eFishery Terima Pendanaan dari Bank Pertanian Asal Jepang

Unit bisnis Bank Norinchukin, perusahaan pinjaman asal Jepang yang fokus menggarap sektor agrikultur segera menyuntik investasi senilai jutaan dolar AS ke unicorn aquatech pertama Indonesia, eFishery.

Dilansir dari Nikkei Asia, Norinchukin Capital akan menyalurkan investasi melalui dana kelolaan yang diluncurkannya pada Mei lalu, membidik startup di bidang pertanian, kehutanan, perikanan, dan dekarbonisasi. Aksi ini juga akan menjadi investasi global pertama Norinchukin Capital.

Sebagai catatan, ini bukan kali pertama eFishery memperoleh pinjaman dari institusi perbankan. Pertama dari Bank DBS Indonesia senilai Rp500 miliar berbentuk pinjaman jangka pendek (loan) pada Oktober 2022. Kedua, awal tahun ini Bank OCBC NISP menyalurkan pinjaman bilateral senilai Rp250 miliar.

Tahun ini eFishery resmi dinobatkan sebagai unicorn ke-15 Indonesia setelah mengumumkan perolehan pendanaan seri D senilai $200 juta atau lebih dari Rp3 triliun dipimpin oleh 42XFund, perusahaan manajemen investasi asal Uni Emirat Arab (UEA).

Di tengah krisis likuiditas dan perlambatan investasi yang terjadi di Indonesia, eFishery membuktikan solusi lokal yang digarap dengan benar dapat mewujudkan pencapaian besar. Setelah mencapai tonggak unicorn, juga melihat minat investor yang tinggi, perusahaan tengah mempertimbangkan untuk segera IPO dalam waktu 2-3 tahun ke depan.

Didirikan oleh Gibran Huzaifah, Muhammad Ihsan Akhirulsyah, dan Chrisna Aditya pada 2013, eFishery telah bertrasformasi menjadi layanan menyeluruh untuk industri perikanan. Mereka menyediakan solusi dari hulu ke hilir, mulai membantu pembudidaya ikan dan udang meningkatkan efektivitas tambak yang dimiliki, memasarkannya, hingga menghubungkan ke pelanggan akhir.

Ekosistem terintegrasi dari eFishery telah mendukung lebih dari 70.000 pembudidaya ikan dan petambak udang di lebih dari 280 kota/kabupaten di seluruh Indonesia.

Selain memperkuat pangsa pasarnya di Indonesia, eFishery dikabarkan mulai melirik pasar luar negeri. Awal 2022 lalu saat  mengumumkan pendanaan seri C senilai $90 juta, mereka menargetkan ekspansi ke sepuluh negara akuakultur terbesar, seperti India dan Tiongkok.

Potensi industri perikanan

Sebagai negara maritim, Indonesia memiliki potensi industri perikanan yang besar yang memenuhi empat indikator pengukuran ketahanan pangan, antara lain harga pangan, ketersediaan pasokan, kualitas nutrisi, serta keberlanjutan dan adaptasi.

Hal ini diperkuat fakta bahwa Indonesia saat ini tercatat sebagai negara penghasil perikanan budidaya terbesar kedua di dunia dengan volume produksi 14,8 juta ton. Berdasarkan prediksi FAO, perikanan budidaya Indonesia akan tumbuh sebesar 26% pada 2030.

Berdasarkan data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), hasil ekspor untuk produk perikanan sebesar USD4,56 miliar pada 2021, di mana 40% disumbang dari komoditas udang.

Sejalan dengan data Kementerian Kelautan dan Perikanan tersebut, Indonesia diprediksi dapat menjadi negara akuakultur terbesar dunia. Di Indonesia, sudah ada beberapa startup aquatech yang sudah beroperasi, termasuk Fishlog, JALA, DELOS, dan FisTx.