Layanan Ojek Berbasis Aplikasi Terbukti Memberikan Dampak Positif Pada Ekonomi Masyarakat

Masyarakat berbondong bergabung menjadi bagian ojek berbasis aplikasi / DailySocial

Mengacu pada data terbitan Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta, per bulan September 2015 angka kemiskinan di Ibukota mengalami penurunan sebanyak 13.870 jiwa. Menariknya yang menyokong peningkatan taraf hidup masyarakat tersebut ialah sektor informal, dan kepala BPS DKI Jakarta Nyoto Widodo mengatakan bahwa ojek berbasis aplikasi berperan besar di dalamnya. Memang akhir-akhir ini masyarakat di Jakarta dari berbagai kalangan (terutama menengah ke bawah) digencarkan dengan lapangan pekerjaan baru yang lebih fleksibel untuk menjadi tukang ojek berbasis aplikasi, sebagai bagian dari Go-Jek dan GrabBike.

Permintaannya juga terlihat begitu tinggi di masyarakat, karena memang kemudahan yang diberikan mampu menyajikan efektivitas transportasi alternatif bagi masyarakat. Sebagai sebuah usaha berbasis ekonomi kerakyatan, memberikan kesempatan luas kepada masyarakat untuk menjadi tukang ojek dengan jam kerja yang lebih efisien memang tergolong menjadi salah satu langkah percepatan pertumbuhan ekonomi yang tepat. Begitupun dampaknya terhadap naik turunnya percepatan ekonomi global. Di bisnis ini kuat lemahnya nilai tukar dolar Amerika Serikat terhadap rupiah sebagai dampak dari krisis tak begitu berpengaruh langsung.

Menertibkan bukan dengan cara memerangi

Nyoto juga menyampaikan bahwa sebenarnya jika sektor formal dapat berperan lebih banyak maka akan dapat memberikan dampak yang lebih baik untuk daerah, yakni penyerapan APBD secara lebih cepat. Fakta data BPS tersebut menjadi salah satu indikasi kecil bahwa keterbukaan terhadap solusi baru (berbasis digital) itu penting.

Benar adanya bahwa keseimbangan itu perlu untuk tetap mempertahankan tatanan yang ada dari model yang sebelumnya sudah berjalan. Meskipun demikian, adaptasi dengan pembaruan lebih memberikan dampak baik kepada masyarakat.

Memang selalu ada pihak yang pro dan kontra. Di sisi pemerintahpun (Dishubtrans) juga masih terus berkeliaran isu dan upaya untuk mentertibkan layanan transportasi berbasis aplikasi untuk melindungi sistem transportasi lama dan terkesan justru memerangi.

Pertanyaannya mengapa pihak berwenang itu justru tidak mau mempelajari bagaimana cara-cara digital dimplementasikan di sektor informal yang sudah jalan? Mungkin jawabannya adalah kekhawatiran akan masyarakat yang tidak mampu mengikuti pembaruan. Setidaknya tren ojek berbasis aplikasi ini memberikan pengajaran bagi kita semua bahwa masyarakat kita siap beradaptasi dengan pembaruan di era digital ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published.