Stripe, pemain fintech raksasa berkantor pusat di San Franciso dan Dublin, terus memperdalam kehadirannya di Asia Tenggara, termasuk Indonesia

Platform Pembayaran Global Stripe Ungkap Pencapaian di Pasar Asia Tenggara

Stripe, pemain fintech raksasa berkantor pusat di San Franciso dan Dublin, terus memperdalam kehadirannya di Asia Tenggara dengan meluncurkan sejumlah pembaruan produk untuk menjangkau bisnis dari berbagai skala. Kawasan ini dinilai punya prospek yang baik karena dinobatkan sebagai pusat pembayaran digital.

“Yang berbeda dari Asia Tenggara [dengan negara Barat] adalah banyak bisnis yang juga baru dibangun dalam 10 hingga 15 tahun terakhir sebagai digital native. Selanjutnya baru ke offline [..] itu adalah tren yang menarik,” ujar Regional Head and Managing Director, Southeast Asia, India & Greater China Stripe Sarita Singh.

Sebagai akibat dari perubahan tren konsumen dan ritel, serta opsi pembayaran yang lebih inklusif, IDC dalam laporannya pada 2021 memperkirakan belanja e-commerce akan meningkat sebesar 162% hingga mencapai $179,8 miliar pada 2025 di Asia Tenggara, dengan pembayaran digital yang menyumbang 91% dari total transaksi.

Laporan tersebut juga menyoroti bahwa pasar e-commerce akan menjadi lebih mudah diakses dengan 188,6 juta pengguna baru pada 2025. Pasar terbesar untuk pembayaran e-commerce diperkirakan adalah Indonesia ($83 miliar), Vietnam ($29 miliar), dan Thailand ($4 miliar).

Stripe pertama kali masuk ke Singapura pada 2016, diikuti Malaysia pada 2019, dilanjutkan dengan program percontohan transfer antar bank di Indonesia pada awal 2020 di bawah badan hukum PT Stripe Payment Indonesia.

Pada Oktober 2022, Stripe menambah portofolio di Thailand. Penggunanya di kawasan ini cukup beragam, termasuk Grab dan Carousell yang berbasis di Singapura dan platform travel unicorn asal Indonesia Tiket.com.

(ki-ka) Chief Customer Officer Stripe Mike Clayville, Regional Head and Managing Director, Southeast Asia, India & Greater China Stripe Sarita Singh, dan Head of Revenue & Finance Automation and Platform & Ecosystem Stripe Vivek Sharma saat media briefing Stripe Tour Singapore 2023 / DailySocial

Dalam rangkaian Stripe Tour Singapore, perusahaan raksasa tersebut memperkenalkan rangkaian produk dan layanannya secara lengkap untuk membantu meminimalisir selisih pembayaran, serta mengurangi perbedaan nilai antara pembayaran online dan pembayaran secara langsung bagi bisnis. Berikut detilnya:

  1. Sediakan A/B Testing untuk memudahkan pemilik bisnis mengidentifikasi metode pembayaran terbaik dalam sistem checkout-nya tanpa coding, memungkinkan mereka untuk menawarkan pengalaman pembayaran yang mudah bagi pelanggan tanpa pemilik usaha harus membangun/memelihara sistem pembayaran sendiri. Mencakup pula akses ke lebih dari 100 metode pembayaran.
  2. Meningkatkan layanan produk untuk membantu menyatukan perdagangan online dan offline, menyederhanakan proses, serta memperluas aksesibilitasnya agar konsumen dapat melakukan pembayaran di manapun. Termasuk di antaranya merilis Stripe Reader S700, perangkat POS teranyar yang mempermudah pemilik bisnis dalam menerima pembayaran, mengumpulkan data pelanggan yang relevan, seperti tanda tangan dan alamat email, dan memungkinkan pemilik bisnis melakukan penyesuaian pada perangkat. Produk ini melengkapi POS sebelumnya yang sudah dirilis, yakni Stripe Reader M2 (2021), Stripe Tap to Pay di iPhone (2022), dan Tap to Pay di Android (2023).
  3. Memperluas rangkaian produk Stripe Tax, produk automasi pendapatan dan keuangan, akan segera masuk ke Vietnam, Malaysia, Indonesia, dan Thailand, setelah lebih dulu hadir di Singapura. Ini adalah produk yang dirancang untuk memudahkan pemilik bisnis saat mengatasi tantangan pajak, mengumpulkan pajak penjualan, PPN, dan GST secara otomatis pada transaksi Stripe, termasuk saat mereka ekspansi ke negara lain tanpa harus berhadapan dengan rumitnya prosedur pajak tambahan.

Pasar Indonesia

Sarita Singh tidak bercerita banyak mengenai kiprah Stripe di Indonesia. Dia hanya menerangkan ada hal yang menarik yang ia temukan saat bermitra dengan sejumlah startup lokal di negara ini.

Menurutnya, masih banyak pemain lokal yang fokus bermain di domestik saja. Padahal bisnisnya sangat memungkinkan untuk masuk ke ranah global. Tiket.com misalnya, mereka menggunakan Stripe untuk meluncurkan fitur Multi-Currency, untuk permudah konsumen Tiket dari berbagai belahan dunia dapat bertransaksi di Tiket menggunakan 16 mata uang untuk produk akomodasi, penerbangan, hingga atraksi dan hiburan.

Langkah ini membuat konsumen dapat memangkas biaya nilai tukar mata uang serta beban biaya administrasi kartu kredit untuk konversi nilai mata uang yang digunakan untuk bertransaksi.

“Yang kami kerjakan dengan Tiket.com bukan hanya perluasan pasar, tapi meningkatkan pengalaman pelanggan mereka. Sebelumnya kami banyak menghabiskan waktu bersama tim mereka untuk bicara segala hal produk yang ditawarkan, sampai akhirnya kami bisa mendukung inisiatif strategis dan eksekusi taktisnya.”

Tiket.com, sambungnya, adalah contoh yang baik dalam memperlihatkan apa yang Stripe lakukan bersama para mitranya. Bagaimana mereka memikirkan strategi dan kemitraan apa yang mereka inginkan dengan pihaknya. “Kami memiliki tim ahli yang tersebar di seluruh dunia dalam bidang produk, pemasaran, dan lainnya yang siap kami bawa untuk pasar Indonesia.”

Senior Vice President Tiket.com Varun Bansal dan Chief Customer Officer Stripe Mike Clayville dalam acara Stripe Tour Singapore 2023 / Stripe

Singh tidak merinci siapa target utamanya untuk pasar Indonesia. Ia hanya mengatakan semua skala bisnis akan menjadi incaran perusahaan. Bila dirinci, pengguna Stripe di Indonesia sejauh ini berasal dari kalangan startup, di antaranya Tiket.com, Advotics, Kiddo, Eduqat, dan Hukumonline.

Di level regional, ia juga menemukan para pemilik bisnis rata-rata memiliki rasa haus yang tinggi akan inovasi baru, juga cepat beradaptasi dan iterasi. Mereka selalu berkeinginan untuk melakukan A/B testing, jika tidak berhasil akan coba yang lain.

“Mampu bertahan untuk masuk ke pasar dan secara konsistem melakukan iterasi, buat produk, dan adaptasi dalam menjalani bisnis, merupakan sumber rahasia bagi startup di Asia Tenggara. Masalah yang kami selesaikan di pasar ini sebenarnya juga dapat dibawa dan diterapkan di pasar global.”

Singh melanjutkan, “Pengguna kami di Asia Tenggara sangat baik dalam memberi tahu kami apa yang mereka butuhkan. Kami pun dapat segera membangun dengan cepat untuk kebutuhan pasar lokal.”

Laporan Stripe

Dalam kesempatan tersebut, Stripe juga mengungkapkan temuan menarik di kawasan ini. Pertama ditemukan bahwa tantangan, studi terbaru dari Stripe menemukan bahwa para pelaku bisnis di Asia Tenggara optimistis mengenai prospek ekspansi internasional mereka. Sebanyak 84% bisnis di Singapura berharap untuk dapat melakukan ekspansi ke negara-negara baru dalam jangka waktu 24 bulan ke depan.

Meski demikian, seiring dengan meningkatnya skala operasi internasional mereka, ada beberapa tantangan signifikan yang harus diatasi. Tantangan-tantangan ini menciptakan tekanan bagi para pemimpin keuangan di Asia Tenggara, yang perlu menghabiskan sebagian besar waktu mereka untuk menyelesaikan permasalahan secara manual.

Menurut studi terbaru Stripe tentang CFO (Chief Financial Officer) dan pemimpin keuangan global, sebanyak 89% pemimpin keuangan di Singapura menghabiskan lebih dari separuh waktunya untuk mengerjakan tugas-tugas di belakang layar secara manual, yang seharusnya dapat digunakan untuk pekerjaan lebih strategis untuk arah kemajuan perusahaan.

Biaya yang dikeluarkan dari tugas-tugas manual tersebut tidak hanya berkaitan dengan waktu, tetapi juga berdampak pada pengambilan keputusan bisnis. Sebanyak 65% pemimpin keuangan di Singapura berpikir bahwa ekspansi ke pasar baru sulit dilakukan karena adanya potensi gangguan pada sistem keuangan yang sudah ada.