Aplikasi eFisheryKu

Aplikasi eFisheryKu Ingin Digitalkan Proses Bisnis Pembudidaya secara Menyeluruh

Startup aquatech eFishery kembali meluncurkan solusi budidaya berbasis digital eFisheryKu. Melalui platform ini, para mitra dapat melakukan aktivitas budidaya dan memperoleh akses ke pasar. Saat ini, aplikasi baru tersebut sudah tersedia untuk perangkat Android.

Dihubungi DailySocial.id, Founder & CEO eFishery Gibran Huzaifah mengatakan pandemi Covid-19 telah berdampak pada terbatasnya mobilitas masyarakat sehingga mempersulit para pembudidaya ikan dan udang di Indonesia untuk berkegiatan budidaya. Ini termasuk pula kegiatan bertransaksi hingga menemukan pasar yang tepat untuk menjual hasil panen mereka.

Menurutnya, eFisheryKu baru diluncurkan sekarang karena pihaknya ingin membangun ekosistem dan komunitas pembudidaya sejak awal. “Pembudidaya juga kan perlu diedukasi dulu, jadi sekarang sudah cukup kuat [ekosistem dan komunitasnya],” ungkap Gibran.

eFisheryKu merupakan aplikasi koperasi digital yang mendukung aktivitas mitra pembudidaya di eFishery, mulai dari pembelian pakan, penjualan ikan, promosi, informasi seputar harga pasar, hingga pengajuan pinjaman. Hingga saat ini, layanan tersebut sudah diunduh sebanyak lebih dari 1.000 kali oleh pengguna.

Ada beberapa fitur unggulan yang ditawarkan perusahaan. Pertama, fasilitas permodalan lewat layanan paylater Kabayan (Kasih, Bayar Nanti), pembudidaya bisa memanfaatkan fasilitas sarana produksi perikanan yang dapat dibayar dengan sistem tenor 1-6 bulan. Pengajuan dapat dilakukan langsung via eFisheryKu tanpa perlu datang ke eFishery Point.

“Sejumlah mitra penyalur yang sudah bermitra untuk layanan Kabayan antara lain Alami, Investree, Kawan Cicil, Crowdo, Kredivo, dan BRI Agro. Maksimal limit yang sekarang disetujui dari user kami ada yang mencapai Rp1,7 miliar, tapi tergantung skala bisnisnya,” paparnya.

Dalam keterangan tertulisnya, saat ini eFishery mencatat ada 13.000 pembudidaya yang telah bergabung di eFishery. Dari total tersebut, sekitar sepertiganya mendapat akses permodalan dengan total pembiayaan yang disetujui hampir Rp200 miliar.

Kedua, fasilitas pembelian online, memungkinkan pembudidaya dapat memilih beragam opsi pakan dengan harga produk yang diklaim bersaing. “Konsepnya semacam itu [marketplace]. Rencananya, pengguna mulai bisa bertransaksi langsung di aplikasi pada bulan depan. Kalau saat ini, mereka masih dihubungkan ke tim eFisheryPoint apabila ingin bertransaksi,” ungkap Gibran.

Yang akan datang, perusahaan akan meluncurkan dua fitur baru, yakni Lelang Ikan dan Pencatatan Budidaya. Gibran menjelaskan, fitur Lelang Ikan akan menghubungkan pembudidaya dengan first-mile buyer. Sementara, Pencatatan Budidaya berfungsi sebagai fitur pencatatan data pakan dan pengelolaan keuangan. Menurutnya, model fitur ini mirip seperti BukuWarung atau BukuKas.

eFisheryKu juga telah berkolaborasi dengan banyak platform digital lainnya untuk memperkuat ekosistem layanan, seperti Kargo untuk sistem logistik, Sayurbox, GoFresh, dan Aruna untuk supply ikan konsumen, merchant, dan eksportir. Pihaknya memastikan akan memperbanyak kolaborasi eFisheryKu dengan pemain digital lainnya.

Aquatech di masa pandemi

Platform eFisheryKu dapat dikatakan melengkapi ekosistem layanan yang sudah ada. eFishery berupaya menyediakan layanan dari hulu ke hilir dengan solusi berbasis teknologi, akses permodalan, dan akses ke pasar pembudidaya. Startup yang berdiri di 2013 sudah meluncurkan berbagai produk, yaitu eFishery Feeder, eFishery Fund, hingga layanan Kabayan.

Secara umum, kegiatan jual-beli pakan melalui platform digital bukanlah sesuatu yang baru. Terlepas dari masih rendahnya adopsi internet di kalangan pembudidaya, sejumlah startup terkait berupaya mengembangkan inovasi untuk membantu mempertemukan pembudidaya dengan akses yang pasar lebih luas.

Laporan DSInnovate dan Crowde bertajuk “Driving the Growth of Agriculture-Technology Ecosystem in Indonesia” mengungkap bahwa pengguna internet di sektor ini tercatat baru 4,5 juta di 2020. Menurut laporan ini, ada tiga tantangan besar yang dihadapi petani di masa pandemi, antara lain produktivitas kerja, productivity shock, dan trade shock.

Sementara, data yang dirilis Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyebutkan, pandemi berdampak signifikan terhadap perekonomian sektor budidaya ikan akibat penutupan offline market (pasar ikan konvensional, hotel, restoran) yang menyebabkan rantai pasok terganggu.

Kendati demikian, KKP mencatat kondisi sektor budidaya ikan di kuartal ketiga 2020 mulai membaik dengan kenaikan nilai tukar pembudidaya (NTPi) sekitar menjadi 0,58 poin pada Desember dibandingkan bulan sebelumnya. Adapun, pemerintah telah menyiapkan sejumlah langkah mitigasi untuk mendorong sektor ini, salah satunya adalah melalui adopsi inovasi teknologi yang adaptif dan efisien.

Application Information Will Show Up Here