Tips Mengakselerasi Bisnis UMKM di Era Digitalisasi

Dalam upaya mengakselerasi bisnis UMKM di Indonesia, penting untuk mengetahui kondisi terkini dari UMKM guna menentukan strategi akselerasi yang tepat. UMKM menjadi tonggak penting bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia. Karenanya, akselerasi di era digital menjadi salah satu hal yang dapat diupayakan guna mendukung pertumbuhan UMKM.

Gambaran dan Peran UMKM di Indonesia

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah atau yang lebih dikenal dengan istilah UMKM merupakan sektor yang memainkan peran penting dan memberikan kontribusi besar bagi perekonomian Indonesia. UMKM memiliki ragam kategori, mulai dari mikro hingga medium dengan nominal modal maksimal 10 Milyar dan pendapatan maksimal 50 Milyar.

Berbeda dengan korporat, kategori UMKM ditentukan oleh ukuran bisnis dan aset yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Namun, kendati aset yang dimiliki tidak sebesar korporat, jumlah dan keberadaannya yang mendominasi di Indonesia mampu menjadikannya sebagai penyokong perekonomian negara.

Sumber: MSME Empowerment Report 2022 (halaman 4)

Jumlah UMKM di Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun ke tahun. Melalui laporan bertajuk MSME Empowerment Report 2022, data yang disajikan oleh BPS menunjukkan jumlah UMKM di Indonesia mencapai 65.460.000 pada tahun 2020 dan angka tersebut naik sekitar 8.000.000 dibanding 5 tahun sebelumnya.

Sumber: MSME Empowerment Report 2022 (halaman 5)

Tidak hanya meningkatkan PDB negara, UMKM juga menjadi sumber lapangan kerja bagi masyarakat Indonesia. Menurut Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, dengan jumlah UMKM yang disebutkan oleh data BPS diatas, UMKM tersebut telah mempekerjakan 114,7 juta orang atau sekitar 56% dari tenaga kerja dan memberikan kontribusi lebih dari 60% terhadap PDB negara (MSME Empowerment Report, 2022:5).

Sumber: MSME Empowerment Report 2022 (halaman 6-7)

Bisnis UMKM bisa dibentuk dan dijalankan oleh berbagai lapisan masyarakat di manapun mereka berada. Berdasarkan portal Satu Data dari Kementerian Koperasi dan UMKM, sebaran UMKM di Indonesia masih didominasi oleh pulau Jawa (61,48%) dengan Jawa Barat sebagai provinsi yang memiliki jumlah UMKM terbanyak di pulau Jawa. Sedangkan untuk jenis usaha, kategori retail menempati posisi teratas (54,33%) disusul dengan akomodasi dan penyedia makanan dan minuman (20,21%). Sementara itu dari kategori usia, generasi X mendominasi demografi UMKM (43,51%) diikuti dengan generasi milenial (37,71%) (MSME Empowerment Report, 2022:6-7).

Namun, sebagai bisnis mikro, UMKM kerap mengalami kendala terutama dalam hal keuangan dan sumber daya. Kendala tersebut kian bertambah dengan pesatnya digitalisasi dan adanya bencana pandemi Covid-19.

Pesatnya era digital memiliki dua dampak sisi bagi UMKM. Di satu sisi, kemunculan online marketplace di era digital akan menjadi peluang yang baik bagi UMKM untuk memperluas pasar, mendapat pelanggan baru, meningkatkan pendapatan serta nilai ekspor. Hal ini dikarenakan total nilai ekspor UMKM Indonesia masih cenderung rendah jika dibandingkan beberapa negara tetangga, seperti Singapura (41%) dan Thailand (29%). Data Kementerian Koperasi dan UMKM pada tahun 2019 menunjukkan total nilai ekspor UMKM Indonesia berada di angka 15,65% atau setara Rp 2.167 triliun (MSME Empowerment Report, 2022:6).

Namun, di sisi lain, UMKM yang tidak mampu beradaptasi dan mengimbangi pesatnya digitalisasi berpotensi tumbang dan gulung tikar. Terlebih, bencana pandemi juga menyebabkan turunnya jumlah permintaan yang akan berpengaruh pada rantai pasok dan pendapatan UMKM.  

Pandemi telah menimbulkan dampak signifikan terhadap UMKM. Namun, dampak yang dirasakan UMKM tidak merata di semua sektor dan wilayah. Misalnya, UMKM di wilayah perkotaan cenderung lebih tangguh daripada UMKM di wilayah pedesaan. Hal tersebut dikarenakan UMKM di wilayah perkotaan memiliki tingkat digitalisasi yang lebih tinggi sehingga lebih mampu untuk bertahan di tengah turbulensi bisnis selama pandemi. Dalam MSME Report 2022, survei yang dilakukan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada tahun 2020 menunjukkan 94,69% UMKM di Indonesia mengalami dampak penjualan yang negatif akibat pandemi (MSME Empowerment Report, 2022:13). Pertumbuhan UMKM yang sebelumnya stabil menjadi goyah dan menurun akibat pandemi.

Digitalisasi UMKM di Indonesia

Pesatnya digitalisasi membuat pelaku bisnis UMKM harus mampu beradaptasi terhadap perubahan. Namun, tidak semua pelaku bisnis memiliki kemampuan dan kecakapan dalam akselerasi digital.

Akselerasi digital dalam dunia bisnis, khususnya UMKM di Indonesia, masih terhitung cukup jauh dari target yang sudah ditetapkan. Dalam Forum Ekonomi Digital KOMINFO IV, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Teten Masduki menyebutkan bahwa per 4 April 2022 sebanyak 17,59 juta UMKM sudah memasuki platform digital. Angka tersebut merupakan 27% dari total UMKM di Indonesia dan 58% dari 30 juta UMKM yang ditargetkan memasuki ekosistem digital pada tahun 2023. Hal itu menunjukkan setidaknya masih ada 12 juta UMKM yang ditargetkan untuk memasuki ekosistem digital tahun ini.

Proses digitalisasi UMKM dihadapkan dengan berbagai kendala, salah satunya adalah akses internet dan layanan infrastruktur yang belum merata di setiap daerah di Indonesia. Beberapa daerah terpencil di Indonesia bahkan belum terjamah akses internet. Karenanya, peran pemerintah/lembaga/para pemangku kepentingan lainnya dibutuhkan untuk mendukung pemerataan akselerasi digital UMKM.

Pemerintah mengambil peran untuk mendorong digitalisasi UMKM melalui berbagai program, mulai dari memperluas jaringan internet ke wilayah terpencil, program pelatihan digitalisasi UMKM, program pembiayaan UMKM yang merupakan hasil kerjasama dengan perbankan, perbaikan infrastruktur, hingga penyederhanaan regulasi dan proses perizinan usaha bagi UMKM.

Tentunya, terlepas dari upaya yang dilakukan, masih banyak tantangan yang harus dihadapi seperti kebutuhan literasi digital bagi UMKM dan sulitnya sumber akses pembiayaan UMKM. Namun, dengan adanya upaya tersebut diharapkan mampu merangkul lebih banyak UMKM untuk mengadopsi teknologi digital dalam upaya pengembangan bisnisnya.

Adopsi teknologi juga menjadi salah satu cara UMKM mampu bertahan melewati kondisi pandemi yang tidak kondusif. Hal tersebut menjadi bukti bahwa digitalisasi UMKM adalah salah satu opsi yang dapat dipilih untuk membantu memperkuat bisnis UMKM. Pembatasan mobilitas selama pandemi yang menurunkan penjualan konvensional membuat UMKM memanfaatkan teknologi untuk beralih ke penjualan online sehingga UMKM bisa bertahan.

Digitalisasi UMKM telah berlangsung sejak lama bahkan sebelum pandemi Covid-19, namun tidak bisa dipungkiri bahwa tekanan kondisi pandemi Covid-19 juga turut memperluas digitalisasi di kalangan UMKM.

Digitalisasi menjadi opsi bagi UMKM untuk memperluas pasar. Dengan memanfaatkan platform digital, pelaku bisnis UMKM bisa memasarkan produknya tidak terbatas di daerah tertentu saja. Penguatan bisnis UMKM bisa terus ditingkatkan melalui digitalisasi agar UMKM mampu menguasai pasar nasional.

Digitalisasi penting untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas UMKM. Melalui pemanfaatan digital, bisnis UMKM dapat menyederhanakan proses, sumber daya, dan waktu untuk mengerjakan tugas-tugas yang sebelumnya dilakukan secara konvensional. Hal itu juga turut memengaruhi pengeluaran anggaran agar dapat dialokasikan untuk hal lain yang lebih efektif demi kemajuan bisnis. Mereka juga bisa memperluas jangkauan pasar dan mendapat pelanggan baru.

  MSME Empowerment Report 2022 (halaman 20-21)

Sumber: MSME Empowerment Report 2022 (halaman 20-21)

DailySocial melakukan survei terkait tren digitalisasi terhadap 1.500 pemilik bisnis UMKM dari berbagai daerah di Indonesia. Hasilnya menunjukkan bahwa kendala terbesar yang dihadapi UMKM adalah pemasaran produk (70,2%) diikuti dengan kendala modal (51,2%). Kendala lain muncul akibat pandemi dimana 38,4% pelaku UMKM merasakan turunnya nilai transaksi hingga 25%. Hanya 10,5% bisnis yang tetap stabil atau tidak terpengaruh (MSME Empowerment Report, 2022:20-21).

Tantangan lainnya dalam digitalisasi UMKM ditunjukkan oleh laporan dari International Finance Corporation. Laporan menyebutkan bahwa kendala utama dalam digitalisasi UMKM di negara berkembang adalah keuangan. Akses kredit yang sangat minim membuat UMKM kesulitan mengalokasikan dana untuk investasi teknologi digital dalam bisnisnya.

Tantangan lainnya adalah minimnya keterampilan digital dari para pelaku bisnis UMKM, terlebih bisnis UMKM biasanya hanya dijalankan dengan sumber daya terbatas yang mana tiap individu harus mengerjakan berbagai tugas sekaligus. Persebaran infrastruktur digital yang tidak merata dan keterbatasan anggaran untuk menjaga keamanan aset digital juga menjadi kendala dalam upaya digitalisasi UMKM.

Beberapa Tips Mengakselerasi Bisnis UMKM di Era Digitalisasi

Tren perkembangan teknologi yang pesat disertai adanya perubahan pola perilaku belanja konsumen akibat pandemi mendorong UMKM untuk mengadopsi teknologi menjadi bagian dalam pengembangan bisnisnya.

Pemerintah dan berbagai pemangku kepentingan lainnya pun terus berupaya untuk menggalakkan transformasi digital bagi pelaku UMKM yang belum merambah atau masih minim kemampuan digitalnya.

Pelaku UMKM yang sama sekali belum tersentuh digitalisasi tentu akan bingung harus memulai pemanfaatan teknologi digital dari mana. Karenanya, simak tips akselerasi bisnis UMKM di era digital berikut ini.

  • Literasi digital

Literasi pemasaran digital menjadi salah satu hal penting dalam upaya meningkatkan UMKM ke ekosistem digital. Pemerintah mengikutsertakan bidang pendidikan dalam upaya digitalisasi UMKM melalui program Bangga Buatan Indonesia. Melalui program ini, pemerintah bekerja sama dengan LinkAja untuk memberikan pendampingan dalam literasi pembayaran digital kepada pelaku usaha.

  • Manfaatkan e-Commerce 

Dalam program digitalisasi UMKM oleh bank Indonesia, akselerasi pengembangan UMKM digital di era digitalisasi dilakukan dengan cara memanfaatkan e-Commerce sebagai platform untuk memperkuat pemasaran produk ke pasar global dan e-Financing untuk memudahkan transaksi digital bagi UMKM.

Pandemi telah membawa perubahan pola perilaku belanja konsumen. Kini, kian banyak konsumen yang lebih memilih belanja melalui platform digital. Berdasarkan hasil survei yang disajikan dalam laporan bertajuk MSME Empowerment Report 2022, beberapa platform penjualan digital yang banyak diminati UMKM diantaranya Shopee (87,1%), Tokopedia (58,2%), TikTok Shop (44,8%), Bukalapak (37,8%), dan Blibli (22,6%). Meskipun TikTok terhitung sebagai pemain baru di Indonesia, namun platform tersebut memiliki pertumbuhan yang cepat. Terbukti dengan hasil survei tersebut yang menunjukkan TikTok sebagai salah satu platform yang paling banyak diminati UMKM. Survei tersebut juga menunjukkan 63,2% responden mengaku pernah menggunakan TikTok, dengan 22,4% lainnya memanfaatkan TikTok Shop sebagai sarana penjualan online.

  • Social Commerce

Selain e-Commerce, social commerce juga menjadi platform yang banyak digunakan masyarakat untuk berbelanja. Social Commerce merupakan kegiatan jual beli online yang dilakukan melalui media sosial. 

Menurut laporan dari We Are Social dan Hootsuite, jumlah pengguna media sosial per Oktober 2022 mencapai 4,74 miliar di seluruh dunia. Jumlah tersebut setara dengan 59,3% dari total keseluruhan populasi di dunia. Karenanya, media sosial bisa menjadi peluang pasar yang cukup besar bagi pelaku bisnis UMKM.

Selain adanya peningkatan jumlah pengguna media sosial, pemahaman akan penggunaan social commerce juga menjadi penting karena social commerce akan memudahkan pelaku bisnis untuk mengukur dan mengevaluasi perkembangan bisnis mereka. Social Commerce memiliki indikator pengukuran yang jelas melalui hasil laporan analitik seperti impressions, engagement, reach, dan laporan transaksi yang bisa diakses dengan mudah.

Survei yang dilakukan oleh Populix pada September 2022 menunjukkan TikTok Shop (46%) menjadi social commerce paling banyak diminati, disusul oleh WhatsApp (21%), Facebook Shop (10%), dan Instagram Shop (10%). Selain itu, survei menunjukkan TikTok Shop dan Instagram Shop akan menjadi dua platform yang paling banyak digunakan di masa mendatang.

  • Content Creator

Penggunaan content creator di berbagai media sosial banyak dilakukan oleh UMKM untuk berbagai tujuan, mulai dari membangun brand image, menyebarkan campaign, hingga menjangkau lebih banyak pelanggan dan meningkatkan penjualan. Setiap creator memiliki cara unik tersendiri dalam membungkus dan menyampaikan pesan kepada audiensnya, karenanya penting untuk memilih creator yang tepat sesuai tujuan dan kebutuhan bisnis. 

Selain itu, pelaku bisnis juga semakin merasakan adanya kemudahan untuk terhubung dengan creator salah satunya melalui TikTok Affiliate. TikTok Affiliate merupakan program yang dibuat TikTok untuk memudahkan para creator dan seller untuk saling terhubung melalui komisi dan kreativitas. Penjual bisa berkolaborasi dengan para kreator terbaik dengan basis komisi atas setiap penjualan yang dihasilkan kreator. Kreator juga memiliki kebebasan untuk memilih, mempromosikan, dan merekomendasikan produk pilihan yang relevan dengan karakteristik pengikut mereka. Selain itu, kreator akan mendapat komisi berbayar dari penjual dari total penjualan yang dihasilkan. 

  • Gunakan Aplikasi

Selain media sosial, era digital juga telah melahirkan berbagai aplikasi yang bisa dimanfaatkan untuk membantu pengelolaan operasional bisnis UMKM. Contohnya aplikasi pembuatan invoice, akuntansi, pembukuan, pengelolaan karyawan, hingga sistem pemberian gaji secara digital. Penggunaan aplikasi tersebut bisa meningkatkan visibilitas dan efisiensi dalam suatu bisnis.

  • Strategi Digital Marketing

Penggunaan media sosial dan e-Commerce saja tidak menjamin adanya peningkatan penjualan. Penggunaan tersebut harus diimbangi dengan strategi digital marketing seperti menggunakan fitur ads di media sosial, menggunakan email marketing, Search Engine Optimization (SEO), penggunaan influencer, penjualan dengan cara live streaming, dan berbagai strategi lainnya.

Data analisa kondisi UMKM menjadi dasar untuk menentukan strategi akselerasi UMKM yang tepat di Indonesia. Dengan begitu, UMKM bukan hanya mampu bertahan tetapi juga mampu berkembang. DailySocial merangkumnya dalam laporan bertajuk MSME Empowerment Report yang bisa memberikan gambaran kondisi UMKM di Indonesia saat ini dan analisis dari hasil survei terkait peluang dan tantangan yang harus dihadapi UMKM dalam upaya digitalisasi. Baca laporan lengkapnya di MSME Empowerment Report 2022.