Boneka Takita Optimalkan Kecerdasan Majemuk Anak Lewat Media Online

Berbicara tentang pendidikan anak tidak bisa sebatas sekolah. Pendidikan sejatinya mencakup segala aspek kecerdasan dan merangsang seluruh perkembangan anak, sehingga sang anak bisa menemukan dirinya dan nantinya dapat berkembang menjadi individu berkarakter serta sukses dalam bidangnya.

Pendidikan karakter ini yang sayangnya sering luput dari standarisasi pendidikan nasional yang masih berpegang pada pengembangan kecerdasan otak kiri. Tantangan menjadi orangtua saat ini juga makin beragam, minimnya tokoh idola bagi anak dan terbuka lebar-lebar akses dunia maya yang menjadi masalah baru lagi. Sebab luasnya rimba internet yang hampir tiada batas sangat memungkinkan anak tersesat di dalamnya.

Menutup semua akses kemajuan teknologi pada anak, tentu saja bukan solusi yang cerdas. Hal terakhir yang Anda inginkan adalah: anak diam-diam mengakses internet tanpa pengawasan, apalagi arahan berinternet yang baik.

Menjawab dua tantangan masa kini dalam mendidik anak, Bukik Setiawan, penggagas Indonesia Bercerita sekaligus founder Takita, menyadari hal ini, hingga ia pun tak hanya berhenti dengan sebatas mengerakan medium cerita sebagai alat untuk mendidik kreativitas dan imajinasi anak, tapi melangkah menjadikan Takita, sang tokoh sebagai teman anak Indonesia.

Bukik memaparkan pada Daily Social bahwa boneka Takita berawal dari keinginan mencari sumber dana baru untuk pembiayaan gerakan Indonesia Bercerita yang sebelumnya hanya mengandalkan sponsor.

“Bekal yang kami miliki pada saat itu adalah sosok Takita yang tampil sebagai pencerita di media sosial (Twitter & Facebook) maupun podcast cerita anak. Sosok yang belum ada visualisasinya ini cukup banyak mendapat perhatian dari fans serta followers di media sosial. Waktu itu kami berpikir simpel saja, bagaimana ide Takita bisa menghasilkan pembiayaan untuk Indonesia Bercerita? Ide awal yang datang adalah berjualan boneka. Kami pun mulai merealisasikan ide tersebut mulai dari memvisualisasikan desain boneka, sampai produksinya,” urai Bukik panjang lebar.

Ia pun mengakui bahwa proses merealisasikan ide boneka Takita memakan waktu cukup lama dan energi. “Selama proses merealisasikannya, ide pun berkembang. Kami ingin tidak sekadar sebagai boneka tapi juga teman anak Indonesia. Lahirlah gagasan TemanTakita.com yang juga bertujuan mendekatkan keluarga.” Bukik yang juga founder TemanTakita.com ini menjelaskan lebih lanjut, bahwa boneka Takita dikemas menjadi boneka yang terintegrasi dengan teknologi yang mendekatkan keluarga.

Ini juga yang menjadi tantangan orang tua saat ini, yakni teknologi menguras perhatian dan menjauhkannya dari interaksi sosial yang riil. Anak tumbuh menjadi pribadi yang individualistis dan keeratan keluarga menjadi berkurang, karena ia terlalu asyik dengan gadget-nya.

Mengapa boneka Takita dianggap mampu mendekatkan keluarga dan membangun kebersamaan dalam keluarga? Sebab orangtua dan anak dapat bermain bersama-sama. Caranya, orangtua dapat mengunduh aplikasi media sosial Takita secara gratis dan kemudian mendaftarkan anaknya. Setelah itu, orang tua dapat mengikuti tes kecerdasan majemuk untuk mengetahui jenis kecerdasan anaknya yang dominan.

Bila jenis kecerdasan anaknya telah dikenali, orang tua bisa mengarahkan anak untuk mengikuti serangkaian tantangan untuk mengoptimalkan kecerdasannya. Tantangannya sendiri menuntut anak melakukan kegiatan offline yang proses hingga hasilnya bisa diunggah dalam bentuk foto, teks dan video.

Tokoh Takita sendiri diharapkan akan mengisi kekosongan tokoh idola buat anak Indonesia. Ia adalah seorang anak perempuan yang suka bercerita buat teman dan adik-adiknya. “Awalnya kami memang memilih segmen anak perempuan, sebagai segmen yang paling banyak membeli boneka. Meskipun dalam kenyataannya, ada juga orang tua yang membeli boneka Takita untuk anak laki-lakinya.”

Sejauh ini Bukik melihat bahwa respon masyarakat ternyata cukup bagus. Itu dapat diukur dari kerepotan timnya dalam memenuhi permintaan masyarakat. Sayangnya boneka Takita ini masih dijual terbatas, semua ini diakui Bukik disebabkan oleh keterbatasan modal dan energi.

“Untuk memperbesar kapasitas, kami mulai mencari tambahan modal dari beberapa kenalan dan mengikutkan Takita dalam program inkubasi. Kami beruntung. Ketika ada seorang teman baik memberikan dukungan modal, pada saat itu pula Takita diterima dalam program Indigo Inkubator dari PT. Telkom.”

Dalam program yang dimulai pada 5 Juli 2013 lalu, Indonesia Bercerita dalam mengembangkan boneka Takita mendapatkan ilmu dalam mengembangkan sebuah startup dengan pendekatan lean startup. “Kami melakukan riset yang berujung pada kesimpulan bahwa kami harus melakukan pivot.”

Saat ini menurutnya ada beberapa perubahan mendasar pada Takita. Pertama, Takita lebih fokus dalam menggarap media sosial Takita dan menunda pengembangan usaha boneka. Kedua, media sosial yang sebelumnya berperan “mendekatkan keluarga” bergeser menjadi “optimalisasi kecerdasan majemuk anak Indonesia”.

Format fitur petualangan cerita yang sebelumnya telah ada pada TemanTakita.com tetap menjadi unggulan dengan penambahan fungsi yang terkait kecerdasan majemuk. Ketiga, perubahan dari web menjadi aplikasi mobile agar memudahkan pengguna dalam menggunakan media sosial ini. Keempat, perubahan segmen dari semula usia 2 – 7 tahun menjadi, 6 – 9 tahun. “Meskipun beberapa anak sudah bisa mengikuti pada usia sebelum usia yang ditargetkan.”

Khusus media sosial Takita saat ini masih fokus pada pengembangan aplikasi platform iOS. “Meski demikian, kami telah merintis upaya melibatkan komunitas untuk membantu menyebarkanluaskan informasi mengenai manfaat media sosial Takita ini,” tambah Bukik.

Semua itu rencananya akan diluncurkan pada awal tahun 2014. Namun versi betanya rencananya sudah bisa dicoba pada akhir tahun ini. “Buat orang tua yang ingin mengenali dan mengembangkan kecerdasan majemuk anak, silahkan mencoba dan memberikan umpan baliknya untuk pengembangan lebih lanjut,” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published.