Founder & CEO Powerbrain Irvan Farasatha

Fokus Powerbrain Dapatkan “Green Fund” dan Populerkan Teknologi Efisiensi Energi

Salah satu fakta yang masih terjadi di lapangan saat ini adalah masih kurangnya pemahaman dan cara yang lebih efektif untuk bisa menghemat energi. Dalam hal ini sebagai platform yang fokus kepada efisiensi energi, Powerbrain mencoba memberikan solusi untuk mampu memangkas biaya listrik menjadi lebih rendah, khususnya pada bangunan skala besar.

Kepada DailySocial.id, Founder & CEO Powerbrain Irvan Farasatha mengungkapkan, jika awalnya mereka menargetkan gedung dengan skala yang beragam, kini fokusnya lebih banyak ke gedung besar seperti mal, perkantoran, hingga pabrik. Hal ini tidak terlepas dari revenue yang didapatkan dalam satu proyek jika mampu mengelola efisiensi energi.

Meskipun masih sulit untuk mempromosikan layanan dan teknologi mereka kepada target pengguna, namun tim di Powerbrain yakin, dengan konsep yang mereka tawarkan, bisa menarik perhatian lebih banyak pemiliki gedung hingga pabrik untuk bisa menerapkan SOP khusus untuk penghematan energi.

“Sebenernya dari pasar masih skeptik respons yang kami terima, terutama yang menjadi hambatan adalah harga listrik di Indonesia termasuk murah dibandingkan negara seperti Singapura. Dengan alasan itulah Powerbrain kemudian menyasar kepada bangunan besar, dan kita lihat sistem untuk cooling saat ini tidak terlalu sophisticated menjadi peluang bagi kita,” kata Irvan.

Potensi sektor energi di Indonesia

Meskipun saat ini di Indonesia belum terlalu banyak digaungkan penerapan renewable energy dan energy efficiency, namun jika dilihat dari tren yang sudah terjadi di negara lain, ke depannya akan semakin banyak inisiatif dari kalangan startup hingga pihak terkait lainnya untuk kemudian memberikan kontribusi kepada sektor energi.

Saat ini sedikitnya sudah ada beberapa platform yang fokus kepada renewable energy. Di antaranya adalah SolarKita, Xurya, Warung Energi, Weston Energy, Forbetric, Erenesia, Khaira Energy, dan Syailendra Power. Sebagian besar menggarap potensi tenaga surya.

“Kami sebagai platform yang fokus kepada efisiensi energi melihat, meskipun pemain masih sedikit tapi internal rate of return (IRR) jauh lebih besar dalam kasus energi akan sedikit rendah IRR. Untuk renewable energy menjadi menarik karena jadi bisa cepat balik modal untuk investor. Itulah kenapa dalam waktu dua tahun terakhir makin banyak platform yang fokus kepada sektor ini,” kata Irvan.

Disinggung apakah produk dan layanan dari Powerbrain dan pemain serupa lainnya dapat mengganggu PLN sebagai perusahaan milik pemerintah yang menyediakan energi kepada seluruh lapisan masyarakat, menurut Irvan meskipun bersinggungan, namun apa yang mereka tawarkan tidak mengganggu bisnis dari PLN. Meskipun saat ini belum ada regulasi khusus untuk energy efficiency, namun kabarnya mereka telah mendapat dukungan dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

“Di Powerbrain kita lebih bermain di energy efficiency bukan di renewable energy. Solar panel salah satu yang kita kerjakan, tapi kebanyakan untuk efisiensi di bangunan. Misalnya efisiensi AC, heat pump, pemanas air, dan lainnya. Jadi tidak bersinggungan dengan PLN secara langsung,” kata Irvan.

Tercatat saat ini Powerbrain mampu memangkas pengeluaran di mal, pabrik dan lainnya hingga 20-30%. Selain memberikan konsultasi, Powerbrain juga membuat desain hingga melakukan konstruksi kepada pemilik gedung dan bangunan lainnya.

“Di awal kita menargetkan kepada bangunan small to medium, namun karena kebanyakan di gedung tersebut tidak ada orang yang bertanggung jawab untuk melakukan pemeliharaan, proses edukasi kemudian menjadi lama, di sisi lain pengeluaran juga kecil. Sekarang kita fokus kepada bangunan yang lebih besar sebulan satu proyek, namun bisa mendapatkan growth yang signifikan,” kata Irvan.

Powerbrain menawarkan solusi smart energy management melalui perangkat IoT (termasuk sensor), automation software untuk memaksimalkan utilisasi energi dan menghemat biaya opex, serta aplikasi berbasis web dan mobile untuk memantau dan melacak konsumsi listrik.

Pendanaan “green fund”

Didirikan pada tahun 2020, inisiatif ini berawal dari kecemasan akan isu pemanasan global. Dengan menggabungkan teknologi dan solusi finansial melalui Smart Energy Management, Powerbrain fokus menjangkau bisnis efisiensi energy untuk menjawab kebutuhan manajemen energi pada suatu bangunan di Indonesia yang belum terpenuhi.

Karena besarnya biaya yang dibutuhkan untuk bisa melakukan satu proyek, fokus dari Powerbrain saat ini adalah bagaimana mereka bisa mendapatkan mitra yang bisa menghubungkan mereka kepada pendanaan Green Fund. Menurut Irvan akan menjadi ideal jika mereka terlibat dalam pendanaan tersebut, meskipun investasi dari investor seperti venture capital juga masih menjadi peluang terbaik.

“Saat ini di Indonesia sudah ada beberapa lembaga yang menawarkan pendanaan konsep tersebut, namun belum banyak di antara mereka yang bersedia memberikan pendanaan dalam jumlah besar. Mereka juga kebanyakan belum terlalu matang dalam hal pemahaman, dibandingkan dengan lembaga di luar negeri,” kata Irvan.

Karena masih belum banyak investor yang melirik sektor renewable energy dan energy efficiency seperti Powerbrain, sebagai entitas menjadi lebih ideal jika ke depannya bisa mendapatkan pendanaan dari lembaga atau impact fund hingga green fund dari luar negeri.

Bulan Juni tahun ini Powerbrain telah mengantongi pendanaan tahap awal dari Achmad Zaky Foundation (AZF). Tidak disebutkan berapa nilai pendanaan yang disalurkan, namun ini merupakan langkah awal organisasi non-profit yang didirikan Co-Founder Bukalapak Achmad Zaky untuk berinvestasi di sektor impact.

Ke depannya menurut Irvan akan semakin banyak startup yang bermain di sektor ini. Bukan hanya di renewable energy, namun juga layanan dan produk lainnya seperti penyediaan baterai untuk skala kecil hingga besar. Di sisi lain electric vehicle (EV) juga akan makin banyak dilirik oleh pengembangan teknologi lokal hingga asing. Dan sebagai perusahaan, Powerbrain pun tertarik untuk menghadirkan charging station untuk motor listrik.

“Ke depannya kita mempersiapkan bukan hanya energi efisiensi tapi energi transisi, menggabungkan software ke arah energi dari segi automation. Saat ini fokus kita energi efisiensi, ke depannya electric vehicle tapi lebih ke charging station. namun masih dalam tahapan perencanaan,” kata Irvan.

About Yenny Yusra

Curiosity has always been a part of my life. With my love for technology with all digital entrepreneur aspects and related ecosystems, I hope to be able to provide relevant and insightful information for tech enthusiasts out there.