Aplikasi Mimin

Mimin Hadirkan Aplikasi Manajemen Pesanan, Fokus Menyasar Penjual Segmen Informal

Ketika pandemi mulai melanda di bulan Maret 2020, banyak bisnis yang geliatnya mulai menurun. Namun di masa awal itu, ada banyak juga yang mengambil kesempatan untuk mulai berjualan online lewat media sosial dengan sistem yang lebih informal, alih-alih bergabung di marketplace yang menggunakan sistem lebih formal.

Salah satunya adalah istri dari Joseph Simbar, yang memulai bisnis baru di bantu oleh suaminya sebagai admin. Selama kurang lebih satu tahun membantu mengelola proses pemesanan bisnis istrinya, Joseph menemukan tantangan yang ternyata juga dialami seorang teman bernama Bayu. Hal tersebut adalah proses yang masih manual sehingga ketika volume pesanan meningkat rentan terjadi kesalahan atau miss dalam pengelolaan pesanan.

Berangkat dari isu ini, Joseph dan Bayu pun memutuskan untuk mengembangkan solusi admin pintar yang disebut “Mimin” untuk bisa membantu para seller yang bergerak di segmen informal atau di luar platform marketplace. Menurut Joseph sendiri, peluang di segmen ini masih besar, karena ada banyak penjual yang masih nyaman menggunakan pendekatan conversational untuk menjamah konsumen.

Joseph turut menambahkan, hampir setengah transaksi e-commerce di Indonesia terjadi melalui chat. Riset yang dilakukan Facebook dan Boston Consulting Group pada 1112 responden yang tersebar di Indonesia, menunjukkan 91% masyarakat Indonesia yang disurvei berminat belanja online atau meningkatkan transaksi belanjanya setelah melakukan chat atau percakapan dagang lewat WhatsApp Business atau situs webnya sendiri.

Alasannya, menurut Joseph ada dua hal. Pertama, masalah kepercayaan. Orang Indonesia memiliki preferensi untuk melakukan interaksi terlebih dulu sebelum menentukan reliabilitas. Selain itu, salah satu kebiasaan yang ia temukan di masyarakat adalah ketika sudah berinteraksi di satu platform, enggan untuk berpindah ke platform lain. Sementara dari sisi seller, mungkin selama di marketplace trafik mereka terjaga, namun di sisi lain kompetisi harga sangat ketat.

Mimin sendiri memosisikan diri sebagai aplikasi manajemen pesanan yang fokus menargetkan UMKM, khususnya di segmen informal. Mereka adalah orang yang memiliki bisnis online namun tidak hadir di marketplace seperti Tokopedia, Shopee, Gojek, dan lainnya; serta membutuhkan layanan admin pintar atau smart admin.

Ekosistem Mimin saat ini mencakup proses pengolahan data, manajemen inventaris, pemesanan, pembayaran, dan pelaporan menggunakan kecerdasan buatan (AI) dan otomatisasi, semuanya dalam satu aplikasi. Proses pengolahan data Mimin dapat memproses pesan-pesan dari pembeli menjadi data-data yang relevan untuk digunakan di ekosistem Mimin.

Untuk menggunakan aplikasi ini, para penjual hanya perlu menyalin pesan order via chat lalu teknologi AI Mimin akan secara otomatis membaca dan mengelola pesanan. Lalu penjual akan menerima pembayaran online langsung dan bisa memeriksa harga ongkos kirim serta pesan pengiriman. Selain itu, pengguna juga bisa mendapatkan laporan dan analitik bisnis yang dijalankan.

Untuk proses pengiriman, Mimin juga sudah menyediakan menu pick-up dan delivery dalam aplikasinya. Saat ini sudah bekerja sama dengan sekitar 20 perusahaan logistik, termasuk Gojek, Grab, dan Ninja Xpress. Untuk pembayaran, layanan ini sudah bermitra dengan Xendit, dan masih akan memperluas opsi pembayaran elektronik selain OVO.

Terkait monetisasi, saat ini Mimin tidak menerapkan biaya apa pun alias gratis untuk para UMKM yang ingin mencoba aplikasinya. Namun, di bulan Maret lalu, perusahaan baru saja meluncurkan Mimin Pro yang diperuntukkan untuk usaha menengah yang bisnisnya sudah lebih stabil dengan jumlah pesanan yang lebih banyak. Untuk layanan ini, Mimin menerapkan fee per transaksi yang terjadi dalam aplikasi.

Kolaborasi dengan Bank BJB

Sebagai bagian dari strategi penguatan ekosistem yang fokus menjangkau UMKM di segmen informal, Mimin telah menjalin kerja sama dengan Bank BJB, bank BUMD milik Provinsi Jawa Barat dan Banten. Kerja sama ini memungkinkan pengguna Mimin untuk menerima pembayaran melalui DigiCash, uang elektronik milik Bank BJB, pada aplikasi. Selain itu juga berbagai keuntungan lain yang ditawarkan dalam ekosistem pembayaran melalui BJB seperti penarikan dana real-time.

Joseph juga mengungkapkan bahwa alasan dibalik kerja sama dengan bank BJB, selain sebagai bank regional terbesar, adalah karena fokus nasabahnya yang juga di UMKM. “Secara misi dan target pasar kita sudah sejalan. Selain memungkinkan pengguna menggunakan DigiCash sebagai opsi pembayaran, kerja sama ini juga memungkinkan Mimin untuk menjangkau para nasabah yang membutuhkan solusi smart admin.”

Ia juga mengungkapkan bahwa perusahaan tengah mendekati beberapa bank regional lainnya untuk bisa mereplikasi konsep kerja sama strategis ini. Secara sederhana, perusahaan bisa menawarkan proposisi nilai untuk membantu nasabah sekaligus mengembangkan bisnis mereka. Ia sendiri melihat peluang di sektor ini masih sangat besar, bahwa ada beberapa hal yang memang tidak bisa sepenuhnya bergerak secara daring.

Dari sisi pendanaan, Joseph mengaku bahwa saat ini sudah didukung oleh angel investor. Perusahaan juga sedang dalam proses fundraising. “Harapannya, bisa selesai di akhir tahun ini,” ujarnya.

Mulai beroperasi di bulan September 2021, layanan ini kini sudah tersedia di 124 kota dengan jumlah pengguna yang terdaftar mencapai 30 ribu UMKM. “Target kita saat ini adalah untuk menambah pengguna hingga 100-150 ribu hingga akhir tahun ini. Kita cukup optimis mengingat dalam waktu 6 bulan bisa menggaet 30 ribu pengguna,” tutupnya.

Application Information Will Show Up Here