CEO DROP Ridhwan Basamalah / DROP

Strategi D-Laundry Gairahkan Bisnis On-Demand

Bisnis laundry merupakan industri yang sudah lama diperhitungkan di Indonesia karena potensi bisnisnya menjanjikan, banyak dicari oleh berbagai lapisan masyarakat. Persebarannya juga tidak melulu di area perumahan saja tapi juga indekos yang memiliki populasi mahasiswa.

Namun pada 2016, sebelum D-Laundry hadir, industri ini sepenuhnya masih berjalan secara konvensional. D-Laundry yang merupakan produk dari PT Drop Global Tech (DROP) ini berusaha mendigitalkan bisnis laundry dengan pendekatan on-demand.

Dari perjalanannya hingga kini, tentu tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Dalam sesi #SelasaStartup kali ini mengundang CEO DROP Ridhwan Basamalah sebagai pembicara. Ia banyak memberikan pandangannya tentang bisnis laundry on-demand, prospek, dan tantangannya terutama selama pandemi ini.

Industri on-demand dulu dan sekarang

Ridhwan menuturkan, dibandingkan saat D-Laundry baru dirintis dengan sekarang, kondisi saat ini jauh lebih kondusif. Saat itu, perkembangan ekonomi digital baru didorong oleh kehadiran pemain e-commerce, ditandai hadirnya Lazada, Tokopedia, dan Bukalapak, juga bisnis on-demand seperti Gojek, Grab, hingga Uber.

“Mereka mulai bertumbuh-tumbuhnya. Di satu sisi, perkembangan tersebut mempermudah startup lainnya untuk ikut tumbuh. On-demand itu sendiri industrinya mana kepikiran naik ojek bisa pesan pakai app. Ini bentuk kemajuan teknologi yang merupakan suatu keniscayaan,”

Dia melanjutkan, “Bertepatan dengan itu DROP lahir di Depok karena kami lihat di sana banyak mahasiswa dan jasa laundry belum tersentuh. Industri laundry ini besar tapi belum ada yang jadikan sebagai business on-demand.”

Sebagai bisnis konvensional, tentunya memperkenalkan konsep on-demand kepada para pengusaha laundry bukanlah hal mudah. Maka dari itu, langkah awal yang mereka lakukan adalah menyasar pengusaha laundry yang sudah memiliki jasa kurir. Lalu mengedukasi mereka dengan konsep on-demand yang mana permudah mereka mendapat order secara online.

“Konsepnya on-demand mau bisnis mana pun sama, setiap ada demand, di mana pun lokasinya akan diantar. Bedanya dengan kompetitor, kami buat app untuk konsumer untuk order, apa saja yang mau dicuci dan pilih rekanan laundry yang sesuai preferensi dan lokasi terdekat. Nanti kurir laundry yang dipilih akan dijemput ke titik penjemputan.”

Persebaran jasa laundry di Indonesia itu sendiri ada di kota lapis dua dan tiga, bukan di kota utama. Ridhwan bilang, industri ini unik karena jasa laundry punya segmentasi masing-masing, di kota yang punya banyak universitas pasti menjadi lahan empuk untuk para pengusaha karena di sana dihuni oleh mahasiswa yang hidup di indekos. “Kalau dilihat juga, pemain laundry konvensional terbesar di Indonesia yang sudah punya ratusan cabang itu, justru pertama kali hadirnya di Yogya.”

Kembangkan bisnis

Ridhwan melanjutkan, sejak 2016 beroperasi hingga akhirnya D-Laundry dapat pendanaan tahap awal di 2021, perusahaan sepenuhnya berjalan dengan dana sendiri (bootstrap). Satu tips yang paling penting dilakukan sejak awal adalah selalu memvalidasi bisnis apakah berjalan atau tidak.

Cara terdekat untuk melihatnya adalah apa yang masih menjadi masalah di lapangan. Di balik masalah ada kesempatan yang bisa digarap dan lebih mudah untuk penetrasi ke pasar. “Jadi masuk ke market-nya tidak susah karena solusi yang ditawarkan bisa menyelesaikan masalah.”

Berbekal dengan strategi di atas, lamban-laun D-Laundry berinovasi dari awalnya platform yang menghubungkan konsumen dengan penyedia jasa laundry terdekat. Lalu mulai fokus ke masalah di merchant dengan menyediakan aplikasi khusus dilengkapi dengan fitur manajemen laundry, di antaranya kasir POS, manajemen produksi, pencatatan keuangan, akuntansi, manajemen pegawai, insights, pembayaran digital, hingga nota digital.

Berbeda dengan POS untuk industri F&B kebanyakan, di bisnis laundry punya keunikan. Misalnya, tempo pembayaran yang bisa di awal layanan dan juga di akhir, menyesuaikan keinginan pelanggan untuk pencatatan dan pembukuan. “Ini tantangan kami saat develop fitur pencatatan. Sekarang semua mitra kami bisa pakai fitur POS di aplikasi merchant.”

Saat pandemi, perusahaan memutuskan untuk membuat pusat inovasi dan pengembangan (R&D) berbentuk usaha laundry yang dikembangkan sendiri. Namanya, Swash Clean yang berlokasi di Tebet, Jakarta. Inisiasi awalnya adalah pihaknya ingin mengetahui lebih mendalam bisnis laundry dengan langsung terjun langsung ke bisnisnya dan mengembangkan solusi yang tepat guna agar dapat disebarluaskan.

Namun langkah tersebut membuat munculnya para pengusaha baru yang tertarik untuk terjun tapi belum ada keahlian. D-Laundry perluas solusi sebagai konsultan, memberikan rekomendasi terbaik, termasuk install peralatan hingga pelatihan. “Kemudian di 2022 ini kondisi ekonomi berangsur pulih, yang awalnya hanya konsultan sekarang jual all-in, kita tawarkan paket laundry Swash Clean dengan model franchise untuk dorong orang mau jadi laundry-preneur.”

Tak berhenti di situ perusahaan berencana untuk mengembangkan teknologi IoT ke dalam sistem mereka, mengingat saat ini sudah banyak peralatan rumah tangga yang dapat terhubung dengan jaringan internet. Baru mulai tahun ini perusahaan mulai ekspansi ke area non-Jabodetabek.

Application Information Will Show Up Here