Awal tahun 2014 kemarin, Fujifilm memperkenalkan kamera mirrorless terandalnya, X-T1. Kamera tersebut banyak menuai pujian di kalangan fotografer, dimana X-T1 memadukan gaya desain dan pengoperasian klasik dengan performa dan fitur yang modern. Namun ada satu kelemahan utamanya: mahal.
Harga yang mahal pun membatasi target pasar X-T1 di kalangan profesional dan enthusiast saja. Namun Fujifilm rupanya sudah menyiapkan solusi, mereka memperkenalkan X-T10, adik kecil dari kamera mirrorless kebanggaannya tersebut.
Fujifilm X-T10 tidak cuma berstatus ‘adik kecil’, tetapi ukurannya juga lebih kecil ketimbang sang kakak, dengan bobot kosong 331 gram. Kendati demikian, X-T10 masih mengemas jeroan yang sama canggihnya, yang meliputi sensor APS-C X-Trans CMOS II beresolusi 16,3 megapixel dan image processor EXR Processor II untuk memaksimalkan kualitas gambar, meski dalam kondisi minim cahaya sekalipun.
Rentang ISO sensor ini cukup luas, yaitu 100 – 51200. Shutter speed maksimumnya mencapai angka 1/4.000 detik, dan ia siap mengambil hingga 8 gambar per detik saat mode burst diaktifkan. Soal video, resolusi maksimum yang bisa direkam adalah 1080p 60 fps.
Info menarik: Fujifilm Luncurkan X-A2, Kamera Mirrorless Khusus Selfie Pertamanya
Sensor ini dikombinasikan dengan sistem autofocus phase-detection 49 titik yang bisa bekerja dengan cepat. Fujifilm mengklaim X-T10 bisa mengunci fokus hanya dalam waktu 0,06 detik saja, sedangkan kemampuan tracking 77 titiknya juga sudah bisa disejajarkan dengan kamera DSLR.
Penyempurnaan sistem autofocus ini sebenarnya juga diterima oleh Fujifilm X-T1 lewat sebuah firmware update, menjadikan performa kedua kamera sama gesitnya. Jika Anda penasaran, Anda bisa melihat demonstrasinya di tautan YouTube berikut, atau penjelasannya di microsite Fujifilm.
Meski dimensinya lebih ringkas, X-T10 masih mempertahankan gaya desain retro yang diperkenalkan kakaknya. Rangkanya dibentuk dari bahan magnesium, sedangkan tiga dial putar di pelat atasnya terbuat dari aluminium.
Melihat foto produknya, tampak bahwa hand grip milik X-T10 lebih kecil ketimbang milik X-T1 yang begitu mantap digenggam. Lebih lanjut, bodi X-T10 tidak tahan air seperti kakaknya.
Pada bagian tengah pelat atasnya, sebuah pop-up flash tersimpan di depan hotshoe. X-T10 juga mengusung satu dial putar yang berbeda di sebelah kiri. Dial ini bukan untuk mengatur tingkat ISO seperti yang terdapat pada X-T1, tetapi merupakan sebuah mode dial dimana pengguna bisa mengatur mode pemotretan yang ingin digunakan.
Dari sini bisa kita lihat bahwa Fujifilm X-T10 ditujukan untuk pengguna yang lebih awam. Sebuah tuas Auto pada dial shutter speed-nya memungkinkan pengguna untuk memotret dengan mode yang benar-benar otomatis. Namun buat pengguna yang lebih advanced, dua dial berwarna hitam di bagian depan dan belakang serta tujuh tombol function-nya bisa diatur sesuai kebutuhan.
Info menarik: Leica Luncurkan Suksesor Kamera Mirrorless Hitam-Putih M Monochrom
Perbedaan lain terletak pada electronic viewfinder (EVF) X-T10. Perbesarannya lebih kecil ketimbang milik X-T1, tepatnya 0,62x, akan tetapi refresh rate-nya masih dipertahankan, dan panelnya masih memakai teknologi OLED dengan resolusi 2,36 juta dot. Di bagian belakang, Anda juga akan menjumpai LCD 3 inci yang bisa di-tilt, dengan resolusi 920 ribu dot.
Chip Wi-Fi N turut disematkan ke bodi X-T10 sehingga pengguna bisa mentransfer file atau mengakses fungsi remote control menggunakan smartphone. Baterainya diklaim bisa menemani menjepret hingga 350 foto.
Kembali ke problem utama yang dihadapi X-T1, yaitu harga jualnya yang mahal, berapa banderol harga sang adik? Ada tiga macam bundle yang ditawarkan untuk Fujifilm X-T10: 1) body only seharga $800, 2) body + lensa XC 16-50 mm f/3.5-5.6 seharga $900 dan 3) body + lensa XF 18-55 mm f/2.8-4 seharga $1.100. Sebagai perbandingan, harga Fujifilm X-T1 tanpa lensa saja sudah lebih mahal, yakni $1.300.
Sumber: Fujifilm.