18 Penerima Beasiswa Girls in Tech Berbagi Perjalanan Beasiswa Mereka

Indonesia baru merayakan hari Kartini beberapa minggu yang lalu. Kartini adalah simbol pemberdayaan perempuan modern di Indonesia. Sekaligus salah satu pahlawan nasional Indonesia yang memperjuangkan hak-hak perempuan dan kesetaraan gender agar perempuan memiliki hak yang sama untuk belajar dan berkembang, terutama untuk pendidikan. Sejalan dengan misinya, Girls In Tech Indonesia didirikan untuk menciptakan lebih banyak peluang bagi perempuan untuk lebih dapat berpartisipasi dalam teknologi.

Girls in Tech Indonesia menghadirkan program beasiswa yang diluncurkan Desember tahun lalu sebagai hasil kemitraan dengan Education New Zealand dan Hacktiv8. Dengan menerima 463 lamaran lalu mengakurasinya menjadi 18 peserta terpilih, program ini didedikasikan untuk memberdayakan perempuan di luar industri Teknologi Informasi untuk mempelajari lebih lanjut tentang Teknologi Digital dan Teknologi Informasi. 

Program ini berlangsung selama tiga bulan, kemudian berakhir pada April lalu. Sebagai hasil akhir, program yang diinisiasi oleh GIT Indonesia, Education New Zealand, dan Hacktiv8, mengumumkan tiga outstanding recipients atau penerima beasiswa dengan hasil yang memuaskan, yakni Nurulita Aida Rahmasari, Riza Tri Wulaningrum, dan Linda Oktavianty, dari total 18 perempuan penerima beasiswa.

Melalui ‘Tech Talks Vol.1,2, dan 3, yang disiarkan langsung pada 24, 25 April, dan 1 Mei 2021 dari Zoom,  tiga perempuan penerima beasiswa tersebut dan lainnya membagikan pengalaman belajar mereka dengan menggunakan teknik presentasi Pecha Kucha. 

Berbagi Perjalanan Beasiswa Girls In Tech

Tech Talks merupakan mini-workshop pasca program dalam bentuk webinar di mana para peserta beasiswa berbagi perjalanannya dalam menyelesaikan program tersebut. Tujuan mini-workshop adalah untuk menciptakan kesadaran dan lebih menginspirasi perempuan lainnya untuk bergabung dengan program Girls in Tech lainnya yang akan datang. Webinar dihadiri oleh ratusan audiens dan acara tersebut menunjukkan ketertarikan yang signifikan dari para perempuan.

Selama mengikuti program, para penerima beasiswa belajar program Pengembangan Profesional dari Hacktiv8 sesuai dengan minat masing-masing. Nurulita, Riza, Linda, dan perempuan lainnya belajar tiga program berbeda, yaitu; Introduction to Python, Front-end development, dan Introduction to Programming.

Program Hacktiv8 sendiri memang dirancang untuk semua orang, dengan atau tanpa latar belakang teknologi. Kurikulum dalam program-program yang dihadirkan didesain khusus agar sesuai dengan kebutuhan industri saat ini dengan materi pembelajaran yang mudah diimplementasikan. Selain itu, para peserta juga diberikan berbagai fasilitas seperti 1-on-1 mentoring dan career coaching untuk menunjang karirnya setelah menyelesaikan program.

Para peserta menyampaikan tidak ada kendala berarti selama program berlangsung. Riza, salah satu penerima beasiswa dari Magelang yang mengikuti program Introduction of Programming mengatakan, bahwa dirinya tidak memiliki latar belakang coding. Namun materi pembelajaran disampaikan dengan jelas dan ringkas oleh para instruktur. Dia juga menambahkan “Memiliki mentor membuat segalanya menjadi mudah. Saya menemukan bidang itu sangat menarik. Apalagi momen ketika saya diberikan soal latihan dan studi kasus, belajar logika untuk menyelesaikan suatu kasus”, pungkas Riza.

Memiliki Latar Belakang yang Berbeda Bukan Halangan

Berasal dari bidang berbeda dengan Riza, Nurulita Aida Rahmasari merupakan seorang ahli gizi yang saat ini sedang menempuh studi pasca sarjana di Universitas Indonesia. Dia bercerita dengan penuh semangat tentang hal yang paling menyenangkan selama mengikuti program ini, yaitu ketika dirinya menyelesaikan tugas akhir menggunakan data tentang nutrisi di Indonesia. Menurutnya, dari seseorang yang tidak tahu apa- apa tentang pemrograman, dirinya bisa menyelesaikan kursus selama delapan minggu dan menyelesaikan analisis sederhana menggunakan Python. Dia juga berharap dapat menggunakan keterampilan baru nya untuk mengumpulkan data yang berguna untuk membuat keputusan strategis bagi pemerintah, khususnya untuk meningkatkan kondisi masyarakat Indonesia terkait gizi dan kesehatan. 

Pengalaman berbeda juga disampaikan oleh Linda, salah satu peserta dari Depok yang menjelaskan tentang hal menarik lainnya pasca program. Dia belajar tentang HTML, CSS, Bootstrap, Javascript, Jquery, dan Github, sebagai bagian dari kursusnya: Front-end Web development. Bagi seorang pemula dalam pemrograman, pengalaman ini telah memberinya kepercayaan diri yang besar untuk beralih karir dari asisten pribadi hingga menjadi web developer di masa yang akan datang.

Pada kesempatan yang sama, Managing Director Girls in Tech Indonesia, Aulia Halimatussadiah menyampaikan, bahwa pengembangan diri tidak pernah terjadi pada zona nyaman kita. Ketika kita percaya pada kemampuan kita, maka tidak ada yang mustahil. Kita hanya membutuhkan keberanian untuk melakukan lompatan keyakinan dalam melakukan sesuatu yang berbeda. Pesan standar dari para individu yang luar biasa ini adalah mengambil kesempatan, melakukan sesuatu yang baru dengan lebih baik dari sebelumnya. Girls In Tech Indonesia hadir untuk menginspirasi para perempuan agar lebih banyak terlibat pada bidang teknologi untuk kemudian mampu menyelesaikan masalah di masyarakat. Hal ini merupakan sebuah komitmen bagi Girls in Tech Indonesia untuk membantu anak perempuan di Indonesia dalam mengejar pendidikan dan karir mereka di bidang teknologi. 

Selain itu, Ben Burrowes,Direktur Regional Education New Zealand untuk Asia juga mengucapkan terima kasih dan berharap dapat melanjutkan kemitraan yang sudah terjalin untuk mendukung lebih banyak perempuan Indonesia di bidang STEM. Tim nya juga percaya bahwa program ini sangat berarti karena melalui kemitraan dengan Girls in Tech, Hacktiv8, beserta inisiatif yang ada, dia telah melihat secara langsung potensi besar perempuan Indonesia di sektor ini. 

Sebagai penutup, Presiden Hacktiv8, Juventia Vicky menyampaikan rasa bangganya terhadap pencapaian para peserta yang telah membuktikan bahwa tidak ada batasan bagi perempuan untuk mengeksplorasi teknologi. Dia juga berharap dengan memfasilitasi dan mendukung tumbuhnya talenta perempuan di industri teknologi, dapat menginspirasi perempuan untuk berkontribusi di era digital.

Bekerja di bidang teknologi seharusnya tidak menjadi sesuatu yang dihindari oleh para perempuan. Karena perempuan saat ini harus menjadi agen perubahan.