Daftar kompetitor Clubhouse terus bertambah. Bulan lalu, kita sudah melihat versi beta Twitter Spaces yang diluncurkan untuk platform Android. Kalau melihat status Clubhouse yang sampai sejauh ini masih bisa dibilang eksklusif (hanya tersedia di iOS, dan masih invite-only), sepertinya tren ini masih akan terus berlanjut.
Bahkan Discord pun sekarang juga punya fitur ala Clubhouse. Mereka menamaninya Stage Channel, dan ini berbeda dari fitur Voice Channel yang sudah menjadi ciri khas Discord selama ini. Kalau di Voice Channel semua orang bisa ikut berbicara, Stage Channel dirancang sebagai wadah agar beberapa orang tertentu bisa berbicara di hadapan sejumlah audiens.
Melihat premisnya, Stage Channel tentu sangat cocok untuk kegiatan-kegiatan spesifik seperti talk show atau AMA (Ask Me Anything). Itulah mengapa Stage Channel hanya tersedia pada Community Server saja, bukan pada server biasa yang dapat dibuat oleh siapapun bersama sejumlah temannya.
Saat bergabung pada suatu Stage Channel, kita sebagai pendengar akan otomatis di-mute mikrofonnya. Kalau kita ingin bertanya, kita bisa mengklik ‘mengangkat tangan’ dengan mengklik tombol bergambar tangan, dan dari situ moderator bisa meng-unmute mikrofon kita. Moderator juga berhak mendepak audiens dari Stage Channel seandainya mereka mengganggu jalannya kegiatan.
Fitur ini sekarang sudah tersedia di semua platform di mana Discord eksis, termasuk halnya via web app di browser. Namun ternyata bukan cuma Twitter dan Discord saja yang menyiapkan fitur khusus sebagai alternatif terhadap Clubhouse.
LinkedIn sedang garap fitur ala Clubhouse
Pada bulan Februari lalu, New York Times melaporkan bahwa Facebook sedang mengerjakan suatu produk audio chat untuk menyaingi Clubhouse. Sekarang, LinkedIn juga dikabarkan tengah menyiapkan hal serupa, dan mereka juga telah mengonfirmasinya sendiri kepada TechCrunch.
Gambar di atas adalah mockup dari tampilan antarmuka fitur ala Clubhouse yang sedang LinkedIn buat. Layout-nya tentu terasa familier untuk sebuah social audio experience, dengan daftar pembicara di atas, diikuti oleh daftar pendengar di bawah dan tombol-tombol pendukung, termasuk halnya tombol raise hand seperti yang Discord tawarkan tadi.
Yang bakal memberikan kesan berbeda adalah bagaimana semua ini akan terhubung dengan identitas profesional masing-masing pengguna. LinkedIn percaya bahwa ini bisa membantu memberikan rasa nyaman kepada pengguna, sehingga pada akhirnya sesi pun bisa terasa lebih engaging.
Di samping popularitas Clubhouse, alasan LinkedIn menggarap fitur ini juga berdasar pada permintaan komunitas penggunanya, yang selama ini mendambakan lebih banyak cara untuk berkomunikasi di LinkedIn. LinkedIn belum berani memastikan kapan fitur ini bakal tersedia untuk publik, akan tetapi fase pengujian beta-nya disebut akan segera dimulai.
Sumber: Discord dan TechCrunch.