Selain Tencent, Walt Disney dan Endeavour Group Holdings juga menjadi pemegang saham minoritas di Epic. Pada 2018, Epic mendapatkan investasi sebesar US$1,25 miliar (sekitar Rp17,8 triliun), membuat valuasi perusahaan menjadi US$15 miliar (sekitar Rp213 triliun).
Selain sebagai kreator Unreal Engine, Epic Games juga dikenal sebagai developer dan publisher Fortnite. Game battle royale itu kini memiliki 350 juta pemain. Pada April 2020, para pemain Fortnite menghabiskan 3,2 miliar jam memainkan game tersebut, menghasilkan US$400 juta (sekitar Rp5,7 triliun) untuk Epic. Pada 2018, pemasukan Epic mencapai US$5,6 miliar (sekitar Rp80 triliun). Pemasukan Epic turun pada 2019 menjadi US$4,2 miliar (sekitar Rp60 triliun). Namun, pada 2020, diperkirakan, pemasukan Epic akan kembali naik menjadi US$5 miliar (sekitar Rp71 triliun).
Saat ini, Epic banyak menggunakan uang mereka untuk mengembangkan Epic Games Store, platform distribusi game digital. Pada Mei 2020, Epic menambahkan sejumlah fitur untuk EGS, seperti dukungan modding dan sistem refund. Mereka juga dikabarkan berencana membawa EGS ke Android. Strategi mereka yang lain adalah menyediakan game gratis di EGS. Menariknya, hal ini justru bisa membuat penjualan game di platform lain naik.
Dana yang Epic miliki juga mereka gunakan untuk menambah jumlah staf yang menangani Fortnite serta Unreal Engine. Dalam satu tahun belakangan, mereka juga telah mengakuisisi beberapa perusahaan. Salah satunya adalah Psyonix, developer dari game Rocket League. Perusahaan lain yang mereka akuisisi adalah Houseparty, aplikasi video call yang terintegrasi ke game.
Sumber: VentureBeat, The Esports Observer