Inilah 4 Pemenang Kompetisi EU Social DigiThon

Perhelatan akbar EU Social DigiThon telah memasuki rangkaian akhir. Setelah melewati proses kompetisi dan penjurian, EU Social DigiThon resmi mengumumkan sejumlah nama pemenang yang dinilai telah berhasil menelurkan inovasi digital bagi kelompok rentan.

Seperti yang tertuang pada rilis pers yang kami terima, delegasi Uni Eropa untuk Indonesia bersama dengan Asosiasi IoT (Internet of Things) Indonesia (ASIOTI) mengumumkan 4 (empat) tim pemenang dari kompetisi hackathon yang bergulir sejak Januari 2021 lalu. Ke-empat tim itu ialah; DukaEuy dengan nama proyek “Gelang Anti Kekerasan”, UntukIbu dengan nama proyek “UntukIbu: Pusat Kesehatan dan Jurnal Pendamping Kehamilan Wanita Indonesia”, DTRON Team dengan nama proyek “DTRON Smart Chair”, dan Solutioner dengan nama proyek “Aplikasi E-Learning untuk Penyandang Disabilitas, Sensorik Berbasis Artificial Intelligence (ELAIS)”.

Berikut profil dari masing-masing tim yang memenangkan ajang EU Social DigiThon.

  • DukaEuy

DukaEuy Team

Digawangi oleh tiga mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB), tim DukaEuy mengangkat isu kekerasan terhadap kaum perempuan. Lewat EU Social DigiThon, tim DukaEuy mencoba untuk memberikan sebuah solusi berbasis teknologi dengan mengembangkan aplikasi mobile GAK (Gelang Anti-Kekerasan) yang terhubung dengan perangkat IoT. Secara garis besar aplikasi ini berfungsi sebagai perangkat untuk memberi peringatan dini terhadap kemungkinan tindak kriminal atau kekerasan. Perangkat ini juga dapat dijadikan bukti atas tindak kekerasan yang dilakukan terhadap kaum perempuan.

  • UntukIbu

UntukIbu

Berangkat dari rasa keprihatinan terhadap banyaknya kelompok masyarakat yang menjadi lebih rentan akibat pandemi, khususnya kaum perempuan. Tim UntukIbu mencoba untuk menciptakan sebuah aplikasi pusat kesehatan dan jurnal pendamping perjalanan kehamilan untuk perempuan. Aplikasi ini hadir untuk menyampaikan informasi dan memudahkan seluk beluk prosedur melahirkan di tengah pandemi. Fitur UntukIbu meliputi pencarian rumah sakit dengan data fasilitas secara real time, jurnal kehamilan, informasi bidan dan layanan uji swab atau  kesehatan, integrasi informasi BPJS.

  • DTRON

DTRON

Terdiri atas dua anggota yaitu Yudhis Thiro Kabul Yunior dan Fattaa Septian Dwi Cahyo. Mereka menambah kemampuan kursi roda bagi para penyandang disabiiltas yang diberi nama Dtron Smart Chair. Kursi roda ini yaitu dilengkapi Voice Recognition System, Eye Navigation System & Sistem Kontrol Manual menggunakan Smartphone Android dengan konsep Integrated Artificial Intelligence. Dengan sistem ini, pengguna dapat lebih leluasa beraktivitas menggunakan kursi rodanya. Tidak hanya itu, sistem ini juga memungkinkan pengguna untuk mendapatkan informasi seputar perkembangan Covid-19

  • Solutioner

Solutioner

Tim yang terdiri atas mahasiswa asal Purwokerto ini mencoba berangkat dari rasa keprihatinan mereka terhadap penyandang disabilitas yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran daring. Aplikasi E-learning berbasis Artificial Intelligence (AI) membantu para penyandang disabilitas sensorik yakni disabilitas netra, disabilitas rungu, dan disabilitas wicara dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar secara daring. Hal ini dimungkinan karena teknologi ini mampu mengonversi bahasa isyarat menjadi teks untuk sarana komunikasi dengan pengajar, menghasilkan output berupa suara untuk memandu tuna netra sehingga memudahkan penyandang tuna netra dalam mengakses tugas maupun materi e-learning.

Dengan mengusung tema “Aksi Muda Untuk Perubahan”, EU Social DigiThon menargetkan untuk setidaknya mampu menghasilkan solusi berbasis teknologi bagi kelompok-kelompok rentan yang sebelumnya belum terjamah oleh teknologi. Dalam rilisnya Vincent Piket, selaku Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia mengatakan, isu sosial dan hak asasi semestinya bisa ditangani lewat inovasi teknologi terkini.

“Melalui kompetisi ini, kami ingin menciptakan kaitan antara informasi digital, teknologi, serta solusi terhadap masalah sosial dan hak asasi manusia yang muncul akibat pandemi COVID19. Melalui EU Social DigiThon, kami juga ingin membangun hubungan yang lebih dekat dengan kaum muda Indonesia. Kami menerima respon yang luar biasa dari anak muda yang menggunakan kreativitas dan pemikiran kritis mereka untuk memecahkan masalah kehidupan nyata di lingkungan mereka sendiri dengan solusi yang diciptakan sendiri,” ungkapnya.

Dari total 196 proposal yang masuk, sebagian besar ide inovasi berfokus pada isu-isu terkait kesetaraan, remaja, disabilitas, perlindungan anak, dan sejenisnya yang terdampak akibat tekanan krisis pandemi Covid-19. Kriteria penilaian yang dilakukan oleh juri mengangkat empat elemen yang harus ada di dalam inovasi tersebut. Ke-empat elemen itu adalah: manfaat sosial ekonomi, orisinalitas ide, tingkat kreativitas, dan dampak yang diharapkan.

Dari sisi teknologi, Fita Indah Maulani selaku Sekretaris Jenderal ASIOTI mengungkapkan, dirinya mengharapkan setelah perhelatan ini selesai, solusi teknologi yang dilahirkan oleh para inovator muda tersebut memiliki keberlangsungan yang konsisten.

“Sejumlah proposal bahkan sudah siap untuk didorong menjadi prototipe dan ada yang dapat dikomersialisasikan. Kami juga melihat kreativitas peserta dalam memanfaatkan berbagai ragam IoT untuk memperkuat fungsi solusi mereka. Saya berharap para pemenang ini bisa terus mengembangkan solusi mereka, sehingga bisa segera dirasakan dampak positifnya secara langsung oleh masyarakat,” papar Fita.

Komisioner Komnas Perempuan, Andy Yentriyani juga memberi tanggapan bahwa inovasi dengan dampak yang nyata jadi salah satu acuan utama untuk menentukan pemenang dari kompetisi ini.

“Proposal yang kami terima begitu variatif dan menarik. Kami mencari gagasan akan solusi yang betul-betul dibutuhkan oleh kelompok rentan untuk memudahkan kehidupan mereka di tengah situasi pandemi ini. Selain dampaknya harus nyata dalam melindungi, meningkatkan harkat, dan menciptakan inklusivitas bagi sasaran penggunanya, solusi ini tidak boleh menciptakan masalah baru akibat penggunaannya,” imbuhnya.

Tantangan bagi inovasi agar memiliki sustainability yang kuat salah satunya tentu terkait dengan dukungan agar mampu mengonversi ide menjadi sebuah eksekusi yang nyata. Perhelatan EU Social DigiThon juga tak luput memberikan dukungan terkait, salah satunya yakni dengan memberikan dukungan dana untuk mewujudkan gagasan menjadi kenyataan. Dukungan dana yang dimaksud berupa hadiah uang tunai senilai total 120 juta rupiah yang diberikan kepada ke-empat pemenang. Tak hanya itu, program mentoring yang dipimpin oleh para ahli dari Uni Eropa juga telah disiapkan untuk mengakselerasi ke-empat pemenang tersebut merealisasikan idenya untuk kehidupan kelompok rentan yang lebih baik.