Pelajaran Hidup Co-Founder Swayy Lior Degani dalam Menjalankan Startup-nya

Pelajaran hidup di lingkungan startup dari pendiri Swayy / Shutterstock

Setiap founder startup selalu memiliki cerita unik bersama perjalanan startup yang didirikan. Tak terkecuali Lior Degani dan startup-nya Swayy, yang kini menjadi bagian SimilarWeb pasca akuisisi Juli kemarin. Swayy resmi meluncur ke publik sejak September 2013 dan selama 22 bulan mengembangkan bisnis Lior mencatat setidaknya ada beberapa hal penting untuk menjadi sebuah pembelajaran bagi pebisnis startup.

Dari beberapa poin yang disampaikan Lior, setidaknya terdapat lima kategori pelajaran penting dari perjalanannya bersama Swayy meliputi pola kerja, adaptasi dengan keadaan, sesuatu yang harus diantisipasi, tantangan dan hal-hal yang harus dilakukan pelaku startup.

Pola Kerja: Tekanan, Fokus, Kerja Keras dan Nikmati

Mungkin orang melihat, menjalani startup, sebagai wirausahawan, seorang founder atau tim yang menjalani peran strategis akan terlihat santai. Tak ada tekanan dari bos ataupun atasan, karena usaha dijalankan secara mandiri. Namun nyatanya tidak, Lior mengatakan keadaan seperti jarang terasa. Justru menjalani sebuah bisnis startup secara serius akan begitu terasa bekerja di bawah tekanan. Tekanan bukan berarti hanya berbentuk perintah keras dari atasan, namun dalam sebuah bisnis target kinerja, klien, investor juga menjadi sesuatu yang memusingkan.

Bagi Lior, untuk menghadapi ini yang paling diperlukan ialah memastikan agar tidak pernah kehilangan fokus. Tetap fokus pada milestone yang telah didefinisikan. Dengan selalu menjaga fokus setidaknya akan terukir langkah-langkah yang tepat dalam setiap keputusan yang diambil. Untuk tetap fokus manajemen waktu juga menjadi penting. Biarpun berwirausaha namun tetap saja tak bisa leha-leha semunya, terlebih bagi seorang founder, waktu adalah sumber daya paling mahal.

Ada ungkapan menarik yang disampaikan Lior dalam salah satu poinnya, yakni “semakin kita bekerja keras, semakin terasa sedikit apa yang sudah kita kerjakan.” Lior juga mengatakan bahwa siap memimpin startup, siap untuk memiliki seabrek agenda yang sampai terbawa di mimpi.

Lior berkata bahwa kadang sebagai pelaku di industri startup kita tak perlu istirahat, yang diperlukan hanya memastikan bahan bakar untuk beraksi selalu terjaga. Nikmati perjalanan sebagai pebisnis dan cintai proses serta produk yang dikembangkan.

Keadaan: Tanpa Jaminan, Kuat, Adaptif, Cerdik

Tak banyak startup yang bisa senantiasa mengamankan keadaaan (terutama finansial) dalam jangka panjang, terutama startup baru. Cashflow masih memiliki tren yang ekstrim turun dan naiknya. Namun dikatan Lior bahwa ini akan mejadi terbiasa, proses survival di awal bisnis dirintis. Selain itu akan seringkali menemui keadaan, saat mendapatkan sebuah prestasi akan terasa begitu cepat terlewat, dan beda dengan sebaliknya saat ada kendala atau kegagalan akan begitu terasa. Namun di balik itu semua juga akan mengajarkan kita untuk menjadi makin kuat dan berkembang.

Memulai bisnis akan membawa seorang pemimpinnya sering bertemu dengan banyak orang. Kadang akan bertemu orang yang benar-benar pintar, namun tak jarang juga yang menambah rasa pesimis. Namun di sini justru sebenarnya sebuah pembelajaran sedang berjalan, untuk bisa lebih adaptif dan mampu memilah-milah mana yang harus dicerna dan tidak. Dan yang perlu dipahami bahwa pada dasarnya setiap orang memiliki pandangan yang berbeda, gali setiap insight dari orang-orang berbeda, maka wawasan luas akan menjadi jaminannya.

Mudah beradaptasi dengan keadaan juga berlaku dalam kaitannya berinteraksi satu sama lain. Di startup interaksi yang ada lebih berbasis kekeluargaan, semua terasa dekat, dan terikat tanpa paksaan. Kantor juga tersulap seperti menjadi rumah singgah. Keadaan nyaman ini harus cerdik disiasati untuk meingkatnya produktivitas. Biarpun “nyantai” tapi tetap bekerja dengan profesional.

Menjadi cerdik juga wajib, seperti dicontohkan Lior yang mengakui dirinya apatis, namun mau tak mau ia harus menganggap itu sebagai anugerah. Ia memilih mengoptimalkan kondisi ini dengan menempatkan posisinya di bisnis pada job-desk yang tepat.

Antisipasi: Berpikir Kritis, Tak Terbutakan Visi, Berhemat

Keadaan akan membawa kita bertemu orang banyak, pasti akan banyak yang memberikan masukan. Di sini penting bagi pimpinan startup untuk senantiasa berpikir kritis, harus mampu membedakan mana masukan dan mana uangkapan yang harus dihiraukan. Menurut Lior ini bisa berubah sebagai “startup killler”, saat seorang pimpinan tidak bisa membedakan mana yang harusnya diimani dan tak dijalani. Semua harus ditempatkan sesuai porsinya. Adivce dari seorang ternama pun jika tak sesuai dengan proses bisnis dan keyakinin, hiraukan saja.

Sebagai founder startup kadang juga memiliki mimpi yang begitu besar. Pastikan untuk tetap berpikir terbuka, tidak terbutakan oleh visi atau keras kepala. Terlebih startup di bidang teknologi dihadapkan pada keadaan yang begitu dinamis, yang memaksa pengemudi laju bisnis harus pandai beradaptasi. Berbagai hal yang dirasa baik memang sepatasnya selalu menjadi bahan riset, mau tak mau keberuntungan memang hanya akan data bagi mereka yang berani mencoba.

Lior juga menyinggung tentang budaya hemat. Tradisi boros kadang tak terlihat, misalnya rajin ke kedai kopi mahal. Kalau bisa dibiasakan hemat akan memberikan dampak yang besar bagi kesehatan finansial startup, terlebih di ritme cashflow yang belum bisa diamankan dalam jangka panjang.

Tantangan: Belajar, Situasioner, Kesempatan

Seringkali pelaku startup dihadapkan pada sebuah pertanyaan yang tidak bisa terjawab, baik ditanyai oleh klien, investor atau rekanan tentang sebuah masalah terkait bisnisnya. Ini harus menjadi momen penting untuk menjadikan instrospeksi diri bahwa terus mengasah kemampuan dan terus bereksplorasi adalah menjadi task penting yang juga butuh diprioritaskan. Selalu terbuka untuk mempelajari hal-hal baru.

Penting untuk bisa berpikir situasioner. Lior mengatakan bahwa ketika sebuah startup hanya memiliki sepasang ponsel, kadang memang itu yang dibutuhkan untuk bisnisnya saat ini. Selalu mampu untuk memaksimalkan fasilitas yang ada, jangan mau menunggu semuanya terpenuhi baru memulai langkah. Dan ketika startup mendapatkan keuntungan, pahamilah itu sebagai sebuah kesempatan, kesempatan untuk menumbuhkan bisnis dengan skala yang lebih besar.

Apa yang harus dilakukan / Shutterstock

To-do: Share, Personal Branding, Personal Purpose

Jangan takut untuk berbagi ide dengan orang lain, membagikan apa yang sedang dikerjakan, apa yang dibutuhkan hingga target yang ingin dikerja. Barangkali orang yang mendengar cerita memiliki formula atau masukan yang bisa mebantu startup untuk lebih cepat bertumbuh. Yakinilah bahwa setiap ide unik dan akan sangat susah untuk dijiplak begitu saja, sembari mengabarkan bahwa ide tersebut sudah digarap.

Evaluasi menjadi bagian penting. Ukur seberapa jauh langkah yang sudah ditapaki dan analisis apa yang kurang. Selalu meluangkan waktu untuk merumuskan apa yang menjadi cita-cita startup dalam waktu dekat, termasuk membuat daftar apa saja yang dibutuhkan untuk mensukseskan langkah tersebut.

Founder, co-founder, dan pemegang kunci strategis startup juga harus mau untuk terus membangun personal branding yang sejalan dengan fokus bisnis startup. Tak mudah memang, namun perlu diprioritaskan. Membangun personal branding juga perlu untuk “jalan-jalan”. Alokasikan aktu untuk keluar rumah, sekali-sekali perlu juga melihat apa yang terjadi di luar dalam kaitannya dengan dunia bisnis startup. Gali inspirasi dari perjalanan tersebut.

Kendati bisnis menjadi prioritas hidup, kebutuhan personal juga harus diimbangi. Keluarga, sahabat, dan pasangan harus mendapatkan prioritas dalam hidup. Dukungan moral hadir dari unsur-unsur tersebut, motivasi penting untuk menjadikan kita selalu bergairah dalam berkarya.

Selamat berinovasi dan yakinlah bahwa hal yang dikerjakan dengan serius akan memberikan kebanggaan di masa mendatang.

Leave a Reply

Your email address will not be published.