Walau masih berada dalam kondisi yang tak semenarik seperti dahulu, industri musik Indonesia rupanya masih terus digaungkan, tak terkecuali dari ranah digital. Misalnya saja dari beberapa pelaku startup lokal seperti WolvCast, Indieologi, Vocalita, hingga Musikator yang punya semangat dalam pergerakan musik independen lokal, situs 5Beat ternyata juga mengusung semangat serupa ingin menggairahkan kembali industri yang tengah “mati suri” ini lewat platform digital.
Saya rasa semua setuju bahwa saat ini semua pendengar musik lokal yang berada di rentang usia 15-30 tahun telah sangat akrab dengan segala hal yang berkaitan dengan online. Atas dasar itu, maka tak aneh jika konsumsi konten musik juga telah mulai beralih ke ranah ini dan kesempatan untuk mengembangkan situs platform musik sangat terbuka lebar. Seperti halnya dengan 5Beat yang mengklaim bahwa layanannya adalah “Your Indonesian Music Source”.
Tak muluk-muluk, dengan tagline yang sedemikian rupa itu, sepertinya 5Beat memang ingin menjadi platform pusatnya musik Indonesia dengan harapan bisa menjadi platform referensi lengkap bagi pecinta musik Indonesia. Namun apakah benar 5Beat bisa memiliki peluang tersebut? Saya mencoba menelisik satu per satu fitur dan fungsi yang tersedia, dan hasilnya, saya pribadi melihat 5Beat masih cukup jauh dari harapan tersebut.
Secara keseluruhan, 5Beat mengandalkan empat konten interaktif seperti streaming video musik, galeri foto, streaming musik, dan juga agregasi konten akun Instagram artist. Dengan tak perlu mendaftar ini itu, pengunjung situs bisa mengakses empat konten tersebut dengan mudah. Sejauh saya meninjaunya, seluruh konten yang disajikan tak terkait dengan kepentingan bisnis seperti yang dilakukan oleh platform musik streaming, seperti misalnya kewajiban royalti dan jalinan kerja sama dengan pihak-pihak seperti label atau publisher serupa.
Agar tak “terbentur” dengan kepentingan tersebut, seluruh konten 5Beat bersifat user generated content, di mana secara leluasa seluruh isi konten bisa diatur dan diisi oleh pengguna. Untuk menjaga kualitas, setiap konten yang diunggah ke dalamnya akan dikurasi oleh 5Beat sebelum akhirnya bisa di-publish. Dalam fitur streaming musiknya, 5Beat mengandalkan platform API SoundCloud yang juga memiliki sifat konten yang sama, begitu pula dengan konten video musik yang disajikan juga diambil dari platform YouTube.
Jika begini lalu di mana letak menarik 5Beat? Bagi pendengar musik secara umum, saat ini rasanya sudah sangat cukup dengan kehadiran platform streaming musik macam Deezer, Guvera, Rdio, dan sebagainya yang memberi opsi alternatif mendengarkan alunan ribuan lagu dari berbagai artist di seluruh dunia secara online. Sementara itu, untuk menyaksikan video musik dari artist favoritnya, platform YouTube sendiri sudah sangat sempurna dan lengkap hingga akhirnya kini menjadi platform andalan untuk mencari musik-musik baru.
Bisa dikatakan, sejauh ini 5Beat seperti hanya mengulang dan mengemas kembali apa yang sudah ada di benak pengguna untuk mengonsumsi musik di ranah online, dan tentu saja hal itu mungkin kurang bisa menjadi daya tarik bagi 5Beat. Sangat disayangkan sebenarnya, padahal konsep 5Beat sendiri – seperti yang dituangkan di halaman blog-nya, sempat disiapkan sebagai portal e-commerce musik Indonesia. Konsep ini rencananya bakal mengusung penjualan merchandise dan item promosi lain dari para artist lokal sebagai wujud dukungannya terhadap industri musik Indonesia. Item yang akan dijual seperti aksesoris fashion, poster, CD, hingga tiket konser.
Entah mungkin apakah masih dalam pengembangan lebih lanjut atau tidak, jika 5Beat terus mengusung kemasan seperti sekarang ini, maka kemungkinan 5Beat untuk bisa melaju lebih jauh akan sangat minim. Masih banyak sebenarnya kesempatan berinovasi yang bisa dilakukan oleh 5Beat untuk menjadi produk digital yang fokus terhadap konten musik.
[ilustrasi foto: Shutterstock]