Bisnis Asuransi Relatif Cepat Pulih dari Pandemi, Momentum Pertumbuhan Insurtech

Di antara banyaknya model bisnis yang berkembang di ekosistem startup Indonesia, teknologi asuransi (insurance technology – insurtech) menjadi salah satu yang kini banyak dilirik kalangan investor lokal maupun asing. Prinsip utamanya, insurtech mencoba merevolusi perilaku konsumen, dengan menghadirkan proses asuransi yang lebih sederhana, transparan, dan hemat.

Ada beberapa alasan mendasar mengapa insurtech diproyeksikan berkembang baik di sini. Seperti yang disampaikan Lifepal dalam sebuah kesempatan, mengutip hasil studi Munich Re Economic Research, Indonesia akan memimpin pertumbuhan premi asuransi kesehatan dan jiwa dari tahun 2019-2030, dengan CAGR sebesar 9,1%.

Sepanjang taun 2019, premi yang berhasil dibukukan sudah mencapai 185,3 triliun Rupiah untuk asuransi jiwa dan 80,1 triliun Rupiah untuk asuransi kesehatan.

Insurance growth

Pandemi Covid-19 turut tidak menyurutkan pertumbuhan bisnis asuransi di Indonesia. Dari data yang dirangkum Lifepal, ditunjukkan adanya pemulihan yang relatif cepat terkait pendapatan bruto premi untuk asuransi jiwa sepanjang tahun 2020. Apalagi di bulan Juni 2020, dibandingkan periode yang sama tahun lalu nilainya meningkat.

Insurance Indonesia

Momentum untuk insurtech

Di tengah pertumbuhan bisnis asuransi, ternyata jika menelisik lebih dalam masih banyak pain-points yang dihadapi calon nasabah. Proses mencari informasi, membeli, hingga mengklaim produk asuransi kadang tidak mudah, juga dirasa kurang transparan. Model bisnis konvensional menggunakan sistem keagenan, seorang agen akan “mendorong penuh” calon nasabah untuk berlangganan produk asuransinya, tanpa memberikan edukasi yang holistis dan komprehensif.

Pada akhirnya, di beberapa kasus, para agen tersebut justru menciptakan ketidakpercayaan di kalangan konsumen. Apalagi di era digital seperti saat ini konsumen juga dapat dengan mudah memvalidasi informasi yang disampaikan. Namun, ketika mencari tahu sendiri pun, misalnya lewat Google, banyak terminologi rumit dan rekomendasi bias yang ditemui, pada akhirnya tidak mengantarkan konsumen pada produk yang memberikan manfaat secara optimal.

Berbekal fakta tersebut, kemudian beberapa startup muncul menawarkan pemrosesan asuransi yang lebih memudahkan, melalui bantuan teknologi. Laporan DSResearch bertajuk “Insurtech Strategic Innovation” telah memetakan beberapa startup lokal yang sudah beroperasi di lanskap tersebut.

Insurtech in Indonesia

Lifepal sendiri menjadi salah satu pemain insurtech yang menawarkan kemudahan kepada pelanggan untuk menemukan dan membeli asuransi yang tepat untuk kebutuhannya yang spesifik. Di dalamnya menyajikan konten dan ulasan yang didesain untuk memudahkan konsumen melakukan perencanaan, dengan menyajikan daftar dan membandingkan produk asuransi. Saat ini ada sekitar 50 merek asuransi yang telah dirangkul, dengan 200 pilihan produk; berhasil menghadirkan sekitar 4 juta kunjungan situs setiap bulannya.

Perkembangan insurtech

Tahun 2020, beberapa startup insurtech makin kuatkan penetrasi bisnis, termasuk didukung melalui pendanaan baru. Teranyar, PasarPolis umumkan telah membukukan dana hingga 796 miliar Rupiah. Nilai tersebut turut didukung putaran terbaru seri B dari LeapFrog Investments, SBI Investment, Alpha JWC Ventures, Intudo Ventures, dan Xiaomi. Perolehan ini diklaim jadi yang terbesar untuk startup insurtech di regional.

Mei 2020 lalu, Igloo yang sebelumnya dikenal sebagai Axinan, juga umumkan pendanaan seri A+ senilai 238,4 miliar Rupiah. Mereka adalah startup asal Singapura yang telah memiliki basis operasional di Indonesia melalui kerja samanya dengan Sompo Indonesia. Ada juga Qoala yang bukukan pendanaan seri A senilai 209 miliar Rupiah pada April 2020 lalu.

Inovasi pun terus bergulir, beberapa pemain turut lahirkan produk berbasis insurtech tahun ini. Seperti yang dilakukan oleh Modal Rakyat, bekerja sama dengan Adira mereka hadirkan asuransi kendaraan. Inisiatif ini diluncurkan bebarengan dengan masuknya perusahaan ke bisnis e-procurement pembelian truk logistik.

Ada juga inovasi berbasis kecerdasan buatan yang diluncurkan Prixa. Mereka mengintegrasikan sistem healthtech dengan insurtech, menggandeng beberapa pemain di lanskap terkait. Layanannya disajikan dalam bentuk chatbot, dengan harapan memudahkan calon konsumen mendapatkan pemahaman seraya sedang chatting dengan seorang pakar.

Gambar Header: Depositphotos.com