Memasuki HUT-nya yang keempat, platform P2P lending yang memberikan pembiayaan kuliah dan keperluan lainnya khusus untuk mahasiswa, Cicil, mengumumkan beberapa pencapaiannya. Telah terdaftar dan memiliki izin resmi dari OJK, tingkat keberhasilan 90 hari (TKB90) CICIL terjaga stabil pada posisi 97,22%.
Sejak tahun 2016, Cicil telah menyalurkan lebih dari 67 ribu pembiayaan senilai Rp171 miliar kepada mahasiswa dan institusi pendidikan, serta memperluas jangkauan layanan ke lebih dari 250 institusi pendidikan di 54 kota.
“Untuk lender sendiri kami sengaja hanya memfokuskan kepada semua industri hingga institusi keuangan yang tertarik untuk berinvestasi kepada para borrower Cicil, bukan kepada lender kalangan individu” kata Co-Founder & CEO Cicil Edward Widjonarko.
Saat ini Cicil memiliki empat produk utama, yaitu Cicil Uang Kuliah, Cicil Barang, Cicil Jobs dan pembiayaan untuk institusi pendidikan. Cicil Barang membantu mahasiswa untuk mencicil kebutuhan kuliah. Sebagai penyedia jasa micro lending, mahasiswa dapat mencicil barang yang harganya mulai dari Rp 250 ribu.
Cicil Jobs hanya diperuntukkan bagi mahasiswa yang memiliki pinjaman aktif dengan Cicil. Mereka dapat melamar kerja di Cicil Jobs dan kompensasinya dapat digunakan untuk membantu melunasi pinjaman pendidikan.
“Untuk strategi monetisasi yang kami kenakan tentunya sudah menyesuaikan dengan aturan yang ditetapkan kepada kami sebagai pemain p2p lending. Demikian juga dengan batasan pinjaman atau pembiayaan yang bisa diambil oleh pengguna, semua menuruti peraturan yang ditentukan,” kata Edward.
Di Edtech Report 2020 yang baru diterbitkan DSResearch juga disorot soal model bisnis pembiayaan pendidikan ini. Selain Cicil, di Indonesia sudah ada beberapa platform lainnya. Dua di antaranya adalah DANAdidik dan Pintek.
Kurasi ketat peminjam saat pandemi
Meskipun mengklaim berhasil untuk menekan terjadinya gagal bayar dari para borrower, saat pandemi Cicil tetap melakukan kurasi ketat untuk peminjam yang telah mendaftarkan diri mereka dalam platform. Dengan persyaratan yang yang diberlakukan, tim Cicil juga melakukan credit scoring hingga pengecekan yang ketat, untuk memastikan para borrower sesuai dengan kriteria yang ditentukan.
“Tentu saja tanggung jawab kami sepenuhnya adalah kepada para lender, untuk itu saat pandemi ini kami mulai melakukan kurasi yang ketat hingga pembatasan jumlah borrower yang disetujui oleh Cicil,” kata Edward.
Tercatat saat ini terdapat 67 ribu jumlah akumulasi pinjaman degan 14 ribu jumlah peminjam aktif yang telah terdaftar di Cicil di sekitar 257 kampus. Selain itu Cicil juga telah memiliki sekitar 2291 ambasador yang bertugas untuk mempromosikan dan memberikan edukasi kepada mahasiswa melalui kegiatan online dan offline ke kampus.
“Saat pandemi ini kegiatan offline tersebut terpaksa kami hentikan dan kemudian mulai shifting kepada kegiatan online seperti webinar dan lainnya. Dengan demikian tetap menjaga kegiatan pemasaran kami memanfaatkan komunitas mahasiswa,” kata Edward.
Saat pandemi Cicil juga telah meluncurkan fitur pembelian Pulsa Paylater. Bagi mahasiswa yang ingin membeli pulsa, bisa melakukan pembelian dengan konsep pembayaran paylater. Perusahaan mencatat, fitur ini menjadi pilihan yang paling digemari oleh pengguna saat ini.
Terkait dengan penggalangan dana, Edward menegaskan perusahaan selalu terbuka untuk berkolaborasi dengan investor strategis dan tentunya lender yang tertarik bersama mengembangkan sektor pendidikan.
Tahun ini masih banyak rencana yang ingin dilancarkan oleh Cicil, di antaranya ekspansi ke kota-kota besar lainnya di Indonesia hingga menambah kemitraan dengan segmen B2B. Terutama bagi para institusi pendidikan yang ingin bergabung dengan Cicil menawarkan pilihan pembiayaan.
“Besarnya kepercayaan mahasiswa dan institusi pendidikan yang telah bergabung menjadi motivasi bagi Cicil untuk lebih mengembangkan layanan kami agar dapat menciptakan dampak sosial dan berkelanjutan pada mahasiswa, institusi pendidikan, mitra, dan investor,” tutup Edward.