Pendanaan Doku 2021

DOKU Tutup Pendanaan 458 Miliar Rupiah dari Apis Growth Fund II

DOKU mengumumkan perolehan pendanaan sebesar $32 juta (lebih dari 458 miliar Rupiah) dari Apis Growth Fund II, dana ekuitas swasta yang dikelola oleh Apis Partners LLP, manajer aset berbasis Inggris yang mendukung bisnis layanan finansial dan fintech dalam tahap pertumbuhan. DOKU menjadi portofolio pertama Apis Partners di Indonesia.

DOKU merupakan salah satu anak usaha dari PT Elang Andalan Nusantara (EAN). EAN adalah perusahaan patungan yang sahamnya dimiliki Emtek dan Alibaba. Berdasarkan laporan keuangan Emtek, PT Kreatif Media Karya (KMK) memegang 55% saham atas cucu usaha EAN. Kemudian dijual ke pihak ketiga.

Transaksi tersebut menyebabkan KMK kehilangan pengendalian di EAN dan selanjutnya KMK berhenti mengkonsolidasikan laporan keuangan EAN ke laporan keuangan konsolidasian Kelompok Usaha.

Dana segar akan dimanfaatkan DOKU untuk mempercepat pengembangan sejumlah penawaran baru untuk bisnis dan konsumen, serta memperluas jangkauan geografis perusahaan dalam menyediakan akses pembayaran digital bagi masyarakat Indonesia.

“[..] Kami percaya dengan mendukung perusahaan seperti DOKU, kami akan mendapatkan manfaat dari pengalaman mereka yang telah terbukti. Kami melihat kolaborasi dengan Apis Partners sebagai babak baru bagi DOKU dan kami sangat antusias untuk melanjutkan kemitraan ini,” ucap Co-Founder dan COO DOKU Nabilah Alsagoff saat konferensi pers virtual, Kamis (5/8).

Secara terpisah dalam keterangan resmi, Managing Partner dan Co-Founder Apis Partners Matteo Stefanel mengatakan, “Kami senang dapat bermitra dengan DOKU dalam investasi pertama Apis Partners di Indonesia, yang mencerminkan kepercayaan kami terhadap negara ini sebagai lokasi investasi. Kami senang dapat bekerja sama dengan tim yang telah membangun organisasi terdepan di pasar [..],” ucapnya.

Secara global, Apis Partners memiliki sejumlah portofolio startup payment gateway, seperti EPS (India), DPO (Afrika), GHL (Malaysia), adumo (Afrika Selatan), dan Codapay (Singapura).

Kinerja DOKU

DOKU didirikan pada 2007 sebagai satu-satunya pemain pembayaran digital di Indonesia dengan lisensi pembayaran terlengkap, mulai dari transfer dana, e-wallet, dan e-money kepada pelanggan. Perusahaan juga memiliki izin remitansi, telah bekerja sama dengan mitra di negara tetangga untuk memfasilitas transfer antar negara.

Pada tahun lalu saja, DOKU telah memroses 47 juta transaksi dengan total nilai yang diproses sebesar $2,9 miliar. Kenaikan transaksi ini salah satunya disumbangkan dari pembelian voucher game karena banyak orang harus berada di rumah saja. Selanjutnya juga datang dari pembayaran transportasi online, hasil kerja sama DOKU dengan Maxim.

“Belanja game mencatatkan kenaikan yang menarik, salah satunya karena harus di rumah saja. Untuk itu kami gencarkan kemitraan dengan game publisher, seperti Unipin, ada Google Play, TikTok akan segera live, dan Facebook untuk belanja iklan,” tambah CMO DOKU Himelda Renuat.

Data menarik lainnya adalah lonjakan pada pedagang QRIS yang baru terdaftar sebesar 1583% secara YOY dan kenaikan lebih dari 30% untuk kategori pedagang ritel, game, dan konten digital.

Bisnis utama DOKU adalah payment gateway yang berkontribusi sebanyak 70% terhadap total keseluruhan layanan. Di luar itu, bisnis lainnya dari DOKU adalah Collaborative Commerce (DOKU Wallet) dan Transfer Service (remitansi dan disbursement).

Pada April kemarin, perusahaan mengumumkan rebrand untuk bisnis payment gateway-nya menjadi “Jokul” agar makin dikenal pengguna dari semua kalangan bisnis, baik itu korporasi, startup, UMKM, hingga penjual individu. Jokul adalah kata slang pada tahun 90-an yang memiliki arti “jualan”. Disebutkan ada lebih dari 5 ribu bisnis telah terdaftar sebagai merchant secara organik.

Pasar besar layanan payment gateway

Menurut riset yang dilakukan Mordor Intelligence, ukuran pasar layanan payment gateway secara global telah menyentuh angka $17,2 miliar pada tahun 2020. Diproyeksikan akan bertumbuh menjadi $42,9 miliar pada tahun 2026 mendatang.

Di Indonesia sendiri, ada beberapa pemain yang menyajikan layanan terkait, membantu bisnis digital untuk mengakomodasi pembayaran. Di antaranya Midtrans, Faspay, Xendit, dan lain-lain.

Potensinya masih sangat besar, mengingat konsumen di Indonesia memiliki pilihan yang bervariasi untuk sistem pembayaran online-nya. Menurut servei yang dilakukan iPrice dan Jakpat tahun lalu, metode transfer bank masih mendominasi, dilanjutkan e-wallet, dan pembayaran lainnya.

Peran layanan payment gateway adalah memberikan simplifikasi bagi pengembang. Alih-alih harus melakukan integrasi manual satu per satu untuk setiap sistem pembayaran, mereka bisa menggunakan layanan siap pakai dengan menyambungkan API payment gateway ke dalam backend aplikasi.

Application Information Will Show Up Here