[Dailyssimo] Mengarahkan Percakapan ke Penjualan Pada Social Media

Saya yakin sampai saat ini para klien/brand masih menginginkan semua investasi yang mereka keluarkan bisa berbuah tidak hanya awareness namun bisa juga keliatan pada revenue pada penjualan produk ataupun layanan. Karena pada hakikatnya kesuksesan sebuah bisnis ujung-ujungnya hanya bisa diukur dari parameter untung rugi tersebut.

“Apakah mungkin aktivitas di social media KPInya di set ke jumlah penjualan?” Jika pertanyaan ini dilontarkan pada saya 6 bulan yang lalu, mungkin saya masih akan bilang bahwa social media itu lebih berperan pada awareness, kalaupun ada yang berdampak ke penjualan maka itu adalah dampak sampingan dari awareness yang dibangun.

Tapi jawaban saya saat ini sangat berbeda, karena setelah mengamati perkembangan perilaku users di social media dan juga perkembangan online selling activities maka saya berpendapat bahwa brand bisa menggunakan social media untuk memastikan penjualan, tentunya tidak menggunakan social media sebagai outlet penjualan namun dengan cara mengkonversikan pembicaraan menjadi alat penjualan untuk menggiring publik agar membeli dan mengubah calon konsumen menjadi konsumen.

Pada metode pembinaan komunitas online, percakapan menjadi ujung tombak dalam meningkatkan quality engagement terlepas dari jumlah orang dalam komunitas online tersebut seperti yang bisa dilihat dalam skema di bawah ini:

Setelah quality engagement meningkat, konsumen merasa nyaman dan terakomodir dengan adanya komunitas online tersebut lalu aktivitas penjualan bisa disisipkan dengan dua cara yaitu dengan soft selling atau dengan cara proaktif crawling langsung pada kata-kata yang berkaitan dengan aktivitas penjualan tersebut sehingga bisa didapat percakapan yang berpotensi jadi penjualan untuk di push menjadi penjualan tentunya.

Untuk mengukur hasil konversi tersebut maka bisa digunakan tools seperti kupon atau voucher dengan kode spesifik yang menujukkan bahwa penjualan tersebut berasal dari aktivitas social media, sehingga sales tracking nya bisa lebih jelas.

Kini kita bisa berkomunikasi dengan brand menggunakan bahasa yang juga difahami oleh brand sebagai suatu business entity, sehingga hubungan yang kaku tersebut bisa dibuat lebih hangat.

Bagaimana menurut Anda?

Abang Edwin adalah seorang praktisi online community management sejak tahun 1998 jauh sebelum istilah social media/social network muncul di dunia internet. Ia memulai perjalanan eksperimentasinya dengan beberapa komunitas online yang akhirnya berkembang sukses pada saat itu, sampai saat ini ia pun masih memberikan konsultasi-konsultasi mengenal karakter dan membina komunitas online bagi brand/agency maupun perseorangan.

Ia sempat bekerja di Yahoo! selama lebih dari 4 tahun sebagai community manager dan sempat pula menjabat sebagai Country Manager untuk Thoughtbuzz, sebuah perusahaan start-up social media monitoring. Kini ia menjabat sebagai konsultan social media bagi The Jakarta Post Digital.

Untuk mendapatkan update terbaru, Anda bisa mengikuti @bangwinissimo di Twitter, atau membaca blognya di bangwin.net.

Leave a Reply

Your email address will not be published.