Grab akan resmi IPO pada tanggal 2 Desember ini. Apakah IPO-nya akan sukses?

Hal-hal Menarik yang Perlu Diperhatikan Menjelang IPO Grab

Pada masanya, desas desus mengenai debut Grab di Nasdaq diproyeksi akan berjalan lancar bagi investor. Di bulan April 2021, Grab mengumumkan rencananya untuk go public melalui merger SPAC dengan Altimeter Growth Corp dalam kesepakatan yang bernilai hampir $40 miliar.

Bagi yang mengikuti perkembangan isu IPO Grab yang akan datang — bahkan mungkin siap untuk membeli saham saat pasar dibuka. Ada beberapa hal yang perlu dipahami terkait situasi perusahaan saat ini.

Meskipun Grab memulai bisnis sebagai aplikasi transportasi online pada tahun 2012, perusahaan telah berkembang menjadi super-app yang bonafide, serta memiliki berbagai diversifikasi penawaran di dalam aplikasi untuk menargetkan sektor ekonomi digital yang tengah berkembang, seperti logistik, pengiriman makanan, dan layanan keuangan.

Inisiatif ini sepertinya berhasil, melihat model super-app yang terbukti solid. Coba bayangkan, seorang pekerja independen (gig worker) hanya membutuhkan modal tubuh yang lengkap serta moda transportasi untuk menjalankan tugas dan mendapatkan penghasilan.

Pengemudi ojek Grab di Indonesia, misalnya, bisa mengantar orang (ride-hailing), mengantarkan makanan (GrabFood), mengantarkan sembako (GrabMart), mengambil titipan dari pengguna aplikasi (GrabJastip), bahkan membantu pelanggan melakukan top-up (GrabKios), semua dalam satu hari.

Ketika pengemudi lebih produktif, unit ekonomi dalam platform akan jadi lebih baik. Sebanyak 59 persen armada pengemudi roda dua Grab melayani pengantaran penumpang dan pengiriman di seluruh Asia Tenggara.

Waktu kerja yang optimal serta kesempatan untuk memperoleh penghasilan yang lebih tinggi menjadi keuntungan tersendiri bagi para pengemudi, maka dari itu, akan lebih mudah untuk mempertahankan mereka dalam jaringan Grab.

Status sebagai super-app

Lain halnya di belahan bumi bagian Barat, model super-app berjalan relatif lancar di Asia Tenggara. Para pengguna di kawasan ini sebagian besar sudah terpapar digital, dan kebanyakan dari mereka menggunakan ponsel Android dengan kapasitas rendah, bukan iPhone. Oleh karena itu, penting bagi mereka untuk memiliki satu aplikasi yang bisa melakukan semuanya daripada banyak aplikasi dengan manfaat masing-masing.

Hal ini juga terjadi di China, meskipun hanya memiliki satu perbedaan fungsi mendasar, menunjukkan kekurangan sistem pengiriman pesan dalam super-app di Asia Tenggara. Penggunaan WhatsApp milik Facebook di Indonesia sudah terlalu kuat, dibandingkan dengan WeChat sebagai super-app di China.

Mungkin ada alasan lain mengapa satu super-app bisa cocok dengan pasar yang terfragmentasi ini, salah satunya adalah industri teknologi yang masih relatif dini. Bukanlah perkara mudah untuk memperbaiki dan menyempurnakan satu layanan, apalagi enam atau tujuh.

Perusahaan dengan keunggulan pasar di satu vertikal (misalnya, ride-hailing) dapat kembali berinvestasi dengan pendapatan mereka untuk menembus vertikal lain (pengiriman makanan dan pembayaran digital) serta membuka skala ekonomi bergulir.

Menariknya, hal itu membuat pengguna jauh lebih nyaman. Dengan menautkan akun kartu kredit ke Grab atau aplikasi dompet digital untuk membayar perjalanan pulang, detail secara otomatis akan terisi ketika Anda ingin memesan makan malam.

Selain itu, Anda juga dapat menggunakan dompet digital yang sudah ada, tidak perlu lagi membawa dompet fisik kemana pun. Dengan integrasi yang sukses seperti ini, pengalaman bagi konsumen yang paham digital (bukan sebuah masalah di Asia Tenggara) akan nyaris sempurna.

Meski masih merugi, Grab memiliki rekam jejak yang kuat dalam hal eksekusi. Seperti pada saat pertama kali masuk ke Indonesia di tahun 2014 sebagai underdog, perusahaan tertinggal jauh dengan rival lokalnya, Gojek, yang sudah unggul empat tahun. Nyatanya, saat ini Grab berhasil memimpin pasar perjalanan dan pengiriman makanan di negara ini. Aplikasi ini telah menyumbang $5,45 miliar untuk ekonomi lokal pada tahun 2019.

Fakta bahwa banyak konglomerat terkemuka di Indonesia memilih untuk berinvestasi di Grab merupakan bukti pengakuan mereka atas kemampuan Grab dalam navigasi lingkungan yang kompleks dengan kinerja yang lebih baik daripada pesaing.

Jejak regional startup ini menjadi pembeda utama di kawasan yang saling terhubung namun terfragmentasi seperti Asia Tenggara. Grab adalah satu-satunya pemain yang berhasil mengoperasikan model super-app sejati di berbagai pasar.

Hal ini menjadi penting. Model super-app Grab telah menunjukkan ketahanannya. Layanan ini tidak bergantung pada pasar tunggal atau vertikal mana pun, yang terbukti penting untuk melindungi perusahaan kendati periode krisis seperti pandemi. Hal ini mengantar perusahaan pada posisi yang solid untuk menjaring peluang pertumbuhan di seluruh wilayah.

Menurut laporan e-Conomy SEA 2021, pasar inti di Asia Tenggara diperkirakan akan mengalami pertumbuhan dua digit terhitung saat ini hingga 2025, dipimpin oleh Filipina dan Vietnam. Dengan sejarah keberhasilan lokalisasi Grab yang sudah terbukti, perusahaan juga diharapkan bisa memenangkan pasar Filipina dan Vietnam.

Kompleksitas Asia Tenggara juga menyebar ke dalam politik dan lingkungan bisnis yang lebih luas. Grab juga menunjukkan kemampuannya dalam menanggulangi hal ini dengan menjalin kemitraan yang kuat dengan pihak regulator, seperti Grab Tech Center di Jakarta.

Semua ini merupakan sinyal yang jelas dari Grab dengan kapasitasnya untuk memenangkan hati regulator dan memupuk hubungan kerja yang kuat dengan negara, sesuatu yang esensial di kawasan dengan politik beragam seperti Asia Tenggara.

Tidak ada bumbu rahasia untuk hidangan ini, jika Anda penasaran. Grab menggunakan formula sederhana dengan mencoba hadir di mana pun dan kapan pun untuk membantu pemerintah menyelesaikan masalah. Misalnya, perusahaan membantu mendirikan pusat vaksinasi di 54 kota di seluruh Indonesia, bahkan meluncurkan layanan vaksinasi drive-through untuk memberikan 5.000 suntikan per minggu.

Intisari dari setiap kisah sukses startup adalah kepemimpinan. Dari interaksi saya dengan anggota pendiri Grab, saya bisa mengatakan bahwa Anthony Tan memegang teguh keyakinannya dalam membangun tim lokal yang kuat dan intens. Para pemimpin Grab memiliki semangat yang nyata dan tulus untuk melayani komunitas tempat mereka berada.

Grab memiliki fundamental yang solid. Dengan misi penting, c-level yang mumpuni, dan rekam jejak yang terbukti, perusahaan siap untuk berkembang, terlebih dengan target pasar yang didominasi populasi muda dan kelas menengah yang masih bertumbuh.

Menjelang rencana Grab yang diperkirakan akan terdaftar pada 2 Desember, dengan kemungkinan menjadi perusahaan terbesar dari Asia Tenggara yang terdaftar di bursa AS hingga saat ini, semua mata akan tertuju pada kawasan ini. Di antara padatnya daftar perusahaan Asia Tenggara yang merencanakan IPO – ini akan menjadi kabar baik.

Di Indonesia, debut pasar Grab tidak diragukan lagi akan mendorong kepercayaan unicorn lokal dalam pemetaan rencana IPO mereka. Saya percaya era baru investasi teknologi akhirnya tiba, ketika raksasa lokal bersiap untuk go public di Bursa Efek Indonesia.

Teruntuk investor global yang ingin masuk pada tahap pra-IPO Grab, bentuk aliansi dengan perusahaan modal ventura lokal yang kuat, idealnya yang memiliki porsi di sektor publik dan swasta.


Disclosure: Artikel ini ditulis oleh CEO BRI Ventures Nicko Widjaja dan pertama kali dirilis oleh e27. Dirilis ulang dalam bahasa Indonesia sebagai bagian kerja sama dengan DailySocial