Startup hr-tech Talentlytica didirikan pada 2017 oleh Bagus Rahman Syah dan Aswin Januarsjaf, sediakan 13 solusi asesmen untuk tim SDM

Talentlytica: Transformasi Digital dalam Pengelolaan Sumber Daya Manusia

Peran tim SDM mengalami transformasi yang signifikan karena kini mereka tidak hanya berfokus pada administrasi, tetapi juga pada strategi bisnis. Para tim SDM didorong untuk mampu mengintegrasikan teknologi dalam setiap aspek pekerjaannya, mulai dari rekrutmen, pengembangan, hingga retensi karyawan.

Teknologi dibutuhkan sebab menyaring kualitas kandidat di tengah banyaknya informasi membuat proses rekrutmen jadi lebih kompleks. Ini baru membahas satu contoh tantangan saja. Para pemain startup berusaha memecahkan tiap masalah di lapangan dengan solusi-solusi yang mereka tawarkan, salah satunya adalah Talentlytica.

Sebagai permulaan, startup ini sudah berumur relatif lama, berdiri pada 2017 oleh Bagus Rahman Syah dan Aswin Januarsjaf. Sebelum sepakat mendirikan Talentlytica, keduanya bertemu dalam sebuah proyek yang melibatkan assessment engagement dan performance untuk salah satu lembaga pemerintahan.

Dari situ, mereka sepakat untuk memulai Talentlytica (PT Global Talentlytica Indonesia) yang berfokus pada pengembangan produk assessment berbasis teknologi. “Saya bertanggung jawab untuk mengembangkan teknologi, sementara Aswin membawa keahliannya dalam bidang psikometri dan HR,” kata Co-founder Talentlytica Bagus Rahman Syah saat dihubungi DailySocial.id.

Latar belakang Bagus dan Aswin cukup kuat di masing-masing bidangnya. Bagus sempat mendirikan Gagas Imaji, perusahaan IT yang berfokus pada pengembangan interactive new media dengan spesialisasinya dalam UX, interactive technology, web app development, digital product consultant, dan rapid prototyping. Perusahaan ini sudah berdiri sejak 2004 dan membantu perusahaan skala lokal dan internasional.

Sementara Aswin berpengalaman dalam bidang psikologi. Selama lebih dari 20 tahun, ia bekerja di berbagai anak usaha Grup Astra dan menjadi konsultan banyak perusahaan. Di dunia akademis, ia juga menjadi dosen untuk mata kuliah statistik. Ketertarikannya yang tinggi dalam pengolahan data, Aswin menciptakan beberapa software alat tes psikologi dan aplikasi SDM (workload analysis, talent mapping) yang telah digunakan banyak perusahaan.

Co-founder Talentlytica Bagus Rahman Syah / Talentlytica

Pengembangan produk

Bagus menjelaskan, Talentlytica memiliki product journey yang cukup panjang hingga akhirnya bisa diterima di pasar. Produk pertamanya adalah memindahkan tes psikologi dari format kertas (konvensional) ke format online. Respons yang didapat dari pasar ternyata tidak sebaik yang diharapkan.

“Kami belajar bahwa untuk menciptakan suatu produk yang dapat diterima oleh pasar, kami harus memahami permasalahan dan bisa memberikan solusi yang tepat kepada para profesional di bidang SDM. Caranya adalah dengan mendengarkan feedback dari customer.”

Masukan dari pengguna, lanjutnya, sangat membantu perusahaan dalam memahami apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh manajemen SDM. Pihaknya dapat menajamkan produknya dan bisa mengembangkan fitur-fitur baru yang lebih relevan sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan yang dialami oleh manajemen SDM.

Feedback customer pun menjadi akar budaya Talentlytica dalam mengembangkan produk. Karena hal tersebut pula, kami dapat terus berkembang hingga saat ini dan telah mengembangkan lebih dari 13 produk assessment yang dapat membantu praktisi HR dimulai dari proses recruitment, development, retention, hingga promotion karyawan.”

Talentlytica menawarkan berbagai solusi asesmen sesuai dengan kebutuhan perusahaan, mencakup berbagai jenis alat tes dan asesmen yang dapat digunakan untuk general recruitment, sales test, management trainee, promotion test, culture fit, talent management, hingga high level management recruitment.

Co-founder Talentlytica Aswin Januarsjaf / Talentlytica

Platform assessment online Talentlytica dirancang untuk membantu perusahaan mengambil keputusan terkait talenta dengan berbasis data dan analitik. Hasil asesmen akan menjadi objektif, tidak bias, dan lebih akurat. Kebutuhan ini pada dasarnya dibutuhkan oleh seluruh departemen SDM dari berbagai industri.

Namun produk Talentlytica lebih cocok digunakan secara masif, terutama untuk perusahaan dengan jumlah karyawan di atas 500 orang. Penggunanya datang dari level pemerintah, pelat merah, dan swasta dengan lintas industri. Beberapa di antaranya adalah Direktorat Jenderal Pajak (DJP), Biofarma, Mitra Keluarga, Wika, Elnusa, Telkom Indonesia, Astra Motor, Paragon, BRI, Bank Indonesia, Garuda Food, dan masih banyak lagi.

Diferensiasinya dengan pemain di ruang lingkup yang sama, Bagus mengklaim bahwa Talentlytica menjamin proses asesmen yang cepat, hasil yang akurat, dan laporan yang mudah dibaca dan terintegrasi.

“Tim customer support yang quick response, solutif, dan layanan customer yang konsisten menjadikan Talentlytica pilihan yang dipercaya oleh ratusan perusahaan di berbagai sektor industri.”

Pengalaman yang mendalam ini menarik perhatian banyak pihak untuk menjadikan Talentlytica sebagai business partner, khususnya untuk klien perusahaan yang ingin memahami dan menganalisa lebih dalam terkait data karyawan yang mereka miliki dengan persoalan yang dihadapi dalam dunia kerja sehari-hari.

Misalnya, ada yang ingin mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan seseorang itu mengundurkan diri, bagaimana memprediksi talenta, aspek-aspek apa saja yang memberikan kontribusi tinggi untuk membentuk seorang talenta, hingga memprediksi kecenderungan karyawan melakukan kecurangan.

Di samping itu, dalam mendukung industri, perusahaan turut serta membuat aktivitas seminar dan workshop untuk existing customer dan para praktisi HR. Tujuannya membantu para praktisi agar lebih sadar dan mendalami tentang permasalahan HR di Indonesia, terutama dalam mengidentifikasi, mengelola, dan mempertahankan talenta di perusahaan.

Kinerja positif

Tak seperti pemain SaaS kebanyakan yang mengambil pendekatan melalui paket berlangganan untuk monetisasinya, Talentlytica mengambil angle yang sedikit berbeda. Model bisnisnya berfokus pada produk berbasis kuota asesmen. Jadi konsumen akan membeli kuota asesmen sesuai dengan jenis asesmen atau alat ukur yang mereka butuhkan. Kuota akan terpotong jika asesmen telah dikerjakan.

“Dengan catatan, ada beberapa orang yang menyelesaikan lebih dari satu asesmen atau lebih dari satu alat ukur, sehingga jumlah asesmen bisa melebihi jumlah user atau kandidat.”

Bagus mengklaim, sejak pertama kali perusahaan didirikan hingga Oktober 2023, total asesmen yang telah terselesaikan mencapai lebih dari 1 juta asesmen. Bila melihat berdasarkan per tahunnya saja, sepanjang 2022, terdapat 300 ribu asesmen yang telah diselesaikan oleh lebih dari 100 ribu kandidat.

Angka ini meningkat sebesar 44% dibandingkan tahun 2021. Terdapat 200 ribu asesmen yang telah diselesaikan oleh 68 ribu kandidat. Sementara hingga Oktober 2023, terdapat 270 ribu asesmen yang telah diselesaikan oleh 80 ribu kandidat. Pencapaian tahun ini diprediksi dapat melampaui kinerja dari tahun-tahun sebelumnya.

Kinerja perusahaan selama dua tahun belakangan terbilang cukup sehat mengingat pada saat itu masih terjadi pandemi. Bagus melihat bahwa pandemi mempercepat proses transformasi digital karena pada saat itu banyak perusahaan yang dipaksa untuk mengadopsi teknologi baru.

“Sehingga pada akhirnya, banyak perusahaan yang menyadari bahwa perubahan tersebut tidak seburuk yang mereka bayangkan bahkan dapat membantu mereka bekerja bekerja dengan lebih efisien dan efektif.”

Sepanjang 2017-2022, Talentlytica mencatat kinerja yang positif dengan CAGR (Compound Annual Growth Rate) sekitar 55% selama lima tahun terakhir. Pendapatan pada tahun lalu naik 18,9% dari Rp11 miliar menjadi Rp13 miliar, dengan total pengguna 165 perusahaan. Sementara, pada Oktober 2023, pendapatannya mencapai Rp11 miliar dengan 206 perusahaan.

Talentlytica

Disampaikan bahwa Talentlytica beroperasi dengan dana sendiri (bootstrap). Bagus memegang prinsip bahwa produk dan layanan yang baik harus mampu menghasilkan pendapatan sejak hari pertama diluncurkan. Walaupun begitu, ia tidak anti pada investor eksternal.

Malah, dalam beberapa waktu terakhir, pihaknya mulai penjajakan dengan beberapa investor besar dan angel investor untuk melihat kesempatan Talentlytica dapat tumbuh lebih eksponensial. Ia mencari investor yang memiliki visi dan value yang sama dengan apa yang Talentlytica tawarkan, serta percaya dengan apa yang mereka lakukan.

“Meskipun secara finansial kami telah mempersiapkan jalur bootstrapping dan rencana menuju IPO dalam 8-10 tahun ke depan, kehadiran investor eksternal mungkin akan mempercepat atau memperbesar rencana IPO kami di masa depan.”

Potensi industri

Bagus melanjutkan, prospek bisnis Talentlytica di dunia SDM masih sangat menjanjikan. Kualitas dan keunggulan karyawan sangat menentukan keberhasilan suatu perusahaan. Oleh karena itu, akan semakin banyak perusahaan yang akan meningkatkan investasinya untuk bidang SDM.

Di masa depan, teknologi seperti otomatisasi dan kecerdasan buatan makin mendominasi banyak aspek kehidupan, termasuk dunia kerja. Kehadiran teknologi ini bukan untuk menggantikan tugas manusia, tapi bekerja bersama dengan manusia. Maka yang diperlukan oleh perusahaan di masa depan adalah mampu berkolaborasi dengan teknologi ini secara efektif.

“Kami melihat bahwa transformasi digital dan perubahan dalam penggunaan AI akan menjadi tantangan besar bagi perusahaan. Oleh karena itu, kami berencana untuk memainkan peran kunci dalam menghadapi tantangan ini. Kami ingin memberikan solusi yang lebih efektif dalam membantu perusahaan mencari karyawan yang sesuai dengan kebutuhan mereka di era teknologi yang terus berubah ini.”

Dari berbagai interaksi yang intens dengan pengguna, perusahaan berhasil mengidentifikasi sejumlah masalah dan tantangan yang dihadapi oleh manajemen SDM. Hal ini membuka peluang bagi Talentlytica untuk meresponsnya dengan solusi tepat guna, melalui banyak eksperimen dan prototyping.

“Kami ingin memastikan bahwa produk yang Talentlytica kembangkan dapat dengan sempurna memenuhi kebutuhan customer. Selain itu, kami juga mengintegrasikan produk-produk yang baru kami kembangkan dengan produk yang sudah ada dalam portofolio kami. Ini akan memungkinkan Talentlytica untuk memberikan solusi yang lebih komprehensif kepada customer kami,” pungkas Bagus.