Xendit UMKM

Xendit Incar Pengguna UMKM, Rilis Aplikasi Bisnis dan “Online Store”

Keseriusan Xendit untuk menggarap sektor UMKM, termasuk pedagang individu dan social seller, terlihat dari berbagai inovasi yang diluncurkan. Perusahaan merilis tiga solusi, dengan dua di antaranya dikhususkan untuk sektor UMKM, yakni Aplikasi Xendit Bisnis dan Xendit Online Store.

Founder & CEO Xendit Moses Lo menuturkan, aplikasi ini hadir untuk melayani pelanggan bisnis Indonesia yang mayoritas menggunakan smartphone untuk mengoperasikan bisnisnya, ketimbang memakai laptop. “Dengan adanya aplikasi ini, sekarang semua orang bisa mengatur transaksi pembayaran digital secara lebih mudah dan lebih aman. Untuk mendukung mobilitas, pelanggan Xendit bisa mengeluarkan invoice dan menerima berbagai metode pembayaran,” ucapnya.

Tak hanya mengatur dan menerima pembayaran online dari pembeli, aplikasi Xendit Bisnis juga ditenagai dengan berbagai fitur. Salah satunya adalah Order Management yang memungkinkan pebisnis bisa memroses keseluruhan transaksi secara otomatis, mulai dari memasukkan pesanan dari pembeli, mengatur pengiriman, hingga merekap semua pembelian.

Dengan begitu, operasional bisnis online bisa berjalan dengan lancar dan efisien dalam hal penghematan waktu. Product Manager Xendit Andri Setiawan menuturkan aplikasi ini juga dapat menyimpan kontak pelanggan agar pebisnis dapat lebih mudah mengirim invoice tagihan.

“Dalam invoice tersebut berisi detail tagihan beserta link pembayaran yang akan mengarahkan konsumen ke berbagai metode pembayaran yang dipilih oleh penjual dan dapat dipilih konsumen. Dana akan langsung diterima penjual begitu pembayaran telah diselesaikan,” kata Andri.

Dia melanjutkan, ke depannya aplikasi Xendit Bisnis akan terus menambah fitur untuk mempermudah pedagang dapat bertransformasi digital. Di antaranya, mengintegrasikan Xendit Online Store dengan aplikasi, mengelola inventori cek ongkos kirim, dan pemesanan layanan logistik. Xendit Bisnis sudah bisa diunduh di Play Store dan App Store.

Solusi bisnis kedua yang diumumkan Xendit adalah Xendit Online Store untuk permudah pebisnis untuk mendirikan toko online-nya sendiri. Fitur ini memungkinkan pebisnis untuk memiliki toko dengan URL unik dalam waktu kurang dari lima menit dan sudah dilengkapi dengan fitur pilihan metode pembayaran yang dimiliki Xendit.

Fitur ini tersedia secara gratis dan dapat langsung dimanfaatkan oleh pebisnis individu dan UMKM yang telah terdaftar di Xendit, untuk memperbesar jangkauan pembeli dan memperkuat kanal penjualannya, tanpa bergantung pada platform e-commerce lain. Untuk mengakses ini, pengguna dapat menavigasi ke Dashboard, pilih “Store/Toko” dan pilih “Online Store/Toko Online.”

Solusi untuk korporasi

Solusi bisnis ketiga adalah XenSol (Xendit Solution), hasil kerja sama dengan Andrew Tani & Co. (ATC). Solusi ini lebih diarahkan untuk pelaku bisnis skala besar yang berupaya melakukan transformasi digital secara menyeluruh. Perusahaan bisa menggunakan layanan konsultasi dari ATC dan Xendit akan mendukung transformasi digital tersebut dengan menyediakan infrastruktur pembayaran digital yang lebih baik. Nantinya, Xendit berencana mengajak partner serta agensi yang relevan sebagai mitra untuk menjalankan program XenSol secara berkelanjutan.

Penambahan solusi baru tersebut diharapkan dapat mempermudah semua pelaku bisnis dengan akses digital demi menciptakan lingkungan persaingan yang setara, sehingga semua bisnis dapat tumbuh dengan baik. Target ini sejalan dengan yang diusung pemerintah untuk membawa lebih dari 30 juta UMKM untuk go digital pada 2025 mendatang.

Sebelumnya, pada Agustus 2021, perusahaan telah meluncurkan fitur Xendit Inventory Sync Tool, sebuah inovasi teknologi multi-channel untuk mengelola stok inventaris produk yang dijual online marketplace, maupun situs Shopify dan Woocommerce. Fitur ini memudahkan pelaku bisnis untuk memantau dan mengatur jumlah stok di masing-masing kanal dalam satu dasbor yang rapi dan terintegrasi.

Selain membuat fitur sendiri, Xendit juga turut berinvestasi untuk majoo, startup SaaS pengembang solusi omnichannel. Bisa dipastikan kedua perusahaan akan saling memanfaatkan ekosistem satu sama lain untuk mengembangkan solusi untuk UMKM, meski rencana tersebut belum diumumkan secara resmi.

Secara keseluruhan, Xendit telah memroses lebih dari 110 juta transaksi per tahun dengan total volume lebih dari Rp142 triliun. Xendit ingin menyederhanakan proses pembayaran untuk semua skala bisnis di Indonesia, Filipina, dan Asia Tenggara. Xendit memungkinkan bisnis untuk menerima pembayaran, mencairkan, pencairan payroll, menjalankan marketplace, dan lainnya.

Digitalisasi UMKM

Menurut data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, dari 64,2 juta unit UMKM, baru 19% di antaranya yang sudah masuk ke ekosistem digital. Pemerintah sendiri menargetkan 30 juta unit UMKM bisa memasuki ekosistem digital pada 2024.

Tak hanya Xendit, ada banyak perusahaan yang menyediakan ragam solusi untuk permudah jalan masuk UMKM go digital dari berbagai aspek bisnis, baik itu fintech, supply chain, logistik, e-commerce, pemasaran, dan lain-lain. Menurut data di laporan MSME Empowerment Report 2021 yang diterbitkan DSInnovate, terdapat beberapa permasalahan mendasar yang saat ini dialami oleh pelaku UMKM di Indonesia, di antaranya:

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, 83% dari pelaku UMKM mengaku menggunakan layanan dari startup digital. Dari hipotesis tersebut, para founder pun bergairah untuk menghadirkan ragam produk dengan proposisi nilai yang berbeda-beda. Saat ini ada puluhan startup yang menghadirkan berbagai jenis SaaS di segmen tersebut.