RestockID memiliki skema aset dan inventori usaha sebagai jaminan / Shutterstock

RestockID Bidik Penyaluran Pinjaman Rp600 Miliar, Jajaki Penggalangan Dana Pra-Seri A di 2021

Platform pembiayaan digital RestockID membidik penyaluran kredit sebesar Rp600 miliar di 2021. Untuk mencapai target tersebut, mereka akan memperkuat peluang kemitraan penyaluran kredit dengan berbagai jenis institusi, seperti bank dan multifinance.

Co-Founder & CEO RestockID M. Farid Andika mengatakan bahwa pihaknya akan menjalin kerja sama baru, baik dari sisi lender maupun penyedia teknologi di ekosistem e-commerce yang melayani pasar UMKM.

“Visi kami adalah menjadi rekan finansial UMKM. Dengan kerja sama dengan berbagai pihak, kami berharap dapat terjalin kepercayaan berbasis data sehingga dapat membantu percepatan pertumbuhan UMKM di Indonesia,” ungkapnya kepada DailySocial.

Terlebih tak sedikit pelaku usaha dalam negeri yang terdampak signifikan akibat pandemi Covid-19. Situasi ini memang dianggap sebagai tantangan, tetapi dapat menjadi peluang bagi UMKM untuk meningkatkan usahanya. Menurut Farid, situasi ini dapat menjadi momentum bagi masyarakat untuk beradaptasi memasarkan produk lewat digital.

Sebelumnya pada November 2020, RestockID telah menyepakati kerja sama dengan Bank Agro sebagai salah satu mitra penyaluran kredit (institutional lender). Diungkap Farid, BRI Agro yang ditunjuk induk usahanya BRI sebagai digital attacker, juga menjadi rekanan RestockID untuk bersinergi mengembangkan produk bersama ke depan.

Sebagaimana diketahui, RestockID merupakan platform P2P lending yang menyediakan akses pembiayaan terhadap UMKM dengan skema aset dan inventori usaha sebagai jaminan tambahan dalam proses pembiayaannya.

Credit scoring dan mekanisme

Dalam memberikan akses pembiayaan, startup yang berdiri di 2019 ini masih fokus membidik pelaku usaha di sektor ritel online dan FMCG. Hal ini sejalan dengan karakteristik bisnis di industri ini; aset atau inventori merupakan faktor utama yang menentukan pertumbuhan usaha mereka.

RestockID memiliki mekanisme yang disesuaikan dengan skema bisnis yang dipakainya. Untuk menentukan kelayakan calon peminjam, perusahaan melakukan validasi dengan mengacu pada laporan keuangan dan data perputaran barang. Tujuannya tak lain untuk mendapatkan gambaran yang lebih tepat mengenai usaha terkait.

“Beberapa industri memiliki sifat atau rasio yang berbeda antara satu sama lain. Hal tersebut menjadi basis penilaian kelayakan kami bagi para calon peminjam. Secara umum, batas pinjaman yang kami berikan berkisar dari 25%-80% dari nilai total jaminan barang yang kami terima,” jelasnya.

Sementara itu, untuk mengetahui data aset dan inventori peminjam secara real-time, RestockID bermitra dengan sejumlah penyedia jasa warehouse dan fullfilment, seperti Shipper dan Haistar. Perusahaan juga bermitra dengan penyedia teknologi atau ecommerce untuk membantu digitalisasi UMKM.

“Para mitra kami telah memiliki sistem berbasis cloud yang memungkinkan kami memantau pergerakan inventori peminjam secara real-time sehingga risiko gagal bayar dapat kami mitigasi lebih cepat, bahkan sebelum kegagalan tersebut terjadi,” kata Farid.

Menurut Farid, RestockID memiliki keunggulan karena diperkuat oleh tim dengan latar belakang karier di perbankan dan e-commerce. Hal ini dinilai dapat membantu perusahaan memahami masalah yang dihadapi UMKM dalam mengembangkan usahanya melalui kanal digital.

“Kami memosisikan diri bukan hanya sebagai platform pembiayaan, tetapi juga sebagai rekan belajar dan diskusi dalam membuat keputusan usaha, di mana sebagian besar dapat berdampak terhadap finansial usaha mereka,” papar Farid.

Hingga saat ini (year-to-date), RestockID menyalurkan pembiayaan dengan akumulasi sebesar Rp176,3 miliar dengan pembiayaan lunas sebesar Rp98,1 miliar. Sementara di 2021, perusahaan baru menyalurkan Rp25,9 miliar. Total borrower mencapai 51 dan lender 19.

Target penggalangan dana pra-seri A

Dihubungi secara terpisah, Co-founder RestockID Rega Sardjono mengungkapkan bahwa pihaknya tengah melakukan penjajakan untuk penggalangan dana pra-seri A. Sebelumnya, perusahaan telah mengantongi pendanaan seed sebesar $750 ribu dari investor lokal yang tidak dapat disebutkan namanya.

“Sekarang, kami lagi roadshow untuk [penggalangan dana] pra-seri A. Kami mainly mencari pendanaan dari VC. I think not leaning towards private equity yet just because of the matter of size,” ungkap Rega.  

Bahkan, pihaknya juga tengah berdiskusi dengan BRI Ventures meskipun masih dalam fase awal. Rega menargetkan closing pendanaan baru ini dapat terealisasi di kuartal kedua 2021. “Saat ini, kami sedang proses due diligence dengan satu VC dari luar negeri dan tengah mencari co-investor.”